Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Budi mengatakan subvarian EG memiliki ciri penyebaran yang cepat namun dengan risiko kematian yang rendah.
- Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
- Menkes Budi Minta Masyarakat Tak Khawatir Cacar Monyet: Tak Seperti Covid, Tapi Penularan Mirip HIV/AIDS
- Benarkah Penerima Vaksin Covid-19 mRNA akan Meninggal dalam 3 atau 5 Tahun? Cek Faktanya
- Ini Bahaya Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di Indonesia
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, subvarian Omicron EG.5 masuk ke Indonesia melalui pelaku perjalanan dari luar negeri. Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
"Datangnya dari mana? Terutama dari perjalanan luar negeri," kata Budi usai menghadiri Diskusi Kedaulatan Kesehatan di Jakarta, Kamis (15/12).
Budi mengatakan, subvarian Omicron EG.1 dan EG.5 telah berhasil diidentifikasi masuk ke Indonesia melalui pelaku perjalanan luar negeri dari sejumlah negara tetangga.
Kemenkes melaporkan terdapat lima negara dengan jumlah kasus baru terbanyak dalam beberapa pekan terakhir, yakni Thailand sebanyak 539 kasus, India 293 kasus, Iran 292 kasus, Afganistan 129 kasus, dan Marocco 116 kasus.
Sedangkan kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia hari ini dilaporkan mencapai 359 kasus. Sebanyak 79 di antaranya dilaporkan sembuh dan total kasus aktif mencapai 1.449 kasus.
Ciri Penyebaran Omicron EG
Budi mengatakan, subvarian EG memiliki ciri penyebaran yang cepat namun dengan risiko kematian yang rendah.
"Itu sebabnya yang masuk rumah sakit dan sampai meninggal sangat sedikit. Kalau pun ada, sebenarnya meninggalnya bukan karena Covid-19, karena penyakit lain, tapi begitu dites ternyata dia positif,"
katanya.
merdeka.com
Untuk itu, Budi mengimbau para pelaku perjalanan luar negeri yang kembali ke Tanah Air untuk melakukan tes kesehatan menggunakan PCR, terutama bagi yang bergejala.
Selanjutnya, bagi masyarakat yang berisiko tinggi seperti ber-komorbid, lansia, atau mereka yang aktif melakukan perjalanan ke luar negeri untuk melengkapi dosis vaksinasi dengan booster atau penguat.
"Sehingga kalau datang lagi, bisa mengurangi keparahan dari penyakit tersebut. Mumpung vaksinnya juga masih ada," katanya.
Kepada masyarakat yang flu atau tidak enak badan, Budi mengimbau agar menggunakan masker selama beraktivitas guna mencegah penularan kepada orang lain.
"Kalau merasa batuk atau tetangga ada yang batuk-batuk atau ke luar negeri, tidak ada salahnya konservatif sedikit pakai masker untuk mengurangi risiko," katanya.
Jika berdasarkan hasil diagnosa medis terkonfirmasi positif Covid-19, Budi mengimbau kepada pasien untuk tidak perlu khawatir. Cukup isolasi diri.
"Harusnya 5-6 hari sudah sembuh, toh obat-obatannya juga sudah ada di rumah sakit," katanya. Dilansir dari Antara.