Menengok ramalan setahun ke depan dengan membuka kain kafan Cupu Kiai Panjolo
Berbagai gambar muncul di lembaran kain kafan yang menutupi Cupu Kiai Panjolo. Ada gambar payung terbalik yang dianggap sebagai simbol penguasa tidak mengayomi masyarakat. Adapula gambar Dasamuka yang berwujud raksasa, adapula gambar kuda dengan mulut terbuka, kalajengking, gambar pewayangan Batara Guru dan Narada.
Sudah menjadi tradisi tahunan membuka kain kafan pembungkus Cupu Kiai Panjolo yang berada di Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul. Warga percaya, kain kafan yang digunakan untuk membungkus Cupu Kiai Panjolo ini akan memberikan gambaran atau ramalan tentang peristiwa yang akan terjadi setahun mendatang.
Di dalam cupu itu sendiri terdapat tiga guci kecil Semar Kinandu, Kalang Kinanthang dan Kenthiwiri. Semar Tinandu kerap dianggap sebagai gambaran keadaan penguasa dan pejabat tinggi, Palang Kinantang adalah gambaran untuk masyarakat menengah ke bawah, sedangkan Kenthiwiri adalah gambaran untuk rakyat kecil.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
-
Apa yang dimaksud dengan "jodoh kembar" dalam tradisi Jawa? Menurut kepercayaan Jawa, anak kedua dan anak ketiga disebut sebagai "jodoh kembar" atau "lurah wracikan". Mereka diyakini dibawa oleh takdir sebagai pasangan yang sempurna satu sama lain.
-
Kenapa tradisi ruwatan dilakukan di Jawa? Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri. Masyarakat Jawa memiliki beragam jenis ritual yang sampai sekarang masih rutin dilakukan. Salah satunya adalah tradisi ruwatan yang merupakan ritual penyucian untuk membebaskan seseorang dari hukuman yang berbahaya.
-
Apa yang dilakukan pada tradisi Memitu? Tradisi ini tak sekedar menampilkan rasa bahagia dan ucapan syukur, namun turut dilaksanakan dengan sejumlah simbol yang dikaitkan dengan makna kebaikan. Beberapa prosesi yang ada dalam Memitu di antaranya memakai kembang melati yang sudah dirajut dan dimandikan dengan air sembari dibacakan kidung maupun doa-doa.
-
Bagaimana cara melestarikan tari tradisional di Indonesia? Mendidik dan melatih generasi muda untuk mempelajari dan menguasai tari tradisional dari daerah asalnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah, sanggar tari, komunitas tari, atau media daring.
-
Apa arti dari tradisi mlumah murep? Dalam bahasa Jawa, mlumah berarti terlentang dan murep artinya tengkurap.
Pembukaan kain kafan Cupu Kiai Panjolo dilakukan di rumah ahli warisnya yang bernama Dwijo Sumarto pada Selasa (17/10) dinihari. Ribuan orang dari berbagai daerah memadati pelataran rumah Dwijo Sumarto untuk melihat langsung pembukaan kain kafan Cupu Kiai Panjolo.
Acara pembukaan kain kafan Cupu Kiai Panjolo diawali dengan melakukan makan nasi kenduri bersama. Setelahnya, 400 lembar kain kafan yang membungkus Cupu Kiai Panjolo dibuka satu persatu dan ditafsirkan torehan gambar yang tercantum di kain kafan tersebut.
Berbagai gambar muncul di lembaran kain kafan yang menutupi Cupu Kiai Panjolo. Diantaranya gambar payung terbalik yang dianggap sebagai simbol penguasa tidak bisa mengayomi masyarakat. Adapula gambar Dasamuka yang berwujud raksasa dan digambarkan penuh dengan kesewenang-wenangan, keserakahan dan hanya mementingkan duniawi.
Selain itu adapula gambar kuda dengan mulut terbuka, kalajengking, gambar pewayangan Batara Guru dan Narada yang dinilai sebagai gambaran tidak baik untuk satu tahun ke depan. Sedangkan penggambaran baik juga didapatkan saat muncul gambar tokoh Semar yang dikenal sebagai tokoh yang menentramkan masyarakat.
Ahli waris Cupu Kiai Panjolo, Dwijo Sumarto menuturkan, tiga guci yang disimpan dalam kotak dan dibungkus ratusan kain kafan ini merupakan warisan dari nenek moyangnya dan diberikan turun menurun. Kain kafan pembungkus Cupu Kiai Panjolo, dipercaya masyarakat bisa memberikan ramalan atau penggambaran peristiwa apa yang akan terjadi selama satu tahun mendatang.
Sebagai ahli waris, Dwijo tak memiliki wewenang membuat tafsiran atas gambar-gambar yang muncul di kain kafan pembungkus. Penafsiran gambar sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. Sebab setiap orang memiliki penafsiran masing-masing atas gambar yang mumcul.
"Saya hanya berharap setahun mendatang Yogya khususnya dan Indonesia pada umumnya tetap aman dan tenteram," tutup Dwijo.
Setelah 400 kain kafan dibuka, tampak posisi 3 cupu Kiai Panjolo yang tersimpan dalam kotak. Saat dibuka, cupu yang dinamai Semar Kinandu, dan Palang Kinantang, dalam posisi tegak, namun yang paling kecil Kentiwiri posisi miring arah barat daya. Setelahnya, Cupu Kiai Panjolo kembali ditutup dengan ratusan kain kafan dalam kondisi baru dan putih bersih. Nantinya kain kafan ini akan dibuka setahun kemudian dan gambar-gambar yang muncul akan digunakan untuk meramalkan peristiwa apa yang akan terjadi setahun berikutnya.
(mdk/noe)