Memaknai Hari Kemerdekaan dengan Merangkul Perbedaan
Kemerdekaan yang dirayakan bangsa Indonesia adalah untuk mengingat lepasnya Indonesia dari penjajahan negara asing.
Kemerdekaan yang dirayakan bangsa Indonesia adalah untuk mengingat lepasnya Indonesia dari penjajahan negara asing.
Memaknai Hari Kemerdekaan dengan Merangkul Perbedaan
Mantan Ketua Umum DPP Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) K.H. Anwar Sanusi mengajak putra/putri Indonesia untuk memaknai kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pendiri bangsa dengan semangat kebersamaan yang merangkul perbedaan. Menurut dia, semangat kemerdekaan menjadi hak bagi seluruh manusia di muka Bumi yang tak terlepas dari sifat keterbukaan yang dapat merangkul semua.
- Cak Imin Sebut Indonesia Terancam Hancur Jika AMIN Kalah, Airlangga: Menang Kalah Hal Biasa
- Menteri Bahlil Kesal Ada Negara-Negara yang Tak Senang Indonesia Maju
- Digelar di Tempat Bersejarah, Menengok Meriahnya Perayaan HUT ke-78 RI di Korsel
- Penuh Bahaya, Kisah Kakek Anies Baswedan Bawa Surat 'Sakti' dari Mesir ke Tanah Air
Menurut Anrawa, hal ini sering juga disebut dengan toleransi, yang menjadi antitesis dari pemikiran radikal yang intoleran dan bisa merusak keragaman Indonesia yang kaya. "Intoleransi itu lawan katanya toleransi. Arti toleransi itu 'kan banyak, ya. Kalau kita kaitkan ke isu SARA misalnya, ada toleransi beragama, ras, suku, dan antargolongan. Hakikatnya toleransi adalah sikap yang saling menghormati, menghargai, dan tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain yang punya pandangan berbeda," kata Anwar dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (18/8).
Tidak hanya itu, kata dia, kemerdekaan yang dirayakan bangsa Indonesia adalah untuk mengingat lepasnya Indonesia dari penjajahan negara asing.
Jika mengacu pada asal kata merdeka berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu mahardhika.
"Mahardhika itu artinya merdeka, telah bebas dari pengaruh dan intervensi pihak lain. Kalau bagi Indonesia, merdeka artinya sudah bebas dari pengaruh pihak asing yang pernah menjajah kita," ujar dia.
Apabila bisa menerapkan kejujuran dan keadilan, baik dalam ucapan maupun tindakan, menurut Anwar, Indonesia akan berhasil menjadi bangsa yang besar. Untuk itu, memaknai kemerdekaan dengan memperjuangkan kemajuan bangsa Indonesia adalah prinsip yang sangat mulia. Selain itu, harus selalu diingatkan kepada seluruh anak bangsa agar mampu saling menghormati, mengakui, dan bisa objektif dalam melihat persoalan. Dengan begitu, segala perbedaan pendapat akan bisa disikapi dengan santai.
Anggota DPR RI periode 1997—2014 ini berharap kondisi aman dan damai serta kebersamaan anak bangsa jangan dirusak kepentingan sesaat, termasuk berkaitan dengan politik praktis untuk memperebutkan kekuasaan.
Oleh karena itu, kata Anwar, dalam menghadapi tahun politik yang tinggal beberapa bulan lagi, sebaiknya tidak memakai prinsip politik machiavelis.
Adapun politik machiavelis adalah prinsip politik yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
"Cara yang dihalalkan, misalnya menjelek-jelekkan, memfitnah, atau menuduh lawan politiknya. Ini tidak boleh terjadi," kata Anwar.
Anwar berpesan agar kemerdekaan yang diperoleh bisa dimaknai secara positif. Merdeka tidak hanya dari penjajah, tetapi juga merdeka dari intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
"Mari kita hayati semangat kemerdekaan Indonesia dan pesta demokrasi 2024 dengan bekal iman, takwa, dan akhlak yang mulia. Hapus intoleransi, radikalisme, dan terorisme," pungkasnya.