Dapat Petunjuk dari Lukisan, Ilmuwan Akhirnya Paham Bagaimana Piramida Mesir Dibangun
Dapat Petunjuk dari Lukisan, Ilmuwan Akhirnya Paham Bagaimana Piramida Mesir Dibangun
Seiring berjalannya waktu, misteri-misteri yang terpendam tentang piramida satu per satu mulai terungkap lewat berbagai penelitian para ilmuwan.
-
Bagaimana piramida Mesir dibangun? Penemuan penting di bagian kuno Sungai Nil menjadi kunci jawaban bagaimana pembangunan piramida di Mesir dilakukan berabad-abad lalu.Jalur air yang kini telah mengering di Giza kemungkinan besar dimanfaatkan sebagai jalur transportasi untuk mengangkut bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan piramida Mesir.
-
Bagaimana Piramida Giza dibangun? Terakhir, ada Piramida Giza, struktur tertinggi yang pernah dibangun umat manusia selama 4.000 tahun lebih.
-
Apa teknologi yang digunakan dalam pembangunan Piramida? 'Banyak teori tentang konstruksi Piramida menunjukkan bahwa dibantu oleh perangkat mekanis dasar seperti tuas dan tanjakan, digunakannya,' kata penulis utama studi Xavier Landreau, CEO lembaga penelitian Paleotechnic.
-
Siapa yang merancang Piramida Bertingkat? Para sejarawan juga percaya bahwa Piramida Bertingkat yang dibangun sekitar tahun 2680 SM sekitar satu abad sebelum Piramida Agung Giza, dirancang oleh arsitek legendaris Imhotep, yang ditugaskan oleh Firaun Djoser untuk membangun tempat pemakamannya.
-
Siapa yang membangun piramida? Piramida berusia 3.000 tahun ini ditemukan di sekitar Sungai Taldy, wilayah Karaganda, dan dinamakan 'Piramida Karazhartaz'.Dikutip dari laman The Brighter Side, Kamis (10/10), piramida ini dibangun kebudayaan Begazy-Dandibay dan memberikan wawasan terkait peradaban yang berkembang di Zaman Perunggu Akhir.
Dapat Petunjuk dari Lukisan, Ilmuwan Akhirnya Paham Bagaimana Piramida Mesir Dibangun
Asal-usul piramida hingga saat ini masih menjadi misteri.
Dilansir dari Unilad (3/3), salah satu penelitian oleh para ilmuwan telah mengungkapkan bagaimana mereka meyakini orang Mesir Kuno membangun piramida.
Mereka mampu membangun Piramida Agung Giza yang berukuran 146 meter, tanpa menggunakan peralatan yang canggih seperti truk pengungkit (forklift) atau mesin pengerek.
Hal ini selalu menjadi misteri bagi para ilmuwan bagaimana orang Mesir Kuno bisa membangun piramida mereka.
Namun, sebuah tim fisikawan di Universitas Amsterdam berpendapat mereka mungkin telah memecahkan misteri bagaimana piramida dibangun.
Penelitian yang dipimpin Dr. Daniel Bonn, berfokus pada lukisan dinding di dalam makam Djehutihotep 'Kepala Suku Kelinci' yang menjadi petunjuk teknik pembangunan tertentu pada masa itu.
Lukisan yang berasal dari sekitar tahun 1900 SM ini menggambarkan 172 orang yang sedang memindahkan sebuah patung dengan tali yang terikat pada kereta luncur. Di depan kereta luncur, terlihat air dituangkan di atas pasir.
Jadi, para fisikawan memutuskan untuk mencoba proses itu sendiri, meskipun tidak pergi ke Mesir untuk membangun piramida lain, tapi dalam skala yang lebih kecil.
Tim menemukan jika pasir kering, maka akan terbentuk gumpalan-gumpalan yang membuat benda-benda yang bergerak menjadi lebih sulit, tapi jika menambahkan air dalam jumlah yang tepat, maka cairan tersebut akan mencegah gumpalan dan membuat pasir menjadi lebih halus.
"Jika menggunakan pasir kering, ini tidak akan bekerja dengan baik, tapi jika pasirnya terlalu basah, ini juga tidak akan berhasil. Ada kekakuan yang optimal," ujar Bonn kepada Live Science pada saat itu.
Sebelum penemuan ini, diperkirakan penuangan air pada lukisan tersebut merupakan tindakan seremonial semata, dan bukan bagian penting dari proses konstruksi.
Temuan ini tampaknya mengakhiri spekulasi tak berujung tentang bagaimana piramida itu dibuat. Sejumlah orang bahkan pernah berspekulasi piramida adalah hasil karya alien.
Menurut penelitian, 'gesekan pada pasir akan sangat berkurang dengan penambahan sedikit air tapi tidak banyak'.
Hal ini sangat sederhana, namun fisikawan pun mengakui penemuan yang dipublikasikan di Physical Review Letters ini mengejutkan mereka.
"Saya sangat terkejut dengan jumlah gaya tarik yang dapat dikurangi sebanyak 50 persen, yang berarti orang Mesir hanya membutuhkan setengah dari jumlah orang untuk menarik pasir basah dibandingkan dengan pasir kering," kata Dr Bonn kepada The Washington Post dalam sebuah wawancara lain.
Tim peneliti akhirnya menyimpulkan: "Dengan adanya jumlah air yang tepat, pasir gurun yang basah akan menjadi dua kali lebih kaku dibandingkan dengan pasir kering."
"Kereta luncur meluncur jauh lebih mudah di atas pasir gurun yang keras karena pasir tidak menumpuk di depan kereta luncur seperti halnya pada pasir kering."