Dibanding Gula Pasir, Mengapa Minuman Kemasan Bisa Berdampak Lebih Buruk untuk Kesehatan?
Dibanding konsumsi gula langsung, minuman kemasan berpemanis bisa memiliki dampak lebih besar ke tubuh kita.
Dibanding konsumsi gula langsung, minuman kemasan berpemanis bisa memiliki dampak lebih besar ke tubuh kita.
-
Kenapa minuman kemasan meningkatkan risiko diabetes? Meskipun tidak terasa terlalu manis, kandungan gula dalam minuman kemasan ini dapat meningkatkan risiko diabetes.
-
Kenapa minuman manis bahaya? 'Minuman manis seperti soda atau teh kemasan mengandung gula tambahan dalam jumlah besar yang langsung meningkatkan kadar gula darah tanpa memberikan manfaat gizi,' kata Pelaksana Sementara Ketua Harian YLKI, Indah Sukmaningsih, dilansir dari Antara.
-
Apa dampak buruk minum minuman manis? Minuman manis ini, menurut YLKI, memiliki potensi yang lebih tinggi untuk menyebabkan diabetes tipe 2 dan obesitas dibandingkan dengan nasi putih.
-
Apa nama lain gula dalam minuman kemasan? Rupanya, ada nama lain gula yang biasanya muncul pada label kemasan makanan.
-
Apa saja dampak buruk minum manis? Berbagai masalah kesehatan mulut bisa muncul seperti karies gigi, obesitas, diabetes, dan gangguan jantung.
-
Kenapa minuman manis berbahaya untuk kolesterol? Jika dikonsumsi secara berlebihan, minuman ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan, yang pada gilirannya dapat berdampak pada kadar kolesterol.
Dibanding Gula Pasir, Mengapa Minuman Kemasan Bisa Berdampak Lebih Buruk untuk Kesehatan?
Membatasi gula merupakan hal yang penting kita lakukan demi kesehatan secara keseluruhan. Sayangnya, banyak orang membatasi asupan gula pasir mereka tapi lalai terhadap gula dari minuman kemasan berpemanis.
Minuman manis yang dikemas, seperti soda, limun, teh, dan minuman olahraga, kerap menjadi pilihan banyak orang untuk melepas dahaga. Namun, tahukah Anda bahwa minuman ini bisa berdampak lebih buruk untuk kesehatan dibandingkan gula pasir?
Meskipun Anda mungkin berpikir bahwa konsumsi dalam jumlah terbatas dan rutinitas olahraga sudah cukup untuk menyeimbangkan dampaknya, kenyataannya tidak demikian.
Dilansir dari WebMD
Dalam sebuah studi yang melibatkan lebih dari 100,000 orang pada tahun 2024, ditemukan bahwa mereka yang rutin berolahraga tetapi tetap mengonsumsi dua minuman manis per minggu memiliki risiko 15 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang aktif tetapi menghindari minuman manis. Risiko tersebut meningkat hingga hampir 50 persen bagi mereka yang tidak berolahraga dan mengonsumsi dua minuman manis per minggu.
Meskipun semua jenis gula tambahan dapat berdampak buruk bagi kesehatan, gula dalam bentuk cair memiliki efek yang lebih merusak.
“Dosis gula yang ekstrem dalam minuman manis dapat mengalahkan banyak mekanisme metabolisme karbohidrat tubuh,” kata Dr. Jonathan Clinthorne, direktur nutrisi di Simply Good Foods Company.
Sebagian besar gula dari minuman ini diproses di usus kecil dan masuk ke hati melalui vena porta, yang kemudian memproses fruktosa, sementara glukosa langsung masuk ke aliran darah, menyebabkan lonjakan gula darah yang merusak. Ketika kadar gula darah meningkat, pankreas akan menghasilkan insulin, hormon yang membantu memindahkan gula dari darah ke dalam sel tubuh untuk disimpan atau digunakan sebagai energi.
Seiring waktu, sel dapat menjadi resisten terhadap insulin, yang memaksa pankreas untuk menghasilkan lebih banyak insulin hingga akhirnya tidak mampu lagi mengimbangi dan kadar gula darah naik ke tingkat yang berbahaya.
“Kadar glukosa dan insulin yang tinggi dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan diabetes dan komplikasinya,” kata Dr. Jeff Stanley, seorang dokter penyakit dalam dan direktur medis di Virta Health. Resistensi insulin juga merupakan faktor risiko besar untuk penyakit kardiovaskular.
Dampak Fruktosa pada Hati
Fruktosa yang berlebih dalam hati juga dapat menyebabkan kerusakan. Meskipun makanan alami seperti buah mengandung fruktosa, jumlahnya relatif kecil dan dilengkapi dengan serat yang memperlambat penyerapan fruktosa. Minuman manis, di sisi lain, mengandung fruktosa dalam jumlah besar.
“Sementara buah mungkin hanya mengandung beberapa gram fruktosa, minuman manis bisa mengandung sepuluh kali lipatnya,” kata Clinthorne.
Fruktosa berlebih dikonversi menjadi lemak oleh hati, yang seiring waktu dapat menyebabkan penyakit hati berlemak non-alkohol atau kini dikenal sebagai penyakit hati berlemak yang berhubungan dengan disfungsi metabolik.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi fruktosa berlebihan berhubungan dengan stres oksidatif, peradangan, tekanan darah tinggi, resistensi insulin, dan trigliserida tinggi, yang semuanya terkait dengan penyakit jantung.
Berhenti Konsumsi minuman manis sepenuhnya mungkin terasa ekstrem, tetapi bagi sebagian orang, ini lebih mudah daripada mencoba memoderasi konsumsi mereka. “Bagi beberapa pasien, moderasi sulit karena memicu keinginan yang kuat,” kata Dr. Stanley. Namun, bagi yang lain, melarang sesuatu justru membuat mereka merasa terhalang.
Stanley merekomendasikan untuk mencoba menghentikan konsumsi minuman manis sepenuhnya dan mencari alternatif yang menyenangkan. Air putih adalah yang terbaik, tetapi kopi atau teh tanpa gula, baik panas maupun dingin, juga bisa menjadi pilihan. Air berkarbonasi bisa membantu mengatasi keinginan untuk soda, terutama jika ditambahkan sedikit jus buah atau citrus segar.
Bagi mereka yang tetap ingin rasa manis, penambahan pemanis tanpa kalori seperti xylitol, sucralose, stevia, monk fruit, dan allulose dapat menjadi solusi. Meskipun pemanis buatan sering kali kontroversial, bagi yang terbiasa dengan minuman manis, opsi tanpa gula ini jauh lebih sehat.