Kronologi Ayah dan Anak Duet Bunuh Pria di Karawang, Berawal Korban Tertipu Penggandaan Uang
Ayah dan anak di Karawang bunuh pria dengan motif penggandaan uang.
Peristiwa tersebut terjadi berawal karena pelaku sakit hati terhadap korban.
Kronologi Ayah dan Anak Duet Bunuh Pria di Karawang, Berawal Korban Tertipu Penggandaan Uang
Satreskrim Polres Karawang meringkus pelaku pembunuhan terhadap korban Fredy Abdul Halim (42) dengan motif penggandaan uang. Kedua pelaku merupakan ayah dan anak yaitu S alias Eno alias Abah (58) dan K alias Asep (28).
"Ketika ditangkap pelaku sedang berada di rumahnya dan tidak melakukan perlawanan,"
kata Wakapolres Karawang, Kompol Prasetyo, Jumat (10/11)
- Kronologi Kasus Perampokan dan Pembunuhan Juragan Mainan di Pemalang, Korban Sempat Melawan
- Kronologi Tukang Parkir di Bogor Bunuh Pacar Lalu Sembunyikan Jenazah Korban dalam Ruko Kosong
- Kronologi Jari Tangan Bocah Terjepit Pintu KRL, Begini Kondisinya Saat Ini
- Kronologi Pelaku Lempar Korbannya ke Sungai Usai Adu Jotos dan Dibanding ke Aspal
Peristiwa tersebut terjadi berawal karena pelaku sakit hati terhadap korban.
Korban merasa ditipu oleh pelaku S yang menjanjikan dapat melipatgandakan uang korban dari Rp5 Juta menjadi Rp1 Miliar.
Sebelum menghabisi nyawa korban, pelaku menyiapkan air dengan mencampur kecubung dengan harapan korban berhalusinasi. Akan tetapi, sampai korban tersadar tidak ada hasil uang yang dijanjikan hingga korban tertidur di rumah pelaku.
"Korban terbangun dengan kecewa karena tertipu. Kemudian, pelaku mengajak korban ke sebuah warung dan korban mengancam akan melaporkan ke pihak berwajib. Korban terus marah-marah membuat sakit hati pelaku S dan memukul kepala korban bagian belakang,"
ujarnya
merdeka.com
Hingga akhirnya, pemilik kebun menemukan sesosok mayat korban dan melaporkan pihak kepolisian. Dari hasil pemeriksaan, korban ditemukan sejumlah alat ritual.
Selama enam bulan, ayah dan anak ini bekerjasama untuk mencari korban dengan modus penggandaan uang.
"Selama ini pelaku sudah mengajak 3 orang tapi tidak ada yang memberikan uang, hanya korban yang mau memberikan uang,"
tutup Prasetyo.