Orang-orang ini dapat rezeki nomplok tak terduga
Saking tidak terduganya, rezeki nomplok bahkan hadir kepada mereka tanpa melihat status sosial dan lainnya
Rezeki nomplok bisa didapat tiap manusia secara tidak terduga tanpa mengenal waktu atau tempