Menteri Siti mengeluh kerepotan padamkan kebakaran lahan gambut
Menteri Siti merasa kondisi di lokasi kebakaran hutan dan lahan mirip kiamat.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, hingga saat ini masih berjibaku terkait kebakaran hutan dan lahan di beberapa provinsi di Indonesia. Dia mengeluh setelah mengetahui betapa sulitnya memadamkan api di lahan gambut.
Area hutan yang terbakar, kata Siti Nurbaya sangat luas, dengan tingkat kesulitan pemadaman yang sangat tinggi. Dari sekian lahan yang terbakar, sekitar 550 ribu hektar adalah lahan gambut. Khusus lahan gambut, proses penanganannya butuh waktu ekstra dan kerja keras.
"Lahan gambut itu meski api di atasnya terlihat sudah mati, tetapi 5, 6 sampai 8 meter ke dalam, ada rongga-rongga dan bara apinya. Tetapi yang saya lihat Selasa kemarin, betapa sulitnya kalau gambut sudah terbakar," kata Siti saat melawat ke Batu, Malang, Kamis (22/10).
Menurut Siti, upaya dilakukan saat ini dengan membuka dan mengisi air ke dalam rongga-rongga itu. Proses dilakukan harus melalui kerja ekstra. Tidak hanya itu, api lahan gambut yang sudah dipadamkan juga berpotensi muncul kembali, jika tidak terus dijaga. Cara menjaganya adalah dengan membuat kanal yang bisa terus menyimpan air supaya gambut tidak kering.
"Bayangkan kalau airnya keluar, gambutnya kering. Kanalnya tidak bisa ditutup, tetapi harus terus dibuka dan diberi air. Bara apinya masih ada terus," ujar Siti.
Siti juga mengakui buruknya situasi di daerah diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Bahkan dia menganggap seperti berada di waktu kiamat.
"Saya bersama Menko Polhukam, Kapolri dan beberapa yang lain ke Sumatera. Api yang saya lihat kemarin lebih besar dari yang di Kalimantan Tengah. Saya tidak bisa melihat apa-apa kecuali asap putih, kuning dan pekat. Rasanya seperti kiamat," ucap Siti.
Sekitar empat bulan terakhir, kondisi asap di beberapa daerah semakin parah. Udara bersih di lokasi bencana asap, seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Palangkaraya, dan daerah lainnya semakin menipis akibat pekatnya kabut asap.
Pemerintah memang telah menerima sumbangan beberapa negara. Di antaranya Malaysia, Singapura dan Australia. Sebelum mendapat bantuan dari luar, Indonesia sudah menggunakan 26 pesawat dengan kapasitas 36 ribu liter.
"Kita juga gunakan yang 500 liter yang lebih lincah. Sekarang yang kita pakai pesawat yang 3000 liter, Malaysia dan Australia menggunakan 6000 liter, tetapi mereka sudah kembali ke negaranya," tutup Siti.
Baca juga:
UGM desak Jokowi tindak tegas pengusaha pelaku pembakaran hutan
Aktivis lingkungan beri pesan untuk Jokowi soal kabut asap
Pesawat Rusia mulai padamkan api di lahan gambut OKI
Ada sawit di lahan bekas kebakar, Desmond salahkan menhut di era SBY
Beresi masalah asap, Luhut minta menteri tak saling menyalahkan
Mahasiswa UGM rancang alat pemadam khusus atasi kebakaran gambut
-
Bagaimana cara Kementerian LHK dalam mengelola sumber daya hutan agar tetap lestari? Tantangan pengelolaan sumber daya hutan akan terus bertambah, turbulensi-turbulensi baru akan terus bermunculan. Mari kita elaborasi langkah lanjut untuk menghadapi berbagai tantangan," ujar Siti dalam puncak peringatan Dies Natalis di UGM, Yogyakarta, Jumat (20/10).
-
Bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi masalah kebakaran hutan dan perkebunan sawit? Diperlukannya peran dari pemerintah untuk membuat kebijakan yang bisa memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Serta tidak menyebabkan kerugian bagi penduduk dan alam. Sikap tegas dan kebijakan yang sesuai terhadap pelaku kejahatan dan kerusakan hutan. Serta pembuatan aturan dan ranah kerja yang jelas terhadap pengusaha perkebunan sawit sehingga semua bisa berjalan secara seimbang dan berkesinambungan.
-
Siapa saja yang terlibat dalam kerja sama untuk memperkuat pengelolaan hutan? Komitmen Kementerian LHK, Astra dan UGM Perkuat Hutan Karbon Produktif Menteri LHK dalam pidatonya memaparkan berbagai turbulensi dan tantangan pengelolaan hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada memperingati Dies Natalis ke-60 dengan mengusung tema Menjaga Kelestarian Hutan dan Lingkungan Indonesia. Acara ini turut dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar dan berbagai pihak termasuk PT Astra Internasional.
-
Bagaimana masyarakat setempat menjaga kelestarian hutan di Kutai Timur? “Kita di sini juga hidup beriringan dengan adat. Cuma memang hukum adat itu tidak dominan di sini karena bukan hukum positif. Tapi hukum adat tetap kita hargai suatu norma-norma yang ada di kehidupan masyarakat kita,” papar Wakil Bupati Kutai Timur Kasmidi Bulang.
-
Mengapa Kementerian LHK mendorong upaya untuk memperkuat paradigma pengelolaan hutan secara lestari? Pihaknya berharap para akademisi dan pihak lain terus mendukung pemerintah dalam mengidentifikasi berbagai solusi.Di antaranya, kata Menteri Siti, yakni untuk memperkuat paradigma pengelolaan hutan secara lestari, serta ikut menjaga dan mewujudkan keseimbangan dan keadilan.
-
Siapa yang bertugas menjaga Hutan Lindung Wehea? Masyarakat Adat Wehea lalu membentuk Petkuq Mehuey atau penjaga hutan. Lembaga ini beranggotakan pemuda-pemuda Suku Dayak Wehea yang bertugas melakukan penjagaan hutan secara bergantian.