Mereka yang susul orangtua jadi TNI dan berprestasi
Selain Mayor Agus, masih banyak anak-anak yang meneruskan karier sang ayah di dunia militer. Siapa saja mereka?
Tidak butuh waktu lama usai kembali dari Amerika Serikat, Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono langsung diangkat menjadi Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning. Batalyon ini merupakan salah pasukan elite di bawah kendali Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya.
Agus memang sukses menyusul karier emas sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai prajurit TNI Angkatan Darat. Setelah lulus dari Akademi Militer, mereka sama-sama berdinas sebagai prajurit Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dengan posisi sama, yakni Komandan Peleton atau Danton di pasukan lintas udara.
Setelah sempat ditempatkan sebagai Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak. Agus telah menjalani berbagai penugasan di dalam negeri maupun internasional. Dia pernah ditunjuk untuk menjadi Komandan dalam misi perdamaian di Lebanon bersama Pasukan Garuda di bawah naungan PBB.
Kemudian di tahun 2013, suami dari Anisa Pohan ini diangkat sebagai Kepala Seksi 2/Operasi di lingkungan satuan elite Kostrad, Brigade Infanteri Lintas Udara 17 sebagai pembantu Komandan. Selanjutnya di bulan Juni 2014, Mayor Agus menempuh tugas pendidikan militer setingkat Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Command and General Staff College (CGSC) di Fort Leavenworth, Kansas.
Sekolah ini merupakan sekolah yang sama diikuti oleh Ayahnya SBY. Ia menuntaskan tugas pendidikannya selama satu tahun dan lulus pad 12 Juni 2015 dengan hasil sempurna yaitu dengan IPK 4.0. Di saat yang bersamaan, Mayor Agus juga meraih gelar Master of Arts (MA) dalam Leadership and Management dari George Herbert Walker School of Business and Technology, Webster University. Juga dengan IPK 4.0.
Selain Agus, masih ada sejumlah perwira lainnya yang meneruskan jejak sang ayah di dunia militer. Siapa saja mereka?
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo
Pramono Edhie adalah putra dari Sarwo Edhie Wibowo, mantan komandan Kopassus yang namanya terus dikenang hingga kini. Dia juga adik ipar dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dengan latar belakang keluarga militer, perjalanan karier Pramono terbilang cukup bersinar. Dia merupakan lulusan terbaik Akademi Militer tahun 1980. Setelah itu, Pramono ditunjuk menjadi Komandan Peleton Grup I Kopassandha, cikal bakal Grup I Kopassus.
Hampir sebagian besar kariernya dihabiskan di Kopassandha sejak 1981. Baru pada 1995 dia menempuh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Satu tahun kemudian, Pramono menjabat sebagai Perwira Intel Operasi grup I Kopassus. Pramono kemudian menjabat sebagai wakil komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996, dan terpilih menjadi Komandan Grup 1/Kopassus dua tahun kemudian.
Setelah reformasi bergulir, karier Pramono terus berkembang. Saat Megawati Soekarnoputri terpilih sebagai Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid, Pramono dipilih menjadi Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2001. Meski punya hubungan dengan SBY, namun perseteruan antara SBY dengan Mega tetap membuatnya bersikap profesional. Alhasil, dia dipercaya hingga Mega turun dari jabatannya.
Usai menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI), dan diangkat sebagai Perwira Tinggi Staf Ahli Bidang Ekonomi Sesko TNI 2004. Karier Pramono terus meningkat hingga ditunjuk menjadi Wakil Danjen Kopassus pada 2005, Kepala Staf Kodam IV/Diponegoro pada 2007, dan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD pada tahun 2008 hingga 2009.
Pada 2009, Pramono menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi serta ditunjuk menjadi Panglima Kostrad (Pangkostrad) pada tahun 2010. Pada 2011, Pramono dilantik sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat menggantikan Jenderal TNI George Toisutta.
Setelah menutup kariernya, dia mengikuti jejak kakak ipar dengan menjadi politikus Partai Demokrat, dia juga pernah ambil bagian dalam penjaringan calon presiden yang digelar partai tersebut.
Mayjen (Purn) Basofi Sudirman
Kebesaran sang ayah sebagai prajurit militer ternyata menggugah Basofi Sudirman untuk meneruskan jejaknya menjadi tentara. Alhasil, sejak kecil tak terpikir olehnya untuk berkarier di bidang lain, kecuali militer. Basofi adalah putra dari pasangan Letjen Soedirman dan Masrikah binti Syakur.
Sebelum mendaftarkan diri ke Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Jawa Tengah, Basofi sudah mengenal cara hidup tentara sejak kecil. Sebab, dia sudah sering ikut mengungsi. Bahkan, setelah Belanda mengakui kedaulatan RI, dia masih berpindah-pindah mengikuti tempat penugasan ayahnya.
Setelah lulus AMN, karier militernya tergolong moncer, ditambah pengalaman tempur yang dimilikinya. Dia pernah menjadi Komandan Detasemen Tempur Kopasandha (1971-1972), Komandan Batalyon 412 Brawijaya (1973-1974), dan Komandan Brigade Infanteri 18/Kostrad (1981-1983).
