Masuk Lewat Jalur Tikus, Satu Keluarga Dideportasi Dari Timor Leste
Satu keluarga itu menggunakan jasa ojek melalui jalur tikus di sekitar Desa Silawan dengan tujuan ingin mengunjungi keluarga, yang sedang sakit di Timor Leste.
Warga negara Indonesia (WNI), lagi-lagi dideportasi oleh pihak Imigrasi Timor Leste, karena masuk secara ilegal atau tanpa paspor ke negara tersebut, Selasa (26/4).
Empat WNI ini diserahkan oleh petugas Imigrasi Timor Leste, kepada petugas Imigrasi TPI PLBN Mota Ain. Identitas keempat WNI tersebut yakni, Joao Freitas Correia, Ana Sebastian Correia, Agiuda Da Costa Freitas dan Lili Do Santos.
-
Kapan deportasi para intelektual Armenia dimulai? Operasi dimulai pada jam 8 malam. Di Konstantinopel, aksi dipimpin oleh Bedri Bey, Kepala Polisi Konstantinopel. Pada malam tanggal 24–25 April 1915, dalam gelombang pertama, 235 hingga 270 pemimpin Armenia di Konstantinopel, pendeta, dokter, editor, jurnalis, pengacara, guru, politisi, dan lainnya ditangkap atas instruksi Kementerian Dalam Negeri.
-
Bagaimana Petugas Imigrasi tersebut meninggal? Korban diduga tewas setelah terlibat cecok dengan pelaku Warga Negara asal Korea Dal Joong Kim (DJK).
-
Bagaimana deportasi para intelektual Armenia dilakukan? Mereka ditahan selama satu hari di kantor polisi dan Penjara Pusat. Pada gelombang kedua angka deportasi mencapai antara 500 dan 600 orang.
-
Siapa yang menerima kunjungan delegasi dari Timor Leste? Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi pada saat menerima kunjungan delegasi Ministry of Agriculture, Livestock, Fisheries and Forestry (MALFF) - Republic Democratic Timor Leste (RDTL) di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta (23/11)
-
Kenapa Petugas Imigrasi tersebut didorong? Berdasarkan hasil olah TKP, dengan menggunakan metode Sciencetif Crime Investigation (CSI) mantan Kapolres Metro Jakarta Barat itu mengatakan tersangka membunuh TS dengan cara mendorongnya dari balkon apartemen.
-
Apa saja produk pertanian Indonesia yang diekspor ke Timor Leste? Produk pertanian Indonesia yang diekspor ke Timor Leste diantaranya gandum, kedelai, kacang hijau, tomat, jeruk, gula, susu, pakan, dan produk unggas.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II TPI Atambua, K. A. Halim menjelaskan, keempat orang WNI ini merupakan satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan cucu (balita), yang beralamat di Naibonat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Menurut K. A. Halim, mereka melintas masuk ke Timor Leste pada Rabu (20/4) lalu, menggunakan jasa ojek melalui jalur tikus di sekitar Desa Silawan dengan tujuan ingin mengunjungi keluarga, yang sedang sakit di Timor Leste.
"Pada (23/4) mereka ditangkap oleh pihak kepolisian Timor Leste saat sudah berada di kediaman keluarganya di Timor Leste dan selanjutnya diserahkan ke Pihak Imigrasi Timor Leste di Batugade untuk dimintai keterangan," ungkapnya.
Dia mengingatkan kepada seluruh WNI yang hendak berencana ke Timor Leste, untuk melengkapi dokumen keimigrasian seperti paspor sebelum berangkat.
"Petugas Imigrasi kemudian melakukan pemeriksaan keimigrasian dan memperingatkan kepada keempat WNI tersebut, agar tidak mengulangi lagi perbuatan mereka. Jika ingin melintas masuk ke Wilayah Timor Leste, harus membuat Dokumen Perjalanan (Paspor) dan wajib melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi PLBN Motaain," imbau K. A. Halim.
Sebelumnya, pada Senin (22/4) kemarin seorang WNI juga dideportasi melalui PLBN Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, karena masuk secara ilegal ke Distrik Oecusse, Timor Leste.
Pria berusia 16 tahun bernama Agostinho Sila ini diamankan Policia Nacional de Timor Leste (PNTL), karena melintas masuk ke negara tersebut secara ilegal, melalui perbatasan Aplal, Indonesia dan Noa Ana, Timor Leste.
Dia ke Timor Leste untuk mengunjungi kakak kandungnya bernama Pedro Bene Silla di Behala, Bobocase, Timor Leste.
Sesampainya di wilayah Behala, Bobocase Timor Leste AS sempat menginap selama enam hari. Namun pada Jumat, (22/4) dia dilaporkan oleh pamannya bernama Sebastianus Sila, sehingga langsung diamankan oleh PNTL.
"Pemulangan Agostinho Sila turut juga didampingi oleh Perwakilan KBRI di Oecusse," tutup K. A. Halim.
(mdk/ray)