5.700 Tahun Lalu Manusia Bisa Angkat Batu Raksasa dengan Cara Ini
5.700 Tahun Lalu Manusia Bisa Angkat Batu Raksasa dengan Cara Ini
Ilmuwan selama ini penasaran dengan pertanyaan, bagaimana batu-batu besar dan berat itu dipindahkan oleh manusia pada masa 5.700 tahun lalu.
-
Bagaimana cara batu tersebut digunakan? Batu kuno itu rupanya adalah peninggalan zaman Romawi yang dipakai menumbuk atau menggiling buah zaitun untuk diambil minyaknya.
-
Bagaimana manusia kuno membuat seni batu? Sejumlah karya seni ini, yang disebut peneliti sebagai 'piktogram,' digambar dengan warna merah dan menggambarkan motif geometris seperti garis titik-titik, barisan huruf X, pola berbentuk bintang, dan garis lurus yang terhubung bersama membentuk berbagai desain. Ada juga penggambaran sederhana dari daun dan gambar figur tongkat manusia.
-
Bagaimana perkakas batu manusia purba digunakan? Perkakas dari batu flint umumnya digunakan untuk menggali tanah atau menguliti hewan.
-
Bagaimana orang Mesir Kuno mengangkut batu piramida? Kemungkinan besar balok-balok batu ditarik di atas papan seluncur -- seperti yang terlihat pada gambar-gambar dari Mesir kuno yang memperlihatkan proses pemindahan benda-benda besar menggunakan metode tersebut,' kata Salim, dilansir dari AFP.
-
Apa kegunaan batu purba ini? Jenis batu-batu ini terus digunakan sebagai benda berat dalam kehidupan komersial bahkan 4.000 tahun sebelum zaman kita. Mereka memainkan peran penting dalam memudahkan perhitungan dan penghitungan dalam kehidupan sosial pada masa itu.
-
Bagaimana peralatan batu itu berusia 130.000 tahun? Peralatan batu itu diperiksa umurnya dengan analisis stratigrafik, cabang geologi yang mempelajari lapisan-lapisan batu.
5.700 Tahun Lalu Manusia Bisa Angkat Batu Raksasa dengan Cara Ini
Sebuah penyelidikan terbaru yang melacak asal-usul batu-batu besar yang membentuk situs pemakaman Menga di selatan Spanyol menunjukkan tempat ini merupakan salah satu prestasi terbesar dalam teknik Neolitik Akhir.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports, kelompok peneliti menggunakan teknologi baru untuk mendalami lebih lanjut tentang batu yang digunakan dalam pembuatan situs pemakaman kuno ini dan untuk menyelidiki cara kayu dan tali digunakan dalam pembangunannya.
Dilansir Arkeonews, situs ini terletak dekat Antequera di Malaga, Andalusia, Spanyol. Menga merupakan bagian dari situs Warisan Dunia UNESCO yang terdiri dari tiga dolmen (batu besar megalitikum) yang dibangun antara tahun 3800 hingga 3600 SM.
Hal ini menjadi salah satu struktur megalitik terbesar di Eropa yang dibangun di puncak bukit dengan batu-batu besar. Menga terkenal dengan orthostatnya yang besar atau batu tegak, salah satunya memiliki berat hampir 150 ton.
Selama bertahun-tahun, para peneliti telah dihantui oleh pertanyaan tentang bagaimana nenek moyang, yang hanya memiliki alat-alat primitif, mampu memproses dan memindahkan blok bangunan sebesar dan seberat itu. Studi baru ini dirancang untuk mencari jawabannya.
Sejumlah ilmuwan telah melakukan studi penelitian terhadap komposisi batu yang digunakan oleh pembangun kuno. Penelitian ini memungkinkan mereka mengidentifikasi lokasi tambang tempat batu-batu itu kemungkinan diambil untuk dibawa ke lokasi konstruksi.
Dengan menerapkan teknik analisis petrografis dan stratigrafis, para peneliti menemukan mayoritas batu merupakan jenis calcarenites, yaitu "batuan sedimen detrital yang terikatnya sedikit, mirip dengan yang dikenal sebagai 'batuan lunak' dalam rekayasa sipil modern."
Melalui pemeriksaan petrologi, mereka mengenali lima jenis batu yang berbeda, termasuk calcirudites, calcarenites, dan brekia kapur, yang sesuai dengan fasies sedimen di Cerro de la Cruz. Batu-batu ini diambil dari suatu tempat tambang yang berjarak sekitar satu kilometer.
Dalam makalah mereka, para peneliti menyatakan, memindahkan dan membangun dolmen dari batu-batu sebesar ini, yang sangat berat dan rentan retak, memerlukan perencanaan yang sangat hati-hati dan pekerjaan rekayasa yang kompleks.
Hal ini terutama berlaku untuk batu penutup atau keystone, yang merupakan batu besar yang ditempatkan di atas ruang dan berfungsi sebagai atap dolmen.
Berdasarkan perhitungan, batu ini memiliki berat sekitar 150 ton. Para ilmuwan mengatakan mengangkat dan menempatkan batu ini di atas ruangan akan memerlukan perancah dan kabel yang kuat. Untuk mengangkut blok-blok sebesar ini tanpa merusaknya, jalan yang sangat rata akan diperlukan, suatu hal yang sulit dibayangkan 5.700 tahun lalu.
Kelompok peneliti juga mengungkapkan dolmen ini dengan sengaja diarahkan ke arah tertentu untuk menunjuk ke tujuan yang diinginkan.
Secara khusus, posisinya ditentukan menghadap ke pegunungan terdekat, menciptakan pola cahaya yang kompleks di dalam ruangan.
Lebih lanjut, ilmuwan masa kini menyimpulkan para insinyur kuno mengembangkan metode yang memungkinkan pemasangan batu-batu lebih kecil di sepanjang pinggiran ruangan. Batu-batu ini kemungkinan berfungsi sebagai perlindungan dolmen dari air dan mencegah erosi.
Tidak hanya mengidentifikasi sumber tambang Cerro de la Cruz dan melacak rincian logistik transportasinya, penelitian ini juga memberikan wawasan mendalam mengenai perencanaan yang luas, koordinasi tenaga kerja, keahlian teknis, dan perhitungan yang terlibat dalam pembangunan Menga.