Dikira Gundukan Kuburan, Arkeolog Ternyata Temukan Sumur Berusia 3.100 Tahun, Isinya Harta Karun Kuno
Desain sumur ini memberikan kesan seperti gundukan pemakaman.
Para arkeolog awalnya mengira situs di Pulau Cephalonia, Yunani itu adalah gundukan kuburan setelah dilihat dari foto udara. Pasalnya, foto-foto tersebut menunjukkan struktur melingkar yang menyembul melalui vegetasi di atas bukit yang tidak dapat diakses.
Namun setelah melakukan penggalian di situs tersebut, para arkeolog menemukan sepasang sumur kuno besar yang dikelilingi lingkaran bebatuan. Demikian disampaikan Kementerian Kebudayaan dan Olahraga Yunani dalam rilisnya pada 2 Agustus.
Desain sumur ini memberikan kesan seperti gundukan pemakaman. Menurut para arkeolog, sumur ini berusia sekitar 3.100 tahun, seperti dikutip dari Miami Herald, Selasa (6/8).
Sumur ini memiliki kedalaman sekitar 4,8 meter. Sebuah foto menunjukkan salah satu sumur kuno yang sedang dalam proses penggalian.
Tambang Batu
Menurut para arkeolog, sumur tersebut menunjukkan tanda-tanda penambangan batu dan terdapat celah berukir di mana potongan kayu disusun untuk membentuk tangga. Bagian atas sumur dirancang untuk memungkinkan pembangunan platform kayu. Struktur ini memungkinkan orang-orang zaman dahulu menggali sumur dan membuang materialnya.
Namun reruntuhan itu bukan sekadar lokasi penambangan. Mereka juga memiliki tujuan ritual, kata para arkeolog. Penggalian juga menemukan beberapa lapisan tanah liat, batu, dan tembikar yang disusun dengan cermat. Para arkeolog menggambarkan potongan tembikar tersebut sengaja dipecah kemudian disebarkan ke dalam lapisan yang berbeda. Hal ini mengejutkan tim penggalian.
Di situs kuno lainnya, artefak tembikar biasanya dibiarkan utuh dan tidak dipecahkan. Namun orang-orang zaman dahulu yang menggunakan sumur tersebut memutuskan untuk menghancurkan tembikar mereka. Para arkeolog tidak tahu alasannya. Sumur ini dibangun dalam waktu singkat dan memiliki ciri khas sebuah ritual, kata para pejabat. Semua pecahan tembikar berasal dari akhir Zaman Perunggu.
Menurut para pejabat, situs ini juga menunjukkan jejak aktivitas ritual. Setelah struktur diisi, bukaan ditutup dengan lapisan tebal kalsium karbonat, senyawa garam berbentuk tepung. Dua pecahan guci kemudian diletakkan di atasnya.