Musim kemarau, Warga Gunung Kidul cari air sampai Jawa Tengah
Seorang pedagang air lainnya, Sakiran (47) menerangkan, setiap hari dirinya mengambil air di Pracimantoro, Jawa Tengah dan Pelabuhan Sadeng untuk dijual kembali di Gunung Kidul, utamanya di Kecamatan Rongkop dan Girisubo.
Minimnya sumber mata air di Kecamatan Rongkop dan Girisubo, Gunung Kidul, DIY membuat penjual air untuk kebutuhan masyarakat harus mencari air hingga ke Pracimantoro, Jawa Tengah. Dengan menggunakan mobil tangki swasta, para penjual air ini berburu air hingga keluar wilayah DIY.
Seorang pedagang air, Margoto (51) mengatakan, setiap hari dirinya berangkat sekitar pukul 04.30 WIB untuk menjajakan air bersih di Kecamatan Rongkop dan Girisubo. Biasanya, Margoto baru pulang ke rumah sekitar pukul 21.00 WIB.
Margoto setiap harinya berjualan air bersih kepada warga yang membutuhkan. Mereka biasanya akan menghubungi nomor ponselnya atau warga akan mencegat truk tangki yang dikemudikannya.
"Setiap hari bisa menjual 10 rit. Harganya bervariasi. Bisa Rp 100 ribu sampai Rp 120 ribu per tangki (tangki berisi 5000 liter). Tergantung jauh dekatnya rumah," papar Margoto, Kamis (3/8).
Margoto menjelaskan, biasanya tangki truk punyanya mengambil air di sekitar Pelabuhan Sadeng dan Pracimantoro, Jawa Tengah. Untuk sumber air di Sadeng, dia mengungkapkan, tergantung dari kondisi air laut. Jika air pasang maka air akan pasang juga sedangkan jika air surut maka air akan surut juga.
Seorang pedagang air lainnya, Sakiran (47) menerangkan, setiap hari dirinya mengambil air di Pracimantoro, Jawa Tengah dan Pelabuhan Sadeng untuk dijual kembali di Gunung Kidul, utamanya di Kecamatan Rongkop dan Girisubo.
"Mata air di daerah Rongkop dan Girisubo tidak banyak. Di Pracimantoro ada sumur bor. Sehingga jumlah airnya cukup banyak," ungkap Sakiran.
Kurangnya ketersediaan air bersih di kawasan Rongkop dan Girisubo membuat warga di saat musim kemarau seperti saat ini kesulitan mengakses air bersih. Tak adanya pipa air PDAM yang menembus ke kawasan itu membuat warga selama bertahun-tahun habya bergantung pada air hujan yang ditampung di bak penampungan maupun menggunakan air telaga.
Jika musim kemarau seperti saat ini, warga pun terpaksa harus membeli air. Pasalnya air di telaga maupun di bak penampungan sudah habis digunakan. Droping air yang diberikan oleh pemerintah pun belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh warga. Sehingga mau tak mau warga pun harus membeli air bersih lewat para penjual air.