Kuburan jadi area tambang batu bara, 10 Makam lenyap dalam 3 hari
Aktivitas tambang batu bara di Samarinda, Kalimantan Timur, semakin menggila. Terbaru galian alat berat memburu emas hitam itu, harus menggusur kuburan. Tidak kurang 10 makam terbongkar. Makam lainnya, terancam ikut tergusur.
Aktivitas tambang batu bara di Samarinda, Kalimantan Timur, semakin menggila. Terbaru galian alat berat memburu emas hitam itu, harus menggusur kuburan. Tidak kurang 10 makam terbongkar. Makam lainnya, terancam ikut tergusur.
Merdeka.com melakukan penelusuran ke lokasi yang berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat kota menuju ke utara Samarinda. Lokasinya merupakan pemakaman umum, di Jalan Kebon Agung, Kelurahan Lempake.
-
Kapan situs pemakaman Menga dibangun? Menga merupakan bagian dari situs Warisan Dunia UNESCO yang terdiri dari tiga dolmen (batu besar megalitikum) yang dibangun antara tahun 3800 hingga 3600 SM.
-
Apa yang ditemukan di dalam makam tersebut? Prasasti tersebut diukir dengan sangat ahli dalam huruf-huruf yang sangat teratur. Makam tersebut sudah sangat tua dan terabaikan ketika letusan Guung Vesuvius terjadi pada 79 M sehingga monumen tersebut terkubur hingga ke bangku.
-
Di mana Situs Patapan Serang berada? Desa Nagara yang terletak di Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang memiliki bukti peninggalan sejarah yang menyerupai tumpukan batu.
-
Bagaimana bentuk Situs Patapan Serang dipertahankan? Setelah penemuan itu, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Serang melakukan upaya perlindungan dengan cara pemagaran situs Patapan sekitar tahun 1991-1992 dan 1992-1993.
-
Bagaimana bentuk Situs Watukucur? Situs Watukucur ditemukan di tanah milik warga bernama Setyo Budi di Desa Dukuhdimoro, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Upaya pelestarian Situs Watukucur sudah dilakukan sejak tahun 1981. Namun, baru pada tahun 2017 diketahui denah Situs Watukucur berbentuk bujur sangkar, terdiri dari tiga lapisan yang semakin ke dalam semakin memusat.
-
Apa yang ditemukan di makam selain kerangka? Di situs tersebut terdapat empat lubang besar yang berisi kerangka tiga pria dan satu wanita yang dikremasi, bersama dengan berbagai persembahan untuk mendampingi mereka ke akhirat, seperti bejana tanah liat, kaca dan perunggu, dudukan lampu lengkap dengan lampu minyak perunggu, lentera perunggu, senjata, perhiasan, dan kotak kayu.
Tiba sekira pukul 11.29 WITA, Kamis (22/2), pemandangan di lokasi sangat memprihatinkan. Cuaca panas sangat terik. Terlihat, gundukan tanah galian setinggi tidak kurang 3 meter. Di sebelahnya, ada tembok permukiman warga berjarak kurang dari 100 meter. Padahal, dalam aturan, galian tambang harus berjarak tidak kurang dari 100 meter.
Bekas galian emas hitam itu, terlihat lebih mengejutkan. Sedalam tidak kurang 4 meter, terlihat batu bara bekas galian alat berat. Di sekitarnya, juga terlihat tembok pembatas areal pemakaman yang dijebol. Ada lagi, alat berat yang dipasang garis batas polisi.
Di lokasi, ada sejumlah warga. Mereka cuma terpana, melihat gundukan tanah setinggi itu. Mereka heran, aktivitas galian tega menggusur areal pemakaman, hanya dalam waktu kurang 3 hari.
"Kalau hari Sabtu (17/2) kemarin, galian ini belum ada. Pas ada warga yang dimakamkan, hari Selasa (20/2) kemarin, baru keluarga yang dimakamkan kaget. Kok areal pemakaman jadi begini?" kata Karim (43), warga RT 02 Kelurahan Lempake, saat berbincang bersama merdeka.com.
Bagi sebagian warga sekitar lokasi galian tambang, mengaku tidak menahu adanya aktivitas galian itu. Padahal sudah mengangkut tidak kurang 210 ton batu bara. "Kejadiannya memang cepat. Hari Sabtu belum ada seperti ini, pas hari Selasa tahu-tahunya begini. Sepertinya bekerjanya malam-malam," ujar Karim.
Sementara, di luar areal pemakaman, memang sedang dilakukan kegiatan pematangan lahan. Tapi aktivitasnya merembet hingga penggalian batu bara, memang mengejutkan banyak orang. "Memang dengar suara mesin. Kita kira di luar tembok makam. Ternyata di dalam makam, tembok batas dijebol begini," ungkap Karim.
Menurut Karim, bekas galian tidak hanya menutupnya dengan tanah bekas galian. "Ini harus diproses hukum. Terutama keluarga-keluarga yang pernah dimakamkan di sini. Ini kalau hujan, lumpur turun ke bawah," terang Karim.
Belum lagi pengakuan Suyitno, warga RT 03. Dia mengungkapkan aktivitas alat berat, sejatinya bukan untuk galian tambang batu bara. "Awalnya, cuma untuk mau gemburkan tanah makam karena keras pakai alat berat," aku Suyitno.
Namun lain cerita, ketika deru alat mesin yang bekerja, justru menemukan batu bara di dalam tanah makam. "Ya batu baranya diambil, buat biaya operasional alat berat. Ada 20 truk yang mengangkut," ungkap Suyitno.
Suyitno bungkam ketika ditanya siapa yang mengizinkan penggarapan batu bara di areal makam, dan aturan larangan galian tambang berjarak kurang dari 100 meter dari permukiman. "Kalau itu saya kurang tahu," terangnya.
Warga lainnya juga dibikin geleng kepala dengan adanya aktivitas tambang batu bara itu. "Di sini, ada 2 makam keluarga saya. Salah satunya setahun yang lalu dimakamkan. Bahkan Pak Lurah Tanah Merah yang meninggal kecelakaan, juga dimakamkan di sini. Kalau sudah begini, tidak cukup galian sedalam itu ditutup tanah lagi. Tidak semudah itu," timpal warga lain.
Masalah itu jadi persoalan krusial, dan jadi perbincangan hangat warga Samarinda. Sebab, aktivitas tambang batu bara sudah sedemikian ganasnya, sampai harus menggusur pemakaman umum.
Baca juga:
Aktivitas tambang batu bara lahap kuburan di Samarinda disebut sudah dihentikan
Di Samarinda, lahan pemakaman umum 'dilahap' penambang batubara ilegal
Jasad Narji ditemukan, total korban penambangan ilegal di Kediri jadi 4 orang
Longsor tewaskan 3 penambang ilegal di Kediri, 1 masih hilang
PT Timah anggarkan Rp 12 M reklamasi lahan tambang jadi perkebunan