Peneliti Pakai Robot untuk Lihat Bagian Dalam Piramida Giza, Ternyata Begini Isinya
Peneliti Pakai Robot untuk Lihat Bagian Dalam Piramida Giza, Ternyata Begini Isinya
-
Apa yang ditemukan ilmuwan dalam penelitian mereka tentang piramida? Tim menemukan jika pasir kering, maka akan terbentuk gumpalan-gumpalan yang membuat benda-benda yang bergerak menjadi lebih sulit, tapi jika menambahkan air dalam jumlah yang tepat, maka cairan tersebut akan mencegah gumpalan dan membuat pasir menjadi lebih halus.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti di dekat Piramida Giza? Para peneliti telah lama menduga banyak piramida dibangun di samping saluran Sungai Nil yang mengering. Piramida Giza, piramida terbesar di Mesir, berada di tengah gurun dan sangat jauh dari tepian Sungai Nil. Namun penelitian baru menunjukkan dulunya piramida ini berada di samping cabang utama Sungai Nil yang dipenuhi oleh perahu.
-
Bagaimana peneliti mendokumentasikan piramida? Selama penelitian, para peneliti melakukan konservasi dan mendokumentasikan situs tersebut dengan menggunakan bantuan drone guna membuat model fotogrametri digital.
-
Apa bentuk sebenarnya piramida Giza? 'Dengan kata lain, Piramida Agung adalah piramida segi delapan cekung, bukan piramida persegi standar (segi empat).
-
Siapa yang menemukan piramida itu? Dinamai Monumen Yonaguni, struktur berbentuk piramida ini ditemukan penyelam lokal, Kihachiro Aratake pada 1987.
-
Siapa yang memimpin penelitian di piramida? Sebuah misi bersama Mesir-Jerman yang dipimpin ahli Mesir Dr. Mohamed Ismail Khaled dari Departemen Egyptology di Julius-Maximilians-Universität Würzburg (JMU) baru-baru ini membuat penemuan penting di dalam Piramida Sahura.
Peneliti Pakai Robot untuk Lihat Bagian Dalam Piramida Giza, Ternyata Begini Isinya
Bertahun-tahun banyak orang penasaran dengan apa yang ada di dalam Piramida Giza Mesir. Arkeolog berbondong-bondong melakukan penggalian untuk mengetahui isi Piramida Giza.
Tapi sejauh ini peneliti telah menemukan suatu bagian dari bangunan berusia 4.500 tahun itu yang terlalu kecil untuk dilewati manusia.
Apa yang selama ini disebut 'batu penghalang' di dalam ruang Ratu ditemukan di Piramida Giza pada 1993. Namun apa yang ada di bali batu itu hingga kini masih menjadi misteri.
Selain lorongnya sangat kecil karena berukuran hanya 20 sentimeter kali 20 sentimeter, panjangnya pun 60 meter dan berada pada posisi dengan kemiringan 40 derajat.
Akhirnya pada 2011 tim peneliti memutuskan membuat sebuah robot yang bisa merekam apa yang ada di dalam lorong sempit itu.
DIlansir laman Unilad, para ahli Mesir dan internasional akhirnya bekerja sama membuat robot itu dalam sebuah proyek bernama 'The Djedi Project'.
Tim ini ditangani oleh Universitas Leeds, Inggris dan didukung oleh Dassault Systemes di Prancis.
"Mendesain robot ini cukup menantang. Robotnya harus benar-benar ringan dan akhirnya kami mendapatkan robot dengan berat 5 kilogram," kata Profesor Rob Richardson.
"Karena sangat ringan jadi tidak butuh banyak daya. Akhirnya tantang berubah menjadi peluang.
"Kami mengembangkan sebuah siste yang bisa menggerakkan robot perlahan menelusuri lorong."
Tim ahli butuh waktu lima tahun untuk membuat robot itu.
Proyek ini kemudian berhasil merekam selama sembilan jam kondisi di dalam lorong dan sejumlah rahasia akhirnya terkuak.
"Sekitar 50 meter di sepanjang lorong--beberapa meter sebelum yang kami pikir ujungnya, ada sebuah batu yang menghalangi," kata Richardson.
"Kami tidak tahu batu itu menghalangi akses ke mana. Kami kemudian bisa menaruh kamera melewati batu itu dan terungkaplah sebuah ruang kecil dengan simbol berwarna di lantainya."
Profesor Richardson menduga lorong itu adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar ketimbang sekadar ventilasi udara.
Tujuan dari dibuatnya lorong itu hingga kini masih misteri.
Pada 2020 sebuah film dokumenter dirilis dengan judul "The Robot, The Dentist and The Pyramid".
Nama judul fim itu diambil dari nama seorang dokter gigi asal Hong Kong sekaligus penemu Dr Tze Chuen Ng yang mengusulkan dibuat sebuah robot untuk menjelajahi bagian dalam piramid.