Menikmati Kopi dengan Nuansa Jadul di Kota Makassar
Satu lagi tempat nongkrong baru di Makassar. Bersaing dengan kafe yang sudah eksis dengan menjual konsep zaman dulu yang homey. Berada di dalamnya terasa nyaman dan enggan beranjak serasa di rumah sendiri.
Satu lagi tempat nongkrong baru di Makassar. Bersaing dengan kafe yang sudah eksis dengan menjual konsep zaman dulu yang homey. Berada di dalamnya terasa nyaman dan enggan beranjak serasa di rumah sendiri.
Itulah Kopiriolo dari kata Kopi Riolo, bahasa Bugis yang artinya kopi zaman dahulu. Tempat nongkrong sejenis bistro atau resto kecil yang menyajikan menu-menu spesifik khas Bugis Makassar baik dari minuman, cemilan dan makanan berat ini terletak di Jalan Beruang, Kota Makassar.
-
Apa yang ditawarkan oleh kafe Piknik Kopi di Lembang? Tempat yang terletak di Jalan Baruajak Desa, nomor 154, RT.04/RW.06, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat ini menawarkan dua keistimewaan sekaligus, yakni menunya dan bangunannya. Berbagai menu lezat dengan latar tempat yang penuh kisah di Piknik Kopi dijamin akan memberi kesan berbeda saat berkunjung ke “lantai dua” Bandung itu.
-
Di mana warung nasi goreng Pak Minto berada? Nasi goreng Pak Minto merupakan salah satu kuliner legendaris di Salatiga.
-
Di mana Kopi Gunung Puntang ditanam? Sesuai namanya, komoditas ini berasal dari dataran tinggi Gunung Puntang yang ada di Kecamatan Cimaung, Desa Campaka Mulya dan Desa Pasir Mulya.
-
Di mana Warung Kopi Ake dulunya berlokasi? Warung Kopi Ake dulunya hanya bangunan sederhana, berdinding papan dan beratapkan seng.
-
Kapan orang Minang biasanya menikmati Kopi Kawa Daun? Pada waktu siang hari, kopi ini disajikan saat masyarakat sedang istirahat bekerja di sawah, ladang, dan perkantoran.
-
Bagaimana Dul Coffe meracik kopinya? Dull Coffee menyajikan kopi yang kita roasting sendiri dengan menggunakan biji kopi Gayo dan Temanggung. Sehingga cita rasa kopinya pun autentik dengan aroma yang khas. Apalagi di sini pelanggan dapat melihat langsung proses pembuatan kopi yang mereka pesan,” ujar Abdul.
Kesan jadulnya mulai menyeruak sejak dari halaman bistro berlantai dua tak berpagar ini. Disambut pohon kembang sepatu dea yang bunganya mulai memerah.
Sekarang, jenis bunga ini sudah jarang ditemui padahal kembang ini cukup indah dan eksotis. Biasanya, jumlah bunganya akan lebih banyak dari daun dan jika tiba waktunya berguguran, permukaan di bawah pohon turut memerah.
Teras kecil terletak di sisi kiri bangunan, di situ tersedia tiga meja kayu berikut kursi-kursinya. Sudut ini sekaligus jalur masuk melalui pintu samping. Pintu utama di bagian depan yang agak lebar bukaan tengah. Di sisi kanannya dihiasai tiga jendela berteralis ukuran besar.
Pertama kali kaki melewati pintu bangunan itu langsung dimanjakan dengan alunan musik dari lagu-lagu Bugis Makassar.
Ruang utamanya cukup luas. Tersedia sejumlah paket meja kursi berbahan kayu, bisa pilih model sofa atau kursi biasa yang kakinya berukuran jenjang. Tersedia pula kursi-kursi besi yang dudukan dan sandarannya dari pentil, kursi tahun 1970-an.
Tampak lemari tolet kayu yang di atasnya tertata rapi bedil zaman Jepang, jam duduk, termos air, terompet, kitab-kitab tebal yang semuanya kental dengan nuansa dahulu kala.
©2020 Merdeka.com/Salviah Ika Padmasari
Ruang utama ini berhadapan dengan pantry terbuka untuk memudahkan pengunjung berinteraksi saat memesan menu.
Di depan meja pantry, ada sepeda ontel sebagai penghias. Ada pula canteng atau canting, cangkir dari besi dan cerek atau teko besi motif burik mengajak khayalan pengunjung mengawang-awang ke suasana tahun 1970-an.
Suasana jadul juga terasa di lantai dua. Ada sejumlah figura foto-foto warna hitam putih. Lampu-lampu petromak menghiasi dinding atas musala.
