Mahasiswa UB Malang ciptakan sepeda motor cerdas untuk kaum difabel
Sepeda motor tersebut tanpa dilengkapi setir atau stang, karena memang diperuntukkan untuk tuna daksa yang tidak memiliki tangan. Bentuk dasarnya merupakan modifikasi sepeda motor jenis matic yang dijual di pasaran.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan sebuah sepeda motor cerdas untuk kaum difabel. Sepeda motor yang diberi nama Electric Mini Seater (EMS) itu didesain untuk membantu para penyandang tuna daksa, yang tidak memiliki kedua tangan.
Secara kasat mata, desain EMS tidak jauh berbeda dengan sepeda motor pada umumnya. Hanya saja motor tersebut dibuat beroda tiga dan tempat duduk dilengkapi sandaran.
-
Apa saja wisata di Malang yang cocok untuk wisata edukasi? Jatim Park 1 adalah obyek wisata yang memadukan unsur edukasi dengan pariwisata yang menarik. Jika Anda tertarik dengan wisata edukasi seperti teknologi, fisika, kimia, matematika, dan biologi, maka Jawa Timur Park 1 bisa menjadi pilihan yang cocok untuk dikunjungi.
-
Apa yang diluncurkan oleh Fakultas Teknik UGM? "Tentunya pesawat tanpa awak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. BPBD salah satunya yang akan memanfaatkannya karena pesawat ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, misalnya gempa bumi," kata Dekat Fakultas Teknik UGM Prof. Selo pada Rabu (3/9).
-
Apa yang ditemukan oleh pekerja bangunan di Malang? Kerangka mayat terbungkus karung goni ditemukan oleh para pekerja bangunan di Kawasan Jalan Simpang Galunggung Kota Malang.
-
Apa yang terjadi dengan keluarga di Malang? Polisi menduga tiga orang dalam satu keluarga yang meninggal dunia di Kabupaten Malang bunuh diri bersama-sama.
-
Siapa yang menjadi sasaran dari seminar Pendidikan Budi Pekerti di Malang? Seminar dengan tema Pendidikan Budi Pekerti Bagi Anak dan Remaja ini dilakukan di dua tempat di Kota Malang."IIDI memilih dua sekolah, yang di SMP 27 sudah dilaksanakan pada 2 Mei lalu pada waktu Hardiknas, sedangkan yang di SMA 2 dilaksanakan hari ini tanggal 14 Mei," terang Ketua IIDI Cabang Malang, Ny. Diyah Himawati Santosa, SE.
-
Apa yang diraih oleh Mukhamad Ngainul Malawani di UGM? Pada Rabu (24/1), sebanyak 836 Mahasiswa Program Pascasarjana UGM menjalani wisuda di Grha Sabha Pramana. Salah satu dari mereka ada nama Mukhamad Ngainul Malawani (31). Pria yang akrab disapa Ngainul itu berhasil meraih IPK tertinggi yaitu 4,00 sekaligus berpredikat pujian. Tak hanya itu, ia juga menjadi wisudawan dengan predikat lulusan tercepat karena berhasil meraih gelar doktor dalam waktu 2 tahun 8 bulan 17 hari. Padahal masa studi rata-rata jenjang program S3 adalah 4 tahun 9 bulan.
Sepeda motor yang masih prototipe itu terhubung dengan komputer dan layar monitor. Sebuah mini komputer tersimpan di bagian depan sepeda motor dan terhubung dengan layar monitor.
Sebuah layar monitor diletakkan di depan pengemudi, tepatnya di bagian yang biasa untuk papan speedometer. Layar monitor tersebut berfungsi memantau prosesing komputer dan perjalanan.
Sebuah kamera diletakkan mengarah tepat pada mata pengemudinya. Kamera tersebut merekam gerakan retina mata yang sekaligus menjadi input perintah untuk sepeda motor tersebut.
"Ketika pupil mata bergerak ke kanan, setir motor akan berbelok ke kanan, begitupun kalau bergerak ke kiri, juga berbelok ke ke kiri. Komputer akan mengolah perintah dari posisi mata pengendaranya," kata Abdurahman, salah satu petugas di UB IT Innovation Gathering (UB ITIG) 2016 di GOR Pertamina UB, Senin (16/10).
Sepeda motor prototipe tersebut dipamerkan dalam UB IT Innovation Gathering (UB ITIG) 2016 di GOR Pertamina UB, Senin (16/10).
Sepeda motor tersebut tanpa dilengkapi setir atau stang, karena memang diperuntukkan untuk tuna daksa yang tidak memiliki tangan. Bentuk dasarnya merupakan modifikasi sepeda motor jenis matic yang dijual di pasaran.
"Ini masih prototipe, kecepatannya pun masih konstan. Kita masih mengutamakan keamanan pengendaranya terlebih dahulu," katanya.
Anggota tim penemu Electric Mini Seater antara lain Fitri Utaminingrum, Muhammad Ali Fauzi, Yuita Arum Sari, Renaldi Primaswara dan Sigit Adinugroho. Mereka telah melakukan penelitian selama sekitar enam bulan.
Namun hingga saat ini masih belum siap dioperasionalkan di jalanan umum. Progresnya masih sekitar 60-70 persen dari bentuk ideal. Akurasi dari deteksi perintah yang diberikan, atau deteksi pupil mata masih 83 persen.
(mdk/sho)