Mencintai sungai dengan membuka sekolah berbasis lingkungan
"Selama ini penyelesaian masalah sungai hanya kedepankan fisik penataan kawasan, jarang melihat sisi sosial," kata Gian.
Biasanya kegiatan belajar mengajar dilakukan di ruang-ruang kelas formal. Namun hal itu tidak berlaku untuk Sakola Cikapundung. Komunitas yang berdiri pada akhir 2012 ini melakukan kegiatan belajar mengajar di ruang terbuka.
Mereka menggelar kegiatan belajar mengajar di kawasan Curug Dago. Siswanya adalah anak-anak warga sekitar di Kampung Curug Dago RW 08 Kelurahan Ciumbuleit, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat.
Kepala Sekolah Sakola Cikapundung, Gian Ergiansyah, menjelaskan lahirnya Komunitas Sakola Cikapundung, berawal dari ide sekumpulan mahasiswa Antropologi Unpad. Saat itu Ia bersama kawan-kawannya melakukan penelitian mengenai Sungai Cikapundung.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa perbaikan masalah Sungai Cikapundung hanya melihat dari sisi fisik sungainya saja. Namun di balik itu ada aspek sosial sebagai fokus utama yang seharusnya turut dibenahi.
"Selama ini penyelesaian masalah sungai hanya mengedepankan fisik penataan kawasannya saja, jarang melihat sisi sosialnya. Dari situ diskusi dengan teman-teman gimana kalau membuat penyelesaian tentang permasalahan sosial, namun prinsipnya lingkungan," ujar Gian kepada Merdeka.com saat ditemui di Kawasan Curug Dago Taman Hutan Djuanda, kemarin.
Awalnya anggota komunitas hanya beberapa orang saja. Seiring berjalannya waktu, anggota komunitas ini terus bertambah. Para relawan berasal dari berbagai perguruan tinggi di Bandung, seperti ITB, UPI, Unpad dan Polman turut bergabung ke dalam komunitas.
Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar rutin dilakukan setiap hari Sabtu. Ada sekitar 30 - 40 anak dari warga sekitar bergabung di sakola Cikapundung. Relawan pengajar di Komunitas Sakola Cikapundung biasanya akan menanyakan pelajaran apa saja yang telah diperoleh siswa di sekolah. Jika siswa merasa ada pelajaran yang masih sulit maka akan didiskusikan.
"Pelajaran selama seminggu kendala apa yang dirasakan anak-anak di sekolah, jika tidak bisa maka kita diskusikan bersama. Jadi kami ingin mengamati permasalahan si anak yang cenderung tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah," katanya.
Selain mengajarkan pelajaran yang diajarkan di sekolah, misi utama dari Komunitas Sakola Cikapundung ini ingin mengedukasi anak-anak terkait persoalan lingkungan di sekitar wilayahnya. Sebab Sungai Cikapundung yang mengalir di kawasan tersebut kondisinya sangat memprihatinkan.
Gian berpendapat jika wawasan lingkungan sudah ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Maka kepedulian mereka menjaga lingkungan tempat tinggalnya akan semakin besar.
Awalnya masyarakat sekitar sangat tabu dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Namun sejak Gian bersama rekan-rekan datang ke tempat itu, secara perlahan masyarakat mulai sadar terhadap kondisi di sekitar lingkungannya.
"Bersama anak-anak kita sering melakukan kegiatan mulai dari bersih sungai dan belajar bersama. Pemikiran masyarakat yang awalnya tabu terhadap sungai perlahan mulai bergeser. Tujuan kami hanya satu yakni membuat satu contoh kawasan baik dari sisi sanitasi, lingkungan, dan sosial," kata dia.
Jika ingin bergabung dengan komunitas ini cukup datang ke basecamp mereka di kawasan Curug Dago. Mereka berkumpul setiap hari Sabtu jam 1 siang. Komunitas ini juga memposting kegiatannya di akun Twitter mereka @sklcikapundung.