Menko Polhukam: Kondisi darurat pengungsi Syiah harus direlokasi
Keselamatan para pengungsi terancam dengan kedatangan massa istighosah.
Kehadiran massa yang akan melakukan istighosah di dekat lokasi penampungan warga Syiah menjadi alasan pemerintah untuk memindahkan warga Syiah ke Sidoarjo, Jawa Timur. Dengan kawalan ketat petugas, para pengungsi dapat dipindahkan dengan selamat hingga menempati lokasi yang baru.
Menko Polhukam, Djoko Suyanto menyatakan, kondisi tersebut sudah sangat darurat sehingga perlu diambil tindakan segera. Pasalnya, keselamatan para pengungsi terancam dengan kedatangan massa istighosah.
"Kemarin itu karena dalam keadaan yang sangat emergency, kalau tidak keselamatannya terancam, sementara direlokasi. Ini kan hasil mediasi gubernur, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama yang ada di sana," kata Djoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (21/6).
Sejauh ini, pemerintah masih membahas proses relokasi bagi warga Syiah yang tinggal di pengungsian. Namun, tempat tersebut harus dipastikan minim permusuhan.
"Nantinya apakah relokasi tetap di situ, apakah dicarikan tempat di daerah Madura yang secara kultur sama, tapi sentimen permusuhan tidak ada," tandasnya.
Dia menambahkan, lokasi pengungsian lama dianggap tidak manusiawi bagi warga Syiah. Sebab, para pengungsi terpaksa tidur bersama 160 kepala keluarga di dalam GOR, tanpa kamar dan privasi masing-masing. Dengan tempat yang baru, diharapkan para pengungsi mendapatkan kenyamanan.
"Di tempat sementara ini ada kamar, ada kamar mandi, ada ruang tamu. Lihat itu juga. Tidak dipaksa, mereka diselamatkan supaya dia aman. Saya tidak senang kalau ada kalimat dipaksa. Justru diselamatkan, dimanusiawikan. Mereka sudah berapa bulan hidup di kalangan seperti itu," tegasnya.
Sebelumnya, ribuan warga menggelar istighosah di lapangan Wijaya Kusuma yang tak jauh dari lokasi penampungan pengungsi Syiah. Istighosah tersebut digelar mereka untuk mendoakan warga Syiah agar kembali ke aliran Sunni.