Mengenal Strategi Semburan Fitnah ala Propaganda Rusia yang Disinggung Jokowi
Operasi ini digunakan Rusia antara tahun 2012-2017 dalam krisis Crimea, konflik Ukraina, dan perang sipil di Suriah.
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi menyebut ada tim sukses yang melakukan propaganda ala politik Rusia. Pernyataan ini mengundang kontroversi dan dikhawatirkan mengganggu hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia.
Ketua Tim Cakra 19, relawan Jokowi-Ma'ruf, Andi Widjajanto menjelaskan yang dimaksud Jokowi soal propaganda Rusia.
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Kapan Presiden Jokowi meresmikan Bandara Panua Pohuwato? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Bandar Udara Panua Pohuwato di Provinsi Gorontalo.
-
Siapa saja yang bertemu dengan Presiden Jokowi? Sejumlah petinggi PT Vale Indonesia Tbk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/8) pagi. Petinggi PT Vale yang datang ke Istana di antaranya Direktur PT Vale Indonesia Febriany Eddy, Chairman Vale Base Metal Global Mark Cutifani, dan Chief Sustainable and Corp Affair Vale Base Metal Emily Olson.
"Propaganda Rusia yang dimaksud Pak Jokowi mengarah ke modus operandi yang dikenal sebagai Operasi Semburan Fitnah (Firehose of Falsehood). Operasi ini digunakan Rusia antara tahun 2012-2017 dalam krisis Crimea, konflik Ukraina, dan perang sipil di Suriah," kata Andi kepada Liputan6.com, Selasa (5/2).
Mantan Sekretaris Kabinet ini menuturkan, propanganda semacam itu sudah muncul di dekade 1870-an melalui gerakan Narodniki. Gerakan ini dulu dilakukan untuk menjatuhkan Czar Rusia dengan cara terus menerus memunculkan isu-isu negatif. Hasilnya, muncul ketidakpercayaan massif dari rakyat Rusia terhadap sistem politik yang kemudian dikapitalisasi oleh Lenin di Revolusi Oktober 1917.
Andi menjelaskan, evolusi paling mutakhir dari modus operandi ini muncul di beberapa pemilihan umum seperti AS, Brazil, dan Brexit. Dalam tarung pilpres antara Trump lawan Clinton, strategi semburan fitnah mencapai puncaknya.
"Ada pelibatan konsultan politik Roger Stone yang jago dalam menebar kampanye negatif yang sangat ofensif melalui 3 taktik: serang, serang, serang. Ada terabasan data pribadi melalui algoritma Cambridge Analytica. Ada juga indikasi gelar pasukan siber dengan kode topi hitam atau bintang emas yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menggelar bots (robot) yang mampu memainkan operasi tagar secara masif," ungkap Andi.
Pengamat Pertahanan ini menjelaskan, operasi semburan Fitnah bertujuan untuk membuat dusta mengalahkan kebenaran.
"Operasi ini, ingin menghancurkan kepercayaan publik ke otoritas politik, termasuk media. Operasi semburan fitnah akan merusak demokrasi, karena itu harus dihancurkan," kata Andi
Menurutnya, banyak cara yang dilakukan. Salah satunya pengawasan. "Cara yang paling efektif untuk menghancurkan operasi semburan fitnah adalah menelanjangi bagaimana operasi ini dilakukan," ucapnya.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Baca juga:
Tahun Baru Imlek, Presiden Jokowi Berharap Persaudaraan Berlimpah Cinta
Serangan Balik Jokowi Saat Dihujani Tudingan
Juru Debat Prabowo Nilai Jokowi 'Menyerang' Karena Elektabilitas Stagnan
Fadli Zon Nilai Jokowi Grasak Grusuk Sebut Propaganda Rusia, Bisa Berbahaya
Jokowi Tampil Menyerang Untuk Bongkar Strategi Prabowo dan Sandiaga