Teknologi ini Dipakai Orang Mesir Kuno Membangun Piramida Raksasa
Ilmu fisika ternyata dipakai orang-orang Mesir Kuno untuk membangun piramida.
Ilmu fisika ternyata dipakai orang-orang Mesir Kuno untuk membangun piramida.
Teknologi ini Dipakai Orang Mesir Kuno Membangun Piramida Raksasa
Misteri bagaimana masyarakat Mesir Kuno membangun piramida merupakan salah satu teka-teki yang paling populer, bagi Egiptolog (ahli Mesir Kuno), fisikawan, dan insinyur.
Terbaru, peneliti dari Universitas Amsterdam mengungkapkan bahwa air memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan Piramida Raksasa. Hal itu seperti dikutip dari UNILAD, Washington Post, dan Live Science, pada hari Senin (4/3).
-
Bagaimana piramida Mesir dibangun? Penemuan penting di bagian kuno Sungai Nil menjadi kunci jawaban bagaimana pembangunan piramida di Mesir dilakukan berabad-abad lalu.Jalur air yang kini telah mengering di Giza kemungkinan besar dimanfaatkan sebagai jalur transportasi untuk mengangkut bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan piramida Mesir.
-
Apa teknologi yang digunakan dalam pembangunan Piramida? 'Banyak teori tentang konstruksi Piramida menunjukkan bahwa dibantu oleh perangkat mekanis dasar seperti tuas dan tanjakan, digunakannya,' kata penulis utama studi Xavier Landreau, CEO lembaga penelitian Paleotechnic.
-
Dimana piramida Mesir dibangun? Temuan Dari Luar Angkasa Ungkap Piramida Mesir Dibangun Menggunakan Air Ilmuwan mengungkap piramida-piramida Mesir lokasinya dekat dengan jalur air di masa lalu.
-
Bagaimana para ilmuwan menemukan teknik pembangunan piramida? Penelitian yang dipimpin Dr. Daniel Bonn, berfokus pada lukisan dinding di dalam makam Djehutihotep 'Kepala Suku Kelinci' yang menjadi petunjuk teknik pembangunan tertentu pada masa itu.
-
Bagaimana Piramida Giza dibangun? Terakhir, ada Piramida Giza, struktur tertinggi yang pernah dibangun umat manusia selama 4.000 tahun lebih.
-
Bagaimana orang Mesir Kuno mengangkut batu piramida? Kemungkinan besar balok-balok batu ditarik di atas papan seluncur -- seperti yang terlihat pada gambar-gambar dari Mesir kuno yang memperlihatkan proses pemindahan benda-benda besar menggunakan metode tersebut,' kata Salim, dilansir dari AFP.
Jawaban dari misteri besar tersebut ternyata cukup sederhana. Para pekerja yang membangun piramida membawa balok batu besar dengan menggunakan kereta luncur kayu, sebuah kereta luncur yang sederhana.
Kemudian, kereta luncur tersebut ditarik oleh para pekerja melewati padang gurun. Kereta luncur tersebut ternyata dapat berjalan dengan lancar, menurut penelitian Bonn, dkk., karena pasir yang dilewati dibasahi dengan menggunakan air.
Hal tersebut dilakukan dalam pembangunan super kompleks di masa, yang tentunya, belum terdapat peralatan canggih seperti yang dipakai dalam pembangunan masa sekarang, seperti forklif dan alat derek (crane).
Temuan ini didapatkan oleh para ilmuwan setelah mereka memfokuskan penelitiannya pada sebuah lukisan dinding yang memperlihatkan sebuah metode pembangunan.
Pada lukisan itu, terdapat gambaran para pekerja yang menarik kereta luncur yang menampung batu menggunakan tali. Yang unik, pada lukisan tersebut juga terdapat seseorang yang berdiri di atas kereta luncur sambil mengucurkan air ke pasir yang akan dilalui kereta luncur.
Apa yang dilakukan oleh orang tersebut pun menjadi pertanyaan dan perdebatan. Para ahli Mesir Kuno telah menafsirkan air yang dituangkan merupakan bagian dari sebuah ritual penyucian.
Akan tetapi, para ilmuwan telah menemukan alasan saintifik dari dilakukannya hal tersebut, yaitu untuk mengurangi friksi atau gesekan antara kereta luncur dan pasir.
Tim peneliti kemudian melakukan uji coba dengan mengulangi proses yang sama di laboratorium, dengan menggunakan kereta luncur dan pasir yang sudah dikeringkan dalam oven. Mereka juga menuangkan air pada pasir tersebut dan akhirnya dugaan mereka dapat terbukti.
“Gesekan yang ada saat pergeseran pada pasir akan sangat berkurang dengan penambahan sedikit – namun tidak terlalu banyak – air,”
tulis tim peneliti di laporannya.
Dengan hal tersebut, pasir akan menjadi, kira-kira, dua kali lebih kaku jika dibandingkan dengan pasir kering sehingga kereta dapat meluncur dengan lebih lancar.
“Jika anda menggunakan pasir kering, (pergeseran di atas pasir) tidak akan berjalan dengan terlalu baik, tetapi jika pasirnya terlalu basah, hal tersebut juga tidak akan berjalan. Terdapat tingkat kekakuan yang optimal,” ucap Bonn kepada Live Science.
“Saya sangat terkejut dengan seberapa besar gaya tarik yang bisa dikurangi—hingga 50 persen—yang berarti orang Mesir Kuno hanya membutuhkan setengah dari pekerja untuk menarik di atas pasir basah jika dibandingkan dengan pasir kering,” ujar Bonn kepada the Washington Post.