Mahasiswa Papua di Yogya menolak dianggap biang kerok & pro OPM
Mereka menyatakan hanya segelintir yang berbuat onar.
Mahasiswa Papua yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta menolak dianggap sebagai biang kerok meresahkan ketentraman masyarakat setempat. Mereka juga menyangkal akan melakukan aksi mendukung Organisasi Papua Merdeka, berujung pengepungan asrama mahasiswa Papua di Yogyakarta oleh polisi.
"Kami rasa tidak ada masalah dengan masyarakat Yogya. Jadi kalau hari ini ada berita atau info yang menyebarkan bahwa warga Papua melakukan kerusuhan di Yogya, itu semua salah," kata Roy saat ditemui di asrama Kamasan, Jalan Kusumanegara 119, Minggu (17/7).
Roy meminta masyarakat menyaring informasi beredar dan memojokkan suatu ras. Menurut dia, banyak kabar burung menyudutkan masyarakat Papua di Yogyakarta.
"Kami tidak memungkiri hal itu, tapi tidak semua orang Papua berbuat rusuh. Sama halnya dengan semua, baik orang Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan semuanya," ujar Roy.
Hanya saja, Roy mengakui ada warga Papua terlibat kericuhan selama di Yogyakarta. Namun menurut dia, hal itu tidak bisa dipukul rata.
"Kalau ada warga Papua yang melakukan kerusuhan di Jogja, itu hanya oknum. Tidak bisa semua orang Papua dianggap sebagai perusuh. Kita harus adil sejak dalam pikiran," ucap Roy.
Roy menyatakan, orang Papua menjunjung tinggi kearifan lokal Yogyakarta sebagai kota kebudayaan dan pendidikan. Mereka memandang Jogja sebagai wadah yang menghargai, dan menghormati segala perbedaan suku, agama, ras, dan gender.
"Kami cinta Yogya, dan Yogya adalah rumah kita bersama. Kami ingin Yogya tetap aman dan tetap nyaman di hati semua manusia," tutup Roy.