Mengenal Modus Penipuan Robot Trading Fiktif Fahrenheit
Kasus robot trading Fahrenheit tengah menyita perhatian. Melalui aksi penipuan berkedok investasi, sosok Hendry Susanto yang merupakan bos PT FSP Akademi Pro dapat meraup untung triliunan rupiah.
Kasus robot trading Fahrenheit tengah menyita perhatian. Melalui aksi penipuan berkedok investasi, sosok Hendry Susanto yang merupakan bos PT FSP Akademi Pro dapat meraup untung triliunan rupiah.
Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengungkap, selain Indra Kenz dan Doni Salmanan, masih ada investasi yang memakan kerugian besar hingga mencapai Rp5 triliun.
-
Apa saja modus penipuan keuangan yang sering terjadi? Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan ada empat modus penipuan yang belakangan ini terjadi dan memakan banyak korban kerugian.
-
Apa modus penipuan yang sering ditawarkan oleh investasi ilegal berkedok koperasi? Melansir dari @sikapiuangmu, modus yang sering ditawarkan oleh investasi ilegal berkedok koperasi adalah mereka akan menawarkan keuntungan tinggi dalam waktu yang singkat tanpa risiko. Tak hanya itu, mereka juga akan menjanjikan bonus dari perekrutan anggota baru dan melipatgandakan modal. Bahkan memberikan pinjaman kepada non anggota tanpa memperhatikan reputasi kredit atau credit scoring.
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Bagaimana cara memulai investasi bagi pemula? Untuk itu, kegiatan investasi harus dilakukan dengan dana khusus. Terlebih lagi bagi para pemula yang masih belum memahami cara kerja investasi.
-
Apa modus penipuan yang dilakukan oleh pelaku? Modus yang sempat ramai pada tahun 2023 silam itu kembali ditemukan setelah polisi menangkap dua pelaku EO (47) dan SM (29). Tercatat jika kasus ini menjadi sorotan ketika, Polres Metro Depok, Polres Metro Jakarta Timur, dan Polda Metro Jaya menerima laporan dari para korban yang mengalami kerugian jutaan rupiah. Oleh sebab itu dalam kasus terbaru yang berhasil diungkap Ditreskrimsus Polda Metro Jaya dengan menangkap EO dan SM, penyidik sedang fokus untuk mengembangkan apakah kasus ini memiliki kaitan dengan kasus pada 2023 silam.
-
Bagaimana modus dukun itu dalam mengedarkan uang palsu? SR kemudian masuk ke dalam kamar dan mengganti uang tersebut dengan uang palsu. Selanjutnya SR meminta agar uang itu dilarung ke laut sebagai bentuk ritual buang sial.
Di sisi lain, 150 orang korban yang tergabung dalam Crisis Center Korban Robot Trading Fahrenheit melaporkan penipuan tersebut ke polisi. Tercatat, mereka mengalami kerugian capai Rp143 miliar. Direktur Utama Fahrenheit, Hendry Susanto akhirnya ditangkap.
"Hendry Susanto sudah ditangkap," ujar Dirtipideksus Bareskrim Brigjen Whisnu Hermawan kepada wartawan, Rabu (23/3).
Whisnu mengatakan, Hendry Susanto kini ditahan di Rutan Bareskrim Polri. Hendry sendiri merupakan direktur di PT FSP Akademi Pro, perusahaan yang mengelola robot trading bodong Fahrenheit.
"Sudah ditahan. Hendry ada di Rutan Bareskrim," ucapnya.
Selain berhasil meringkus Hendry, Polisi juga telah menciduk empat orang lainnya yakni, D, ILJ, DBC dan MF yang berperan sebagai admin media sosial dan memasarkan produk Robot Trading Fahrenheit.
"Kami sudah mengamankan 4 pelaku. Nanti akan kami kembangkan pelaku lainnya," kata Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Auliyansah Lubis.
Atas aksinya tersebut, mereka dijerat pasal berlapis yaitu Pasal 28 ayat 1, Pasal 45 ayat 1, Pasal 27 Ayat 2, Pasal 45 Ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Transaksi dan Informasi Elektronik. Serta Pasal 105 dan 106 UU Perdagangan dan atau Pasal 3, 4, dan 5 tentang TPPU. Serta Pasal 55 dan 56 KUHP.
Cara Kerja dan Pemasaran
Usai para pelaku robot trading Fahrenheit berhasil diringkus, tersingkap cara mereka dalam memasarkan produk kepada calon para investor yang telah dilakukan sejak 2019. Dengan mengklaim, uang yang ditanamkan investor dikelola secara otomatis oleh robot dan bisa terhindar dari kerugian.
"Mereka menyampaikan ke masyarakat bahwa robot trading ini adalah satu alat yang bisa memantau apabila masyarakat meletakkan uangnya di Fahrenheit. Jadi nanti robot ini bisa mengamankan uang masyarakat ini, tidak akan lose, tidak akan kalah, tidak akan hilang, jadi akan untung terus," ujar Auliyansah.
