Malam tahun baru pelajar rentan lakukan hubungan luar nikah
"Pagi hari setelah malam tahun baru, saya selalu melihat alat kontrasepsi berceceran di Pantai Kenjeran," kata Bayu.
Di tahun 2012, survei yang dilakukan Hot Line Pendidikan, 16 persen siswi di Surabaya, Jawa Timur sudah pernah berhubungan badan alias tidak perawan. Sedangkan 44 persennya menganggap, berpacaran boleh hubungan intim dengan pasangannya.
Dan hubungan intim itu, rentan terjadi pada saat malam pergantian tahun. Dari survei tersebut, menurut para pelajar ini, tempat yang aman untuk melakukan aktivitas seksual pada saat berpacaran, 49 persen mengatakan di mal, di Gedung Bioskop dan kafe serta tempat hiburan yang tertutup (27 persen), di rumah (24 persen), dan di sekolah sebanyak 16 persen.
Aktivitas seksual yang dilakukan di sekolah adalah ciuman, saling meraba bagian tubuh lawan jenisnya. 22 Persen pelajar melakukan aktivitas itu di kelas pada saat jam kosong dan 13 persen dilakukan di kantin atau di tempat-tempat sepi di lingkungan sekolah, seperti kamar mandi.
Dalam melakukan aktivitas seksual tersebut, para pelajar mengenal apa yang disebut dengan momentum waktu untuk melakukan aktivitas seksualnya, yaitu pada saat sehabis puasa dan lebaran, menjelang pergantian tahun malam tahun baru, peringatan valentine day serta merayakan kelulusan.
Ketua Hot Line Pendidikan, Isa Ansori mengatakan, sumber informasi yang banyak menjadi rujukan para pelajar untuk melakukan aktivitas seksual, adalah televisi (TV) sekitar 57 persen, dari teman 53 persen, HP dan internet (28 persen), radio (23 persen), media cetak (22 persen).
"Survei ini kami lakukan sebagai tindak lanjut penelitian terdahulu tentang perilaku pelajar setingkat SMP yang pernah dilakukan Hot Line Pendidikan di tahun 2011. Di tahun 2012 ini, survei yang dilakukan Hot Line Pendidikan didukung oleh YES (Yayasan Embun Surabaya), Tesa (Telepon Sahabat Anak) 129 Jatim dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim," beber Isa, yang juga seorang reporter di salah satu stasiun radio di Surabaya itu, Senin (31/12).
Menurut Isa, riset tentang perilaku seksual pelajar setingkat SMA di Surabaya yang dilakukan pada Juli hingga September 2012 itu, penelitiannya dilakukan melalui sebaran kuesioner sebanyak 600 eksemplar dengan 32 item yang berisi pertanyaan-pertanyaan seputar pandangan dan sikap, serta apa yang dilakukan pelajar semasa mereka berpacaran. "Dari 600 eksemplar kuesioner yang disebarkan, yang kembali ada 200 eksemplar untuk pelajar putra dan 250 untuk pelajar putri."
Dalam kuesioner tersebut, lanjut dia, diberikan pilihan jawaban: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), dan Tidak Setuju (TS) dari item-item pertanyaan yang sudah dibuat oleh tim.
"Masing-masing pilihan jawaban itu, kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan RAPS (Rapid Assesment Procedure System), yaitu penelitian yang dilakukan dalam waktu singkat dengan melakukan penggalian apa saja yang dilakukan pelajar setingkat SMA saat berpacaran serta apa yang menjadi sumber informasi yang mempengaruhi mereka untuk melakukan hubungan suami istri."
Selain itu, penelitian itu juga mengorek keterangan di mana para pelajar biasa melakukan serta kapan waktu yang menurut mereka menjadi moment dalam melakukan aktivitas seksual dalam berpacaran.
Penelitian yang dilakukan ini pada siswa-siswi setingkat SMA kelas XI dengan rentang usia antara 15 hingga 17 tahun, yang tersebar di 12 sekolah di Surabaya, terdiri sekolah SMA, SMK dan sekolah berbasis agama seperti MA dan sekolah Kristen.
"Wilayah sebaran dilakukan di lima wilayah di Surabaya, yaitu Surabaya Timur, Barat, Tengah, Utara dan Selatan. Pilihan sekolah dilakukan dengan mengambil sekolah secara sample baik negeri maupun swasta yang dianggap oleh tim peneliti mewakili tipologi sekolah di Surabaya," pungkas dia.
Sementara itu, beberapa warga Kota Surabaya yang ditanya soal aktivitas seksual para pelajar ini, juga membenarkan hasil survei tersebut. Aktivitas hubungan intim itu terjadi, terutama pada malam tahun baru.
"Setiap malam tahun baru, hubungan intim itu terjadi di daerah Kenjeran, Surabaya. Pagi hari setelah malam tahun baru, saya selalu melihat alat kontrasepsi berceceran di sekitar Pantai Kenjeran," kata Bayu, warga Kenjeran Surabaya