Moeldoko Minta JAD Tetap Diwaspadai: Organisasi Tak Ada Tapi Ideologis Tetap Tumbuh
Moeldoko mengatakan, yang terjadi sekarang bahkan banyak teroris yang terikat lagi dengan organisasi. Artinya, melakukan teror atas keyakinan sendiri. Misalnya aksi teror yang terjadi di Surabaya beberapa waktu lalu.
Densus 88 Antiteror Polri menangkap terduga teroris bernama Husain alias Abu Hamzah (AH) di Sibolga, Sumatera Utara. Diduga kuat pelaku termasuk jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS.
Kepala Staf Kepresidenan Indonesia, Jendral TNI (Purn) Moeldoko, meminta semua tetap waspada. Sebab meskipun secara organisasi Jamaah Ansharut Daulah atau JAD telah bubar bukan berarti sel-sel juga ikut bubar atau mati.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Apa yang dirayakan di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme? Tujuan diadakannya peringatan ini untuk menghormati serta mendukung para korban terorisme serta melindungi hak asasi manusia.
-
Di mana kejadian teror suara ketuk pintu ini terjadi? Belum lama ini, sebuah kejadian yang tak biasa terjadi di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
"Mereka ini memang lebih kuat di ideologi sehingga walaupun kita merasa seolah-olah barangnya habis tapi sel selnya selalu tumbuh. Nah sel-sel inilah yang menyebar sehingga jangan mengatakan bahwa oh gak ada lagi," ucap Moeldoko di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, Rabu (13/3).
"Memang secara organisasi tidak tapi secara ideologis tetap tumbuh," Moeldoko melanjutkan.
Moeldoko mengatakan, yang terjadi sekarang bahkan banyak teroris yang terikat lagi dengan organisasi. Artinya, melakukan teror atas keyakinan sendiri. Misalnya aksi teror yang terjadi di Surabaya beberapa waktu lalu.
"Sangat mungkin terjadi (teroris main sendiri tanpa instruksi). Beberapa kejadian putus dari struktur. Seperti teror di Surabaya setelah diselidiki non struktur," ucap dia.
Saat ini, pihak kepolisian sedang menyelidiki apakah teroris yang ditangkap di Sibolga juga demikian.
"Di Sibolga kecenderungannya ikut jaringan ISIS tapi jaringan komando lagi di dalami," kata dia.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pembawa 35 Butir Peluru di Mako Brimob DIY Baru 2 Tahun Tinggal di Sleman
Jokowi Tegaskan Ledakan Bom di Sibolga Tak Terkait Pilpres 2019
Jokowi soal Penggerebekan Teroris di Sibolga: Tindak Terus Tanpa Henti!
Polisi Pastikan Sumut Aman Dikunjungi Presiden Jokowi usai Ledakan Bom
Bom Pipa Diamankan dari Lokasi Ledakan di Sibolga
Kronologi Penangkapan Terduga Teroris Sel Jemaah Ansharut Daulah
Gegana Brimob Ledakan Bom dari Rumah Terduga Teroris di Sibolga