Langkah Sinta Rosma Perkenalkan Batik Paser ke Mata Dunia
Sinta Rosma Yenti memperkenalkan Batik Paser yang merupakan salah satu kekayaan wastra dari Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Ketua Tim Penggerak PKK dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Paser yang juga istri Bupati Paser, Sinta Rosma Yenti menghadiri interview dan talk show dalam acara Tatawastra Cita dan Cipta yang digelar Fimela berkolaborasi dengan Liputan 6 di Ballroom Hotel Shangrila, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut Sinta Rosma Yenti memperkenalkan Batik Paser merupakan salah satu kekayaan wastra dari Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, yang telah mendapatkan hak cipta. Bagi Sinta, mendaftarkan hak cipta motif Batik Paser sangat penting untuk dilakukan, agar pemerintah daerah lebih mudah memperkenalkan kain tradisional tersebut ke masyarakat yang lebih luas.
- Pamerkan Batik Paser di Acara Tatawastra, Ini Pesan Sinta Rosma Yenti
- Kepincut, Ibu Negara Beli Batik dan Gelang dari UMKM Mitra Binaan Pertamina
- Mengenal Batik Tulis Bayat, Hasil Karya Ibu-ibu Usai Gempa Yogyakarta 2006
- Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa
"Ini tantangan bagi saya sebenarnya, karena sebelumnya tidak pernah ada yang mengusulkan, tapi di tahun 2022-2023 kita lombakan dan terpilih 4 motif yang temanya adalah flora dan fauna, kita daftarkan hak ciptanya ke tingkat provinsi dan nasional, waktu itu," cerita Sinta Rosma yang dikutip merdeka.com dari FIMELA.
Keempat motif Batik Paser yang dipatenkan ini mengambil inspirasi dari kekayaan alam yang ada di Kabupaten Paser. Adapun keempat motif Batik Paser adalah Bua Lisoi (nama gelang yang dibuat perajin Kabupaten Paser), Secang (kulit batang kayu), Deli Tekalo (tekalo maknanya kecombrang, deli tekalo adalah makanan khas Paser), dan Tebuan (tawon yang memang banyak terdapat di Paser).
Langkah Sinta Rosma Kenalkan Batik Paser ke Masyarakat Luas
Setelah keempat motif Batik Paser di atas berhasil mendapatkan hak paten di tingkat nasional, Sinta Rosma tak menghentikan langkahnya begitu saja. Ia kemudian mengambil inisiatif untuk membagikan kain batik tersebut ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Paser.
"Saya lalu berpikir bagaimana batik yang sudah dipatenkan ini bisa lebih dikenal dan dipakai. Jadi, saya bicara dengan dinas pendidikan setempat agar batik ini bisa masuk ke sekolah-sekolah dan pemerintah Kabupaten Paser juga membantu dengan menggratiskan."
Bukan tanpa tantangan Sinta Rosma yang telah menjabat sebagai Ketua Dekranasda Kabupaten Paser selama 4 tahun ini, untuk terus menggerakkan generasi muda di daerahnya lebih mencintai batik, terutama Batik Paser. Kehadiran Sinta Rosma di acara Parade Wastra Nusantara menandai satu langkah maju lagi untuk memperkenalkan Batik Paser ke tingkat nasional.
"Saya sudah bicara dengan Ferry Sunarto, agar kita bisa berkolaborasi membuat acara wastra di Kabupaten Paser, khususnya untuk memperkenalkan lebih lanjut motif batik yang telah dipatenkan."
Sinta Rosma juga bicara perihal nasib para perajin batik yang ada di Kabupaten Paser. Sebelum mendaftarkan hak paten beberapa motif Batik Paser, Sinta Rosma ternyata telah bicara terlebih dahulu dengan Bapak Bupati Paser terkait para perajin batik di daerah setempat.
"Kami bicara tentang bagaimana caranya bisa mendatangkan pelatihan-pelatihan yang dibantu oleh pemerintah. Dan beberapa kecamatan telah mengikuti pelatihan tersebut, sehingga tentunya ini membantu perekonomian masyarakat Kabupaten Paser."
Batik Melawan Budaya Barat
Sinta Rosma melihat gelaran Parade Wastra Nusantara yang dibuat oleh FIMELA sebagai bentuk melawan budaya Barat. Baginya, ini adalah cara agar masyarakat dunia juga mau mengenakan kain tradisional Indonesia.
"Jangan kita yang kalah, biar mereka yang masuk mengenakan batik kita. Saya harap generasi muda tidak lagi malu mengenakan batik, karena kita selalu bisa memakainya dengan cara yang berbeda," tutup Sinta Rosma di akhir wawancara dengan tim FIMELA VIP.