Mantan pejabat dikabarkan gabung ISIS, ini tanggapan Kemenkeu
Mantan pejabat dikabarkan gabung ISIS, ini tanggapan Kemenkeu. Kapuskom Kemenkeu Nufransa Wira Sakti tak menampik hal itu. Nufransa mengungkapkan jika TUAB merupakan eks pegawai Kemenkeu dengan pangkat terakhir golong IIIC.
Seorang pejabat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia dideportasi dari Turki, Istanbul. Pria inisial TUAB (39) ini memboyong serta istri nya NK (44) serta tiga anaknya NA (12), MSU (7), dan MAU (3) ke Turki diduga untuk bergabung kelompok ekstrimis ISIS.
Terkait kabar tersebut, Kapuskom Kemenkeu Nufransa Wira Sakti tak menampik hal itu. Nufransa mengungkapkan jika TUAB merupakan eks pegawai Kemenkeu dengan pangkat terakhir golong IIIC.
"Pada Februari 2016 yang bersangkutan mengundurkan diri sebagai PNS Kemenkeu dengan alasan ingin mengurus pesantren anak yatim di Bogor," ujar Nufransa dalam keterangan diterima merdeka.com, Jumat (27/1).
Semenjak saat itu, lanjutnya, TUAB tak lagi dapat dihubungi.
"Berdasarkan KMK Nomor 759/KM.1/UP.72/2016 mulai Agustus 2016 yang bersangkutan berhenti atas kemauan sendiri. Terhitung sejak diberhentikan, segala kegiatan dan aktifitasnya tidak dapat lagi dihubungkan dengan Kemenkeu dan menjadi tanggung jawab yang bersangkutan," tegasnya.
Nufransa menegaskan Kementerian Keuangan tidak memberikan bantuan hukum terhadap TUAB. "Kami menjunjung azas praduga tak bersalah dan menghormati proses penegakan hukum yang sedang dilaksanakan," pungkasnya.
Sebelumnya, salah satu mantan pejabat Kementerian Keuangan Republik Indonesia dideportasi dari Turki, Istanbul. Ia beserta istri dan tiga anaknya diduga hendak bertolak ke Suriah untuk gabung dengan kelompok ekstrimis ISIS.
"Pria itu memiliki posisi yang strategis di Kementerian Keuangan. Ia menempuh pendidikan di beberapa sekolah ternama di Indonesia dan mendapatkan gelar Master Kebijakan Publik dari Flinders University di Adelaide, Australia," ujar seorang pejabat senior dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kepada Channel News Asia.
Pejabat yang enggan disebutkan namanya itu mengungkapkan, kelimanya merupakan satu keluarga yang mempunyai kehidupan cukup layak di Indonesia.
"Ia memiliki kehidupan yang baik di Indonesia, pekerjaan yang bagus, dan perekonomian yang mapan. Kabarnya, ia menjual rumah sebagai biaya perjalanan ia dan keluarganya menuju Suriah demi keinginan mereka hidup di bawah kekhalifahan," ungkapnya.