Segera Diterapkan di 2024, Ketahui Pentingnya Penerapan Cukai Minuman Berpemanis
Penerapan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) pada 2024 ini perlu disambut baik karena manfaat kesehatan yang mungkin diberikannya.
Penerapan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) pada 2024 ini perlu disambut baik karena manfaat kesehatan yang mungkin diberikannya.
-
Siapa yang usul cukai minuman manis? YLKI juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam menyehatkan masyarakat Indonesia, yang tidak hanya melibatkan edukasi tetapi juga kebijakan fiskal yang tegas. Salah satu langkah yang diusulkan adalah penerapan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).
-
Gimana cara kurangi bahaya minuman manis? 'Namun untuk menjaga kesehatan pilihan yang lebih aman adalah mengurangi konsumsi keduanya, mengganti minuman manis dengan air putih atau teh tanpa gula, serta mengganti nasi putih dengan karbohidrat yang lebih sehat seperti nasi merah atau quinoa,' jelas Indah.
-
Kenapa minuman kemasan meningkatkan risiko diabetes? Meskipun tidak terasa terlalu manis, kandungan gula dalam minuman kemasan ini dapat meningkatkan risiko diabetes.
-
Apa yang diusulkan KKP untuk anggaran 2024? Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengusulkan tambahan anggaran pagu indikatif TA 2024 senilai Rp 714,44 miliar atau tepatnya Rp714.440.000.000.
-
Bagaimana cukai rokok mempengaruhi industri? 'Ini kelihatannya sudah mulai jenuh. Ini kelihatan bahwa mungkin cukai ini akan menjadi pengendali dari industri hasil tembakau,' ujar Benny, Jakarta, Rabu (29/5).
-
Kenapa minuman manis bahaya? 'Minuman manis seperti soda atau teh kemasan mengandung gula tambahan dalam jumlah besar yang langsung meningkatkan kadar gula darah tanpa memberikan manfaat gizi,' kata Pelaksana Sementara Ketua Harian YLKI, Indah Sukmaningsih, dilansir dari Antara.
Segera Diterapkan di 2024, Ketahui Pentingnya Penerapan Cukai Minuman Berpemanis
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah memastikan akan segera mengesahkan peraturan terkait cukai Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) pada 2024 ini. Realisasi cukai MBDK ini merupakan salah satu langkah maju yang penting diapresiasi bagi kesehatan masyarakat.
Kebijakan ini diharapkan dapat membawa berbagai manfaat, khususnya di bidang kesehatan. Minuman berpemanis merupakan salah satu faktor risiko utama berbagai penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah lama mendorong upaya pemerintah untuk menekan konsumsi gula. Salah satu cara yang diusulkan WHO adalah penerapan cukai pada minuman berpemanis.
Menurut WHO, cukai ini dapat menjadi langkah efektif untuk menurunkan konsumsi gula. Data mereka menunjukkan bahwa kenaikan harga minuman berpemanis hingga 20 persen dapat menurunkan konsumsi hingga 20 persen, sehingga membantu mencegah obesitas dan diabetes.
Banyak negara telah menerapkan cukai ini dengan hasil positif. Di Meksiko, misalnya, cukai yang diterapkan sejak tahun 2014 menghasilkan penurunan konsumsi minuman berpemanis hingga 11,7 persen pada rumah tangga miskin dan 7,6 persen pada populasi umum dalam dua tahun.
Berdasar data dari WHO, cukai 10 persen yang dikenakan terhadap MBDK telah terbukti mampu menurunkan pembelian dan konsumsi minuman manis hingga 8-10 persen. Berbagai bukti menunjukkan bahwa cukai ini memiliki efek positif secara keseluruhan pada penurunan penjualan, impor dan konsumsi di beberapa negara.
Penelitian lain dari University of Waterloo di Kanada juga menunjukkan hasil positif. Penerapan cukai pada produk berpemanis dan pemasangan label pada bagian depan kemasan terbukti membantu menurunkan konsumsi gula. Hal ini diyakini dapat memengaruhi perilaku konsumen dan mendorong mereka memilih produk yang lebih sehat.
Dalam satu dekade terakhir, banyak negara di berbagai belahan dunia mulai menerapkan cukai minuman berpemanis. Meskipun teknisnya berbeda di tiap negara, tujuannya tetap sama yaitu menekan laju konsumsi gula yang berlebihan.
Urgensi Cukai Minuman Berpemanis di Indonesia
Laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) pada 2017 menunjukkan bahwa 10,8 juta peserta adalah pengidap diabetes. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh MBDK terutama karena Indonesia menjadi negara dengan konsumsi MBDK ketiga tertinggi di Asia Tenggara dengan konsumsi sebanyak 20,23 liter per orang per tahun.
Berdasar kajian dari CISDI (Gita Kusnadi dkk, 2023) penerapan cukai berpemanis di Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara ini memiliki dasar masalah yang sama, yaitu semakin tingginya angka obesitas dan diabetes.
Keberadaan cukai MBDK ini diharapkan bisa menjadi menjadi salah satu intervensi pendukung dalam memperbaiki sistem atau lingkungan pangan yang sehat. Dana yang diperoleh dari cukai ini juga bisa membantu penerimaan negara.
Dari segi potensi penerimaan negara, cukai MBDK diperkirakan menyumbang Rp2,44 triliun sampai Rp3,62 triliun jika penerapannya memicu kenaikan harga produk minuman berpemanis sebesar minimal 20 persen. Hal ini juga diharapkan mampu menurunkan tingkat konsumsi MBDK karena harganya yang semakin meningkat.
Potensi Manfaat Kesehatan dari Penerapan Cukai Minuman Berpemanis
Jika cukai minuman berpemanis jadi diterapkan di Indonesia, sejumlah manfaat bisa kita peroleh.
Menurunkan Konsumsi Minuman Berpemanis
Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa penerapan cukai dapat menurunkan konsumsi minuman berpemanis. Sebuah studi di Meksiko menunjukkan bahwa kenaikan cukai 10 persen menyebabkan penurunan konsumsi minuman berpemanis sebesar 12 persen (Colchero et al., 2016).
Mengurangi Risiko Penyakit Kronis
Penurunan konsumsi minuman berpemanis akan berdampak positif pada kesehatan. Hal ini dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung.
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk berbagai PTM. Dengan mengurangi konsumsi minuman berpemanis, diharapkan dapat terjadi penurunan angka kelebihan berat badan dan obesitas. Studi telah menunjukkan bahwa cukai minuman berpemanis efektif dalam mengurangi konsumsi minuman tersebut, yang pada gilirannya dapat menurunkan risiko terjadinya obesitas dan PTM terkait.
Peningkatan Kesadaran Kesehatan Masyarakat
Cukai minuman berpemanis juga berpotensi meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat. Dengan adanya cukai, minuman berpemanis menjadi lebih mahal, sehingga mendorong konsumen untuk memilih alternatif yang lebih sehat.
Edukasi kesehatan yang menyertai penerapan cukai dapat memperkuat pesan tentang bahaya konsumsi gula berlebih. Hal ini terutama semakin penting ketika diterapkan pada anak yang memang cenderung menyukai minuman manis.
Penerapan cukai minuman berpemanis ini bisa menjadi langkah awal dalam menekan angka sejumlah penyakit serta meningkatkan kesehatan masyarakat.