Melihat Keindahan Desa di Lereng Lawu, Tempat Karantina Pemudik di Karanganyar
Pada awalnya sempat muncul ide karantina di gedung desa atau sekolah. Namun, demi untuk kesehatan pemudik, dan agar virus tak menular ke warga kemudian dipilih tempat wisata Telaga Madirda.
Ada peribahasa Jawa mengatakan 'desa mawa cara, negara mawa tata'. Yang artinya, setiap daerah memiliki cara atau adat istiadat masing-masing, setiap negara mempunyai tatanan, undang-undang & peraturan yang yang juga berbeda satu sama lain.
Peribahasa itulah yang saat ini tepat untuk melihat suasana bangsa Indonesia yang sedang dirundung kegalauan akibat mewabahnya virus Corona yang tak kunjung usai. Menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, masyarakat dibuat semakin galau karena banyaknya perantau di zona merah yang akan mudik. Mereka dikhawatirkan membawa virus menakutkan yang bisa saja menular sewaktu waktu.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Di mana letak Desa Karangjaya yang viral? Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat baru-baru ini viral di media sosial.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang membuat kelelawar rentan terhadap penyebaran virus? Salah satu faktor utama yang membuat kelelawar menjadi vektor utama penyakit adalah keanekaragaman spesiesnya. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 1.000 spesies kelelawar yang tersebar di seluruh dunia, menjadikannya salah satu ordo mamalia yang paling beragam. Keanekaragaman ini menciptakan peluang yang lebih besar bagi virus untuk bermutasi dan menginfeksi berbagai spesies kelelawar, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran ke manusia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Di mana kuburan viral itu berada? Lokasi kuburan itu berada tengah gang sempit RT.03,RW.04, Kelurahan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Sejumlah daerah menerapkan aturan ketat untuk para pemudik. Bahkan ada yang menolak pulang, meskipun ke rumah orang tuanya sendiri. Di daerah lain, Sragen misalnya, pemerintah daerah atau desa menyiapkan rumah hantu yang menyerahkan agar pemudik ini tidak membandel. Di satu sisi, cara tersebut sukses membuat pemudik kapok, namun di sisi lain bisa saja perlakuan tersebut menyebabkan kondisi psikis atau kesehatan pemudik turun.
Berbeda dengan yang dilakukan di Lereng Gunung Lawu, Desa Berjo. Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Pemudik justru disambut dengan baik. Mereka ditempatkan di lokasi tempat wisata yang indah, yakni di sekitar Telaga Madirda. Ada 12 tenda yang luas disiapkan untuk para pemudik.
Kepala Desa Berjo, Suyatno mengaku mendirikan tempat karantina tersebut sejak 14 hari lalu. Ide tersebut muncul dari hasil rapat bersama warga dan tim gugus tugas desa. Pada awalnya sempat muncul ide karantina di gedung desa atau sekolah. Namun, demi untuk kesehatan pemudik, dan agar virus tak menular ke warga kemudian dipilih tempat wisata Telaga Madirda.
"Awalnya memang kita memilih gedung sekolah atau gedung di balai desa. Tapi akhirnya kita pilih telaga ini. Tempatnya luas, pariwisata sedang sepi, jadi kita manfaatkan saja untuk karantina," ujar Suyatno, kepada merdeka.com, Minggu (10/5).
Hingga saat ini, lanjut Suyatno, sudah ada 2 pemudik yang dikarantina di tempat tersebut. Seorang diantaranya sudah selesai dan dinyatakan sehat, sehingga sudah dikembalikan ke keluarga. Sedangkan yang lainnya seorang pria yang baru 3 hari ini menjalani karantina.
Suyatno menyebut, jumlah perantau di desanya diperkirakan mencapai 160 orang. Dari jumlah tersebut, 80 persen diantaranya sudah pulang dan menjalani karantina mandiri. Meski demikian banyak pemudik yang tidak taat peraturan saat menjalani karantina.
"Banyak yang keluyuran saat karantina mandiri dulu. Tapi kita terus mengawasi mereka dan minta taat," katanya.
Menurut Suyatno, para pemudik tersebut sebagian besar bekerja di wilayah Jabodetabek. Pihaknya terkendala anggaran untuk bisa mengkarantina mereka. Suyatno menambahkan, pembuatan tempat karantina mengacu protab yang diberlakukan. Diantaranya antar tenda berjarak 3 meter, dilengkapi dengan kursi, tempat cuci dan fasilitas lainnya.
"Para pemudik ini kan warga kita. Jadi kita tempatkan di lokasi yang indah, biar fresh dan tidak stress," katanya.
Salah satu warga yang menjalani karantina, Giyanto mengaku senang menjalani karantina di Telaga Madirda. Selain tempatnya indah, udara juga segar dan mrnyehatkan. Ia terpaksa pulang karena terkena PHK.
"Kemarin waktu kerja ada pengurangan tenaga kerja. Kemudian saya pesan travel, dapat dan pulang," katanya.
Sebelum pulang ia mengaku sudah tahu aturan yang ada di desanya. Ia pun kemudian berkoordinasi dengan keluarga. Saat sampai di rumah dia langsung ke Balai Desa dan mengikuti aturan nya.
" Saya baru 3 malam disini. ya Agak takut sih. Tapi demi kebaikan semua warga. Kalau malam ada yang menemani, malah rame," katanya.
Yang menarik, warga memanfaatkan parit menjadi pembatas saat keluarga menjenguk pemudik. Tak hanya itu, para anggota karang taruna bertugas menjaga pintu masuk desa di 5 lokasi. Mereka mendata pemudik dan tamu sehingga hanya warga dan pihak yang berkepentingan saja yang BISA memasuki lokasi ini.
Baca juga:
Kadishub DKI: Bus AKAP Jabodetabek Hanya di Terminal Pulo Gebang
Sudah 15.751 Kendaraan Disuruh Putar Balik Sejak 16 Hari Pelarangan Mudik
Melihat Keindahan Desa di Lereng Lawu, Tempat Karantina Pemudik di Karanganyar
Gugus Tugas Covid-19 Sumsel Kritisi Kebijakan Kelonggaran Transportasi
Jokowi: Kita Tidak Mudik Karena Sayang Keluarga
Banyak Pemudik Melintas, Satgas Covid-19 Perketat Pengawasan di Perbatasan Cianjur
Kasus Covid-19 Masih Bertambah, Dishub Riau Tetap Larang Angkutan Umum Beroperasi