Nelayan minta Menteri Susi menyikapi kapal ikan perusak biota laut
Kapal ikan yang beroperasi berasal dari Sumatera Utara dan beberapa kapal asing menggunakan bom yang merusak biota laut.
Nelayan tradisional di Simeulue meminta Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti segera turun tangan menyikapi kapal nelayan yang beroperasi di perairan Simeulue menggunakan peralatan yang bisa merusak biota laut. Peralatan itu seperti penggunaan pukat harimau, bom ikan dan pukat cincin.
"Kami minta siapapun, seperti pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, terutama ibu Menteri Susi, supaya turun langsung mengusir dan menangkap kapal bom ikan di Teupah Selatan ini," kata salah seorang nelayan, Sudirman (50) yang juga diaminkan oleh Saibi (47), Kamis (5/11).
Sudirman menuturkan, kapal ikan yang menggunakan bom dan pukat harimau itu ada yang berasal dari Sumatera Utara dan beberapa kapal asing. Bahkan ada yang sudah beroperasi selama tiga bulan dan berpindah-pindah lokasinya.
Akibatnya beroperasinya kapal nelayan yang menggunakan bom tersebut, lanjut dia, sejumlah nelayan tradisional yang hanya menggunakan pancing untuk menangkap ikan menjadi resah dan mengalami kerugian besar. Karena biasanya mereka rata-rata mendapatkan 16-26 kilogram per hari, kini paling banyak hanya mendapat enam kilogram untuk satu kali melaut.
"Mereka setiap beroperasi ada tiga kapal, kita juga takut mendekat, karena mereka ada bom, dari jarak lebih dari 50 meter, kita melihat mereka membom ikan, sehingga penghasilan kita sangat berkurang, dulu kita pancing dapat 26 kilogram, kini paling banyak hanya 6 kilogram, mereka yang untuk kami nelayan yang melarat," papar Sudirman.
Sementara Camat Teupah Selatan, Sofyan Andra membenarkan adanya laporan dari nelayan tradisional bahwa ada kapal yang menggunakan bom dan pukat harimau yang menyebabkan hasil tangkapan nelayan di Simeulue menurun.
"Apa yang dilaporkan nelayan kita itu, memang benar," sebut Sofyan.
Sofyan juga menyebutkan wilayah Kecamatan Teupah Selatan, merupakan lumbung penghasil ikan. Namun dengan beroperasinya kapal tersebut menyebabkan kelangkaan ikan dan nelayan tradisional kesulitan mendapatkan ikan.
Dia mendukung penuh nelayan di Simeulue mendesak Menteri Susi Pudjiastuti untuk segera bertindak. Sehingga tidak ada lagi kapal yang merusak biota laut saat menangkap ikan.
"Kita dukung nelayan untuk melaporkan kasus ini pada Menteri Susi," tutup Sofyan.