Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi, Solusi Masalah Pendidikan di NTT?
Menurut pengamat pendidikan, jam masuk sekolah yang ideal sekitar pukul 7 hingga 8 pagi.
Kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) menuai kontroversi. Banyak yang mengkritisi kebijakan tersebut.
Salah satu kritik datang dari Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema. Dia menilai, kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi bukan solusi masalah pendidikan di timur Indonesia itu.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Kenapa kekerasan anak di satuan pendidikan meningkat? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif.
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Dimana anak kembar Komeng bersekolah? Keduanya lulus dari International Islamic School (IISS).
-
Kapan anak tersebut tidak bisa mengikuti pelajaran? Dengan ini saya selaku orang tua/wali murid dari : Nama : Kelas : Alamat :NISN : Memberitahukan bahwa anak saya tersebut diatas tidak dapat mengikuti pelajaran seperti biasa pada hari ini, Senin, 09 Januari 2023 dikarenakan sakit. Oleh karena itu, kami memohon pada Bapak/Ibu Guru Wali Kelas XI-B agar memberikan izin.
-
Siapa yang pindah sekolah? Melansir dari akun fristymayangdewi, seorang siswa bernama Ucok terpaksa pindah sekolah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dunia.
"Masalah pendidikan di NTT tidak dapat diselesaikan melalui perubahan jam masuk sekolah," kata Doni kepada merdeka.com, Rabu (1/3).
Doni menyebut, ada tiga masalah pendidikan di NTT. Pertama, sarana prasarana pendidikan terbatas. Kedua, akses pendidikan yang terbatas. Ketiga, kualitas guru terbilang cukup rendah.
Menurut Doni, tiga masalah pendidikan ini hanya bisa diselesaikan dengan sejumlah cara. Yakni, pemerintah harus mengevaluasi dan membuka akses pendidikan pada semua anak NTT tanpa kecuali.
"Artinya dibangun sekolah yang baik dengan fasilitas minimal standar," jelasnya.
Selain itu, para guru perlu dilatih dan diperkuat kompetensinya dalam mengajar. Kemudian, perlu ada pelibatan publik dan kemitraan yang baik dengan masyarakat dalam membantu peningkatan kualitas pendidikan di sebuah sekolah.
"Jadi intervensi kolaboratif adalah sekolah per sekolah sesuai asesmen persoalan yang mereka hadapi," tegas Doni.
Jam Masuk Sekolah Ideal
Doni mengatakan, penerapan kebijakan jam masuk sekolah harus merujuk pada riset. Berdasarkan riset, kerja otak manusia mulai panas dan aktif di antara pukul 7 hingga 8 pagi.
"Jadi memulai pembelajaran jam 7 atau 8 akan sangat membantu. Sebelum pelajaran bisa diadakan olah raga agar tubuh siap menerima pelajaran," jelas dia.
Doni mengungkapkan, pembuatan kebijakan publik idealnya merujuk pada tiga hal. Pertama, berpedoman pada kajian akademik yang mendalam.
Kedua, proses pembuatan kebijakan melibatkan partisipasi publik. Terakhir, bila terkait dengan sebuah terobosan baru, perlu uji coba terbatas yang dipersiapkan dengan baik sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi.
"Lebih dari itu, apa yang menjadi tujuan kebijakan ini? Apakah masalah karakter anak, atau terkait dengan kegagalan Pemda menciptakan pendidikan berkualitas?" tutup Doni.
Kebijakan Gubernur NTT
Masuk sekolah pukul 5 pagi merupakan kebijakan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat. Aturan ini telah diterapkan sejak Senin (27/2) kemarin, dan sudah mulai dilaksanakan beberapa SMA dan SMK di Kota Kupang.
"Program ini sudah berjalan sejak Senin kemarin pagi di SMAN 6 Kupang," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Linus Lusi kepada wartawan, Selasa (28/2).
Menurut dia, kebijakan yang diterapkan ini merupakan sebuah langkah baru dan tepat untuk menata wajah pendidikan, sekaligus menggelorakan restorasi pendidikan di NTT.
"Kami ingin menata wajah baru pendidikan di NTT melalui program ini, yakni dengan kedisiplinan, habitat belajar baru serta program baru," ungkap Linus Lusi.
Program ini diyakini merupakan langkah inovasi dalam percepatan pembaharuan pendidikan dengan target pembinaan watak, karakter serta penanaman nilai-nilai akademik serta sosial tumbuh dan berkembang pada ekosistem persekolahan di pagi hari.
Dia menegaskan, keputusan ini diambil atas berbagai pertimbangan yakni, kedisiplinan, mutu pendidikan akademik maupun nonakademik, serta pertimbangan dari aspek astronomi (dalam pertimbangan guru geografi).
"Saya kira siswa-siswi dalam masanya dengan aspek psikologi, mereka senang, serta pada masa pertumbuhan mereka dilatih untuk bangun pagi dan belajar sehingga peroleh banyak aktivitas di sekolah untuk bangun jiwa korsa yang tangguh dalam aspek pendidikan dan menumbuhkan sebuah mutu budaya pendidikan baru," jelasnya.
(mdk/tin)