Mobil 2 Politisi di Sulsel Diduga Ditembak, Ini Hasil Penyelidikan Polisi
Polisi telah menyelidiki dugaan teror terhadap dua politisi di Sulsel, Jabal Nur dan Andi Mustafa Mappangara. Mobil keduanya dipastikan bukanlah ditembak.
Polisi telah menyelidiki dugaan teror terhadap dua politisi di Sulsel, Jabal Nur dan Andi Mustafa Mappangara. Mobil keduanya dipastikan bukanlah ditembak.
- Jenderal Polisi Tiba-tiba Turun dari Mobil Hampiri Pasukan Brimob Bersenjata di IKN, Ada Apa?
- Penyelidikan Kasus Polisi yang Diduga Bunuh Diri di Mampamg Prapatan Ditutup
- Diduga Penyamaran Polisi Sebagai Tukang Parkir Terekam Warganet
- Polisi Pastikan Kaca Mobil Ketua PDIP Parepare Retak akibat Benda Tumpul dari Dalam, Bukan Penembakan
Mobil 2 Politisi di Sulsel Diduga Ditembak, Ini Hasil Penyelidikan Polisi
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulsel Komisaris Besar Komang Suartana mengatakan, dua kejadian itu adalah perusakan. Hal itu setelah Kepolisian Resor Bantaeng dan Parepare turun melakukan penyelidikan.
"Kemarin sudah saya sampaikan bahwa itu bukan penembakan, tapi perusakan," ujarnya kepada wartawan, Senin (15/1).
Komang menjelaskan benda yang merusak kaca mobil milik Caleg DPR RI dari PAN, Jabal Nur bukan proyektil, tetapi semacam kelereng.
"Perusakannya itu ada menggunakan kayak kelereng. Besar dia, jadi bukan proyektil, tapi semacam kelereng, kayak kelereng," ungkapnya.
Komang menduga benda seperti kelereng tersebut berasal dari warga yang bermain katapel.
"Makanya saya bilang tidak ada penembakan, yang ada perusakan. Karena kan di Bantaeng banyak menggunakan katapel. Pada waktu katapel dilepaskan (benda semacam kelereng) dan jatuh, gaya gravitasi kan besar dia," sebutnya.
Komang juga mengungkapkan bahwa mobil yang terkena benda semacam kelereng tersebut juga bukan milik Jabal Nur yang merupakan Caleg DPR RI daerah pemilihan 2 Sulsel. Mobil itu milik adik Jabal Nur.
"Itu juga bukan mobil yang digunakan oleh caleg (Jabal Nur), tapi mobil yang digunakan oleh adiknya yang sudah dikasihkan sudah lama, tahun 2008," bebernya.
Hal yang sama juga untuk dugaan teror terhadap Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Parepare Andi Mustafa Mappangara. Ia mengaku kejadian yang dialami Mustafa bukan teror penembakan, tetapi perusakan.
"Yang di Parepare juga sama, bukan penembakan. Sudah ada klarifikasi dari pemiliknya (Andi Mustafa Mappangar) itu. Bukan (penembakan)," tegasnya.
Meski bukan teror penembakan, Komang mengaku kepolisian masih melakukan penyelidikan. Komang juga memastikan apa yang dialami Jabal Nur dan andi Mustafa Mappangara tidak terkait dengan politik. "Masih dalam lidik. Motifnya juga masih lidik," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, mobil politisi di Sulawesi Selatan (Sulsel), yakni Jabal Nur (PAN) dan Andi Mustafa Mappangara (PDIP), diduga mendapatkan teror penembakan oleh orang tak dikenal (OTK). Jabal Nur adalah caleg DPR RI, sedangkan Andi Mustafa merupakan Ketua DPC PDIP Parepare.
Mustafa menjelaskan mobilnya diduga ditembak oleh OTK saat terparkir di Rumah Sakit Regional Hasri Ainun Habibie Parepare. Mustafa mengaku baru mengetahui mobilnya seperti terkena peluru saat melihat kaca bagian depan retak.
"Saat itu sedang jenguk keluarga yang sakit di RS (Hasri) Ainun Habibie, Sabtu malam. Saat mau pulang, kaca mobil depan retak seperti terkena proyektil," ujarnya kepada wartawan, Minggu (14/1)
Ia menduga kaca mobilnya retak karena terkena peluru dari air soft gun. Dugaan Mantan Sekretaris Daerah Kota Parepare ini karena bekas retakan pada kaca bundar dan kecil.
"Saya tidak tahu apa motifnya," tuturnya.
Mustafa mengaku sudah melaporan terkait kejadian tersebut ke Kepolisian Sektor Bacukiki, Parepare. Ia pun menyerahkan sepenuhnya kepada polisi untuk mengungkap kejadian tersebut.
"Biarkan aparat terkait yang menyelidikinya," ujar Caleg DPRD Parepare ini.
Sementara, Caleg DPR RI dapil 2 Sulsel, Jabal Nur mengaku kaca bagian belakang mobil miliknya retak. Ia menduga mobilnya ditembak OTK pada Jumat (12/1) kemarin.
"Saat saya cek, ada proyektil di dalam mobil," tuturnya.
Jabal yang juga merupakan relawan Garda Prabowo-Gibran ini menduga dirinya motif teror berkaitan dengan politik. Meski demikian, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk mengungkap kejadian ini.
"Sudah melapor di polisi dan juga serahkan proyektil pelurunya," pungkasnya.