Auliansyah menyebut, harga robot disesuaikan dengan nominal yang diinvestasikan investor. Semisal, investor menanamkan uang senilai USD 500, maka perhitungannya 50 persen keuntungan diberikan kepada member atau anggota. Sementara 50 persen untuk operasional Robot Trading Fahrenheit.
Sementara itu, jika investor mendepositkan dana sebesar USD 1.000, maka perhitungannya 60 persen untuk member atau anggota dan 40 persen untuk operasional Robot Trading. Uang itu disetorkan oleh investor ke rekening salah satu tersangka berinisial D, yang sebenarnya semua proses kerja robot adalah fiktif.
"Jadi katanya semakin banyak deposito, semakin besar keuntungannya," ujar dia.
"Ini fiktif jadi sebenarnya misalnya di robot trading itu ada perusahaan-perusahaan mana yang kita mau ikut, tapi ini mereka bikin sendiri, jadi naik turunnya itu, itu semuanya fiktif. Mereka yang bikin bukan permainan dengan saham," lanjut dia.
Selain janji keuntungan yang besar, dalam menjalankan aksinya tersebut para tersangka robot trading Fahrenheit juga memakai slogan-slogan, seperti D4.
"Para pelaku menjelaskan kepada member bahwa robot trading Fahrenheit memiliki slogan yaitu D4. Apa itu duduk, diam, dapat duit," ungkap Auliansyah.
Dengan slogan tersebut, kata Auliansyah, membuat masyarakat tergiur dan percaya untuk berinvestasi di robot trading Fahrenheit, atas iming-iming janji keuntungan yang sudah pasti.
"Nah, dengan ini yang mereka sampaikan kepada masyarakat sehingga masyarakat mungkin merasa yakin sehingga menempatkan uangnya robot trading Farhenheit ini," jelasnya.
Barang Bukti
Dari hasil pemeriksaan, polisi berhasil menyita sejumlah barang bukti yang diduga merupakan hasil aliran dana dari para pelaku. Di antaranya, sejumlah kendaraan bermotor dan dua unit apartemen.
"Kemudian kami juga dari 4 pelaku sudah mengamankan 2 kendaraan bermotor, dan ada 2 unit apartemen yang sudah kami police line," sebut Auliansyah.
Sedangkan dari tersangka D, terungkap jika hasil keuntungan yang diperoleh mereka turut mengalir ke beberapa barang. Salah satunya senjata air softgun.
"Satu air gun jenis glock, tapi ini juga untuk sementara kami cek ini memiliki izin, sedangkan izinnya akan kami cek apakah berlaku atau tidak," ungkapnya.
Selain itu, ada pula 4 unit ponsel, 1 laptop, 1 set komputer, sejumlah buku tabungan, uang tunai senilai Rp22 juta, serta 5 buah kaos bertuliskan Fahrenheit.
"Kemudian dari tersangka inisial ILJ kami menyita satu buah HP Samsung, satu HP Sony, satu HP iPhone 5, satu laptop Acer," sebutnya.
Sementara, dari tersangka DBJ polisi berhasil mengamankan 1 unit ponsel serta 1 unit laptop. Kemudian dari tersangka yang baru diamankan berinisial MF, telah diamankan 4 unit ponsel, 1 buah laptop, sejumlah buku gabungan dan bukti transaksi.
Pengakuan Korban
Artis Chris Ryan juga tercatat turut jadi korban kasus penipuan berkedok investasi bodong robot trading Fahrenheit. Bahkan Pemain film Move On itu mengaku mengalami kerugian bersama korban yang tergabung dalam satu wadah hingga Rp30 miliar.
"Saya dan tim mengalami kerugian di atas Rp30 miliar," ucap Chris Ryan saat ditemui di Bareskrim Polri, Selasa (15/3).
Awalnya, Chris Ryan bermain robot trading Fahrenheit ini dikarenakan melihat peluang pemasukan atau income tambahan untuk memenuhi kebutuhan di tengah pandemi Covid-19.
Namun, saat pemerintah Indonesia menyatakan Binomo hingga Quotex merupakan aplikasi ilegal, Chris Ryan masih meyakini kalau robot trading Fahrenheit memenuhi persyaratan yang berlaku alias legal.
"Sampai suatu ketika, pada 28 Januari, semua aktivitas withdraw diberhentikan dengan alasan ingin mematuhi regulasi yang ada. (Akhirnya) Kami tunggu hingga 25 Februari," jelas Chris Ryan.
"(Pada 25 Februari) Mereka bilang sudah bisa withdraw, tetapi ternyata enggak bisa dan ditunda hingga 7 Maret," Chris Ryan menambahkan.
Puncaknya, pada 7 Maret 2022 Chris Ryan kembali tidak bisa menarik uang atau withdraw yang ada di akun robot trading Fahrenheit.
"Mereka dengan sengaja selama satu jam me-margin call-kan, me-loss-kan, semua investasi hilang dan itu diduga sampai Rp5 triliun (dari keseluruhan korban)," tutup Chris Ryan.
(mdk/rnd)