Soal lantainya, baik di lantai satu dan lantai dua itu beralas tegel jadul berwarna abu-abu yang berbahan semen dan pasir beton, dipadupadankan dengan keramik bermotif batik.
Selanjutnya, menyoal menu minuman dan makanan, Sudomo (43), pengelola bistro Kopiriolo saat disambangi menuturkan tetap mengandalkan kopi. Enam jenis kopi dari bumi pertanian Sulsel yakni kopi manipi asal Kabupaten Sinjai, kopi rumbia asal Kabupaten Jeneponto, kopi kalosi asal Kabupaten Enrekang, kopi sapan asal Kabupaten Toraja, kopi kahayya asal Kabupaten Bulukumba dan kopi Bawakaraeng.
Dan juga kopi Nusantara antara lain kopi gayo dari Aceh, kopi ciwidey dari Jawa Barat, kopi kintamani dari Bali, kopi yahukimo dari Papua, kopi bajawang dari Flores.
Kata Sudomo, pengunjung bisa memilih jenis kopi yang diinginkan. Racikan kopi hitam dengan pemanis gula merah. Disuguhkan menggunakan canteng atau cangkir besi lengkap dengan alas dan tutupnya.
©2020 Merdeka.com/Salviah Ika Padmasari
Diprioritaskan sajian kopi original. Tapi jika ada pengunjung yang memesan latte coffee atau cappucino, tetap dilayani karena mesin coffee espresso stand by. Hanya saja memang tidak ditampilkan di daftar menu. Teh juga ada, panas dan dingin.
Lalu kue-kuenya ada putu merah putih atau orang sebut kue sagu, ada songkolo (ketan), barongko yakni kue basah berbahan dasar pisang, telur dan santan dibungkus daun pisang. Makanan beratnya ada sop ubi, bassang atau bubur jagung, kacang ijo, ubi goreng, pisang peppe' (pisang goreng gaprek). Menu yang tersedia berganti-ganti karena ada yang asyik dinikmati pagi, ada juga malam hari. Harga masing-masing menu kisaran Rp 5 ribu sampai Rp 20 ribu.
"Sengaja dibuat senyaman mungkin. Itu di samping bangunan sengaja dibuat selasar sisi bangunan, itu adalah jalur bagi karyawan agar tidak mondar mandir di sekitar pengunjung. Jadi usai menghidangkan pesanan, karyawan masuk kembali melalui selasar itu yang terhubung dengan dapur. Dapurnya juga sengaja konsep terbuka agar pengunjung bisa lihat langsung aktivitas karyawan yang selalu menjaga kebersihan. Termasuk kebersihan toilet dan mushalla selalu terjaga," tutur Sudomo, Selasa (7/7).
Bistro Kopiriolo ini dilaunching saat puncak-puncaknya wabah Covid-19. Sudomo beralasan, sudah lama menyiapkan dan pengerjaannya dimulai sejak dua tahun silam.
"Ini adalah mimpi owner sejak dulu yang berhasil diwujudkan. Dia ingin membuat tempat ngumpul teman-temannya yang suasananya senyaman mungkin. Dan bertemu dengan Pak Ivan, desainer yang menerjemahkan mimpi-mimpi itu. Pembangunannya sempat terhenti tapi setelah PPSB berakhir dan masuk new normal life, pengerjaan bangunan seluas 6 x 16 meter persegi dituntaskan maka jadilah seperti ini," kata Sudomo.
©2020 Merdeka.com/Salviah Ika Padmasari
Sementara Ivan, desainer bistro ini mengatakan, konsep jadul ini pilihan sang owner. "Dia gambarkan mimpinya dan saya terjemahkan. Hampir 100 persen bangunan lama ini direnovasi dan dipoles sesuai konsep yang diinginkan yakni minum-minum kopi di rumah bukan di kafe. Seperti bertamu dan minum kopi," kata Ivan.
Karena wabah Covid-19, di bistro ini turut menerapkan protokol kesehatan. Tersedia thermal scanner, tempat cuci tangan dan hand sanitizer di tiap meja.
Baca juga:
Menyeruput Nikmatnya Kopi Takar Khas Mandailing, Disajikan Unik dalam Batok Kelapa
Menikmati Kopi Mandailing, Cita Rasa Arabika yang Mendunia
Konsumsi Kopi Secara Rutin Bisa Jadi Cara Turunkan Risiko Batu Empedu
7 Hal yang Menjadi Penyebab Seseorang Sensitif Terhadap Kopi
6 Manfaat Kopi Hitam yang Perlu Anda Ketahui, Dapat Cegah Stress
Menurut Penelitian, Begini Cara Membuat Kopi Menjadi Lebih Menyehatkan