Nasir Abbas Beberkan Tahapan Seseorang Terpapar Radikal Intoleran Hingga Siap Mati
Saat masih berusia 16 tahun Nasir pernah terpapar paham radikal intoleran.
Mantan Ketua Mantiqi II kelompok Al Jamaah Al Islamiyah (JI), Nasir Abbas menjelaskan bagaimana pola seseorang bisa terpapar radikalisme hingga menjadi teroris. Saat masih berusia 16 tahun Nasir pernah terpapar paham radikal intoleran.
"Bermula dari gagal paham ketika tidak menghargai perbedaan, tidak mengakui perbedaan, merasa dirinya terlalu benar, artinya bahwa tidak adanya toleransi dari dalam dirinya ini yang membuat paham radikal masuk dengan mudah kepada jiwa-jiwa milenial yang intoleran," jelas Nasir dalam diskusi virtual Terorisme yang diselenggarakan oleh Universitas Budi Luhur, Selasa (6/4).
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
Nasir mengaku bersikap intoleran dan melakukan tindakan SARA. Sikap intoleran ini akan menjadikan seseorang lebih mudah membenci dan memusuhi sesama.
"Seseorang yang inteloran itu tidak mungkin langsung bersikap demikian, dalam artian tidak mungkin tiba-tiba tangannya melakukan kekerasan, pasti ada dalam pikirannya yang membuat radikalisme masuk," tuturnya.
Menurutnya, jika seseorang sudah biasa intoleran atau melakukan kekerasan terhadap sesama maka memungkinkan orang ini melakukan perubahan sistem dengan cara kekerasan. Nasir mengatakan, tanpa disadari seseorang juga bisa saja menjadi bagian dari teroris karena kelompok tersebut melakukan hal-hal yang membuat simpatisan masyarakat turut bergabung.
"Kelompok tersebut kebanyakan melakukan penggalangan dana dari masyarakat, mencari simpati masyarakat dengan membawa Palestina, Uyghur, Suriah, lalu kita mentransfer ke mereka, jadi bisa jadi kita turut membantu mendanai mereka. Kita semua berpotensi untuk direkrut," jelasnya.
Nasir sendiri menyebutkan bahwa kasus terorisme yang kerap terjadi di Indonesia biasanya terpapar dari berbagai pihak. Bisa dari orang lain maupun internet.
"Mulai dari menonton sesuatu atau internet yang membuat mereka gagal paham dan melakukan aksi radikalisme sehingga mereka siap mati, siap menantang maut," tandasnya.
Reporter Magang: Annastasya Narpadayinta dan Syifa Caecar Madyaratri
Baca juga:
Kepala BNPT Sebut Pelaku Teror Dirasuki Pemikiran Sesat Bertentangan dengan Agama
Kriminolog: Jaringan Teroris Merekut Mereka yang Dendam dengan Pemerintah
'Orang yang Frustrasi dan Merasa Berdosa Lebih Mudah Direkrut Jadi Teroris'
Nasir Abbas: Terorisme Berawal dari Kesalahpahaman
CEK FAKTA: Hoaks Dua Surat Wasiat Teroris Makassar dan Mabes Polri Rekayasa