Lucky Hakim soal Rohingya: Suu Kyi tak pantas raih Nobel Perdamaian
Lucky meminta Pemerintah Indonesia untuk melakukan protes keras atas perlakuan militer Myanmar terhadap warga Rohingya.
Konflik berdarah di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, terus berkecamuk. Serdadu pemerintah Myanmar tidak pandang bulu melepaskan tembakan. Targetnya mulai dari lelaki, perempuan, lansia, hingga anak-anak. Perkampungan mereka turut dibakar.
Diduga sekitar 800 warga etnis muslim minoritas Rohingya tewas dibunuh pasukan pemerintah Myanmar yang kalap karena mendapat perlawanan dari pemberontak Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan. Namun, pihak pemerintah mengklaim jumlah korban jiwa hanya seratus.
"Begitu kejam dan biadab yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap etnis muslim Rohingya, mereka dibantai dengan kejam, anak-anak dan wanita juga orang lanjut usia pun tidak luput dari perilaku kejam militer Myanmar, semoga Allah SWT melindungi saudara-saudara kita di Rohingya," kata anggota DPR RI fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Lucky Hakim di Jakarta, Kamis (31/8).
Lucky meminta Pemerintah Indonesia untuk melakukan protes keras atas perlakuan militer Myanmar terhadap warga Rohingya. Jika perlu, lanjut pria kelahiran 12 Januari 1978 ini, Pemerintah hentikan kerja sama bilateral terhadap Myanmar.
"Saya mengimbau Presiden Jokowi untuk mengundang Duta Besar Myanmar untuk menyampaikan keprihatinannya sekaligus protes agar tidak terjadi kekejaman dan tragedi kemanusiaan. Kalau perlu, diusir saja dubes (Myanmar) dari Indonesia kalau memang pembantaian itu tetap terjadi," tegas Lucky.
Atas tragedi kemanusiaan tersebut, Lucky juga mengungkapkan kegeramannya pada pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi. Menurut Lucky, Suu Kyi tak pantas menyandang gelar sosok penerima Nobel Perdamaian.
"Saya benar-benar tidak habis pikir pada Aung San Suu Kyi, dia tak pantas meraih Nobel Perdamaian. Apalagi dia menyangkal adanya tragedi kemanusiaan di negaranya, sungguh pemimpin kejam. Ini harusnya ditarik kembali nobelnya dan dibatalkan juga. PBB harus segera melakukan aksi yang lebih konkrit seperti embargo dan sanksi-sanksi lain terhadap Myanmar," tutup Lucky.
Seperti diketahui, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut masyarakat internasional buta dan tuli terhadap situasi yang tengah menimpa penduduk muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Sebab, kelompok minoritas itu hingga kini masih terus terpojok hingga tidak memiliki tempat untuk berlindung.
"Sayangnya saya bisa mengatakan bahwa dunia saat ini buta dan tuli terhadap apa yang sedang terjadi di Myanmar. Mereka seolah tidak melihat dan mendengar," kata Erdogan dalam sebuah wawancara seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Selasa (29/8).
Baca juga:
Erdogan sebut dunia buta dan tuli tentang situasi penduduk muslim Rohingya
Rapat paripurna HUT DPR diwarnai interupsi soal Rohingya
Indonesia pasok obat-obatan dan bangun rumah sakit untuk etnis Rohingya
Tangis histeris wanita Rohingya saat ditolak mengungsi ke Bangladesh
Malaysia desak Suu Kyi jangan tutup mata soal Rohingya
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Di mana pengungsi Rohingya di Aceh berlabuh? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
-
Kenapa pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
-
Di mana para pengungsi Rohingya tersebut diantar oleh warga? Ratusan pengungsi Rohingya yang berlabuh di Dusun Blang Ulam, Gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar, diangkut warga menggunakan mobil ke kantor Gubernur Aceh.
-
Dimana Rohingya itu ditemukan? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.