Selain itu, Basofi punya pengalaman teritorial saat menjadi Komandan Kodim 0824/Jember (1977-1978), Asisten Teritorial Kodam IV Brawijaya (1983-1984), Komandan Korem 083/Baladhika Malang (1984-1986), dan Kasdam Kodam I Bukit Barisan (1986-1987). Dia juga pernah ditunjuk menjadi Dosen Seskoad, tahun 1979-1981.
Sayang, Basofi memilih pensiun dini di usianya yang ke-47 tahun saat berpangkat Mayor Jenderal. Alasannya dia menjadi anggota Golkar. Keputusan ini tentunya ditentang sang ayah, namun tak menghentikan langkahnya untuk menjadi seorang politikus.
Meski ayahnya pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal, namun kariernya sebagai sipil ternyata sangat baik. Sebelum menjadi Gubernur Jawa Timur, jabatannya adalah Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, dan pada tahun 1987 diangkat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang pemerintahan.
Letjen (Purn) Himawan Soetanto
Raden Himawan Soetanto merupakan putra dari Mohamad Mangoendiprodjo. Ayahnya merupakan pejuang di era perang kemerdekaan, dan pernah menjadi Penasehat Panglima Besar Sudirman. Ketangguhan sang ayah lah yang akhirnya menginspirasi Himawan untuk meneruskan jejaknya.
Himawan memulai kariernya dari bawah dengan pangkat Letnan Muda sebagai taruna Militer Akademi (MA) Yogya. Dia pernah menjalani penugasan untuk menghadapi Belanda di front Subang atau Bandung Utara.
Usai lulus dari MA, ternyata Yogya tempatnya menempuh ilmu militer diserang Belanda dalam sebuah operasi militer. Alhasil, dia segera menyingkir dan mengangkat senjata bersama kesatuan-kesatuan terdekat.
Selesai perang kemerdekaan, dia langsung menghadapi pemberontakan DI/TII. Tahun 1955-1957, HS dengan ayahnya sama-sama bertugas di tempat yang sama, ketika HS menjadi Perwira Operasi Resimen Infanteri 6/Sriwijaya berkedudukan di Lampung dan ayahnya menjabat Residen Lampung.
Selama berkarier di militer, dia pernah menjadi Perwira Staf Pasukan Garuda II di Leopoldiville, Kongo. Kemudian ditugaskan ke Timur Tengah sebagai Komandan Brigade Selatan, United Nations Emergency Forces. Jabatan terakhirnya sebagai TNI adalah menjadi Kepala Staf Brigif 15/Tirtayasa, sekarang Brigif 15/Kujang.
Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu
Menjadi putra dari seorang yang dekat dengan Presiden Soekarno tak membuat karier Ryamizard Ryacudu di militer terhambat. Kariernya mulai melaju pesat setelah memangku jabatan sebagai Pangdam V/Brawijaya hingga akhirnya diangkat menjadi Kasad di penghujung kariernya.
Ryamizard adalah putra sulung dari Mayjen TNI (Anumerta) Musannif Ryacudu, seorang perwira tinggi TNI AD yang juga tokoh Lampung. Ayahnya merupakan salah satu orang yang dekat dengan Soekarno semasa hidupnya.
Saat terjadinya gesekan elite nasional pada masa presiden Gus Dur, Ryamizard yang saat itu menjabat Pangdam Jaya mengancam siapa saja yang akan mengganggu keamanan di wilayahnya. Selepas dari Kodam Jaya, Ryamizard mendapat promosi bintang tiga sebagai Panglima Kostrad menggantikan Letjen TNI Agus Wirahadikusumah.
Kemampuannya merangkul semua unsur TNI saat apel siaga di Lapangan Monas yang melibatkan unsur TNI AL dan TNI AU menarik Kasad untuk menunjuknya sebagai Wakasad. Tak lama, dia menggantikan Endriartono Sutarto untuk menjadi Kasad.
Di penghujung kariernya, dia pernah dicalonkan menjadi Panglima TNI di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Namun namanya dianulir SBY yang kemudian mengangkat Marsekal Djoko Suyanto sebagai panglima. Kini, Ryamizard diangkat menjadi Menteri Pertahanan di Kabiner Kerja Presiden Joko Widodo.
Letda Laut Rian Risky Putrantio
Rian adalah putra dari mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Marsekal (Purn) Marsetio. Sebagaimana sang ayah, Rian juga meraih predikat lulusan terbaik di Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan 56 tahun 2011.
Rian dilahirkan di Surabaya pada 3 April 1989. Berkat predikat lulusan terbaik membuatnya meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa. Penghargaan ini diterimanya secara langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 Juli 2011 lalu.
Setelah lulus, kini Rian diberi pangkat Letda Laut. Dia pernah mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Surface Warfare Officers School (SWOS) di Amerika Serikat.