Minuman Kemasan Dianggap Hanya Memberi Rasa Manis Tanpa Kandungan Nutrisi di Dalamnya
Minuman kemasan dengan rasa manis tidak memiliki kandungan nutrisi yang bermanfaat.
Minuman manis dalam kemasan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern, namun dampaknya terhadap kesehatan tidak boleh diabaikan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menegaskan bahwa minuman kemasan seperti soda dan teh manis tidak hanya memberikan rasa manis yang memanjakan lidah, tetapi juga membawa risiko kesehatan yang serius.
"Minuman manis seperti soda atau teh kemasan mengandung gula tambahan dalam jumlah besar yang langsung meningkatkan kadar gula darah tanpa memberikan manfaat gizi," kata Pelaksana Sementara Ketua Harian YLKI, Indah Sukmaningsih, dilansir dari Antara.
-
Kenapa minuman manis dihindari? Keinginan mengonsumsi makanan dan minuman manis ini penting untuk dihindari agar tidak terjadi secara berlebihan.
-
Apa nama lain gula dalam minuman kemasan? Rupanya, ada nama lain gula yang biasanya muncul pada label kemasan makanan.
-
Apa saja dampak buruk minum manis? Berbagai masalah kesehatan mulut bisa muncul seperti karies gigi, obesitas, diabetes, dan gangguan jantung.
-
Mengapa minuman kemasan lebih berbahaya? Dibanding konsumsi gula langsung, minuman kemasan berpemanis bisa memiliki dampak lebih besar ke tubuh kita. Dibanding Gula Pasir, Mengapa Minuman Kemasan Bisa Berdampak Lebih Buruk untuk Kesehatan?
-
Kenapa minuman manis bisa dehidrasi? Ketika gula darah atau glukosa darah naik, tubuh akan mengambil air dari sel-sel kita sebagai upaya untuk mengembalikan kadar glukosa darah normal. Ketika sel-sel kehilangan air, otak mendapat sinyal bahwa tubuh membutuhkan lebih banyak air, menyebabkan rasa haus yang meningkat.
-
Kenapa minuman manis berbahaya untuk kolesterol? Jika dikonsumsi secara berlebihan, minuman ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan, yang pada gilirannya dapat berdampak pada kadar kolesterol.
Minuman manis ini, menurut YLKI, memiliki potensi yang lebih tinggi untuk menyebabkan diabetes tipe 2 dan obesitas dibandingkan dengan nasi putih. Indah menambahkan, meskipun nasi putih juga memiliki potensi meningkatkan risiko diabetes, tingkat risikonya berbeda karena nasi putih tidak mengandung gula tambahan dan tetap memberikan karbohidrat sebagai sumber energi, terutama jika dikonsumsi dalam porsi yang wajar. Sebaliknya, konsumsi rutin minuman manis dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2, yang langsung berpengaruh pada resistensi insulin.
Mengurangi konsumsi minuman manis adalah langkah awal yang penting untuk menjaga kesehatan.
"Namun untuk menjaga kesehatan pilihan yang lebih aman adalah mengurangi konsumsi keduanya, mengganti minuman manis dengan air putih atau teh tanpa gula, serta mengganti nasi putih dengan karbohidrat yang lebih sehat seperti nasi merah atau quinoa," jelas Indah.
Pilihan ini tidak hanya membantu mengurangi asupan gula, tetapi juga menghindari dampak negatif yang ditimbulkan oleh konsumsi gula berlebih, seperti peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM).
YLKI juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam menyehatkan masyarakat Indonesia, yang tidak hanya melibatkan edukasi tetapi juga kebijakan fiskal yang tegas. Salah satu langkah yang diusulkan adalah penerapan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).
"Cukai MBDK adalah bagian integral dari upaya tersebut yang diharapkan dapat membantu masyarakat Indonesia mengurangi konsumsi gula berlebih dan mencegah peningkatan prevalensi PTM di masa depan," tambah Indah.
Meskipun Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menyarankan pengendalian gula, garam, dan lemak (GGL) sebagai alternatif pengenaan cukai MBDK, YLKI menanggapi bahwa kebijakan fiskal yang tegas tetap diperlukan untuk menghasilkan perubahan perilaku konsumsi yang diharapkan.
"Argumen bahwa kontribusi minuman berpemanis terhadap total konsumsi gula nasional hanya 4 persen tidak mengurangi urgensi pengendalian produk. Sebaliknya, pengenaan cukai akan secara langsung mendorong produsen menyesuaikan kadar gula dalam produknya," tegas Indah.
Dengan penerapan cukai yang tepat, diharapkan produsen dapat menurunkan kadar gula dalam produk minuman kemasan mereka, sehingga masyarakat dapat mengurangi asupan gula tanpa harus mengorbankan kesenangan dalam menikmati minuman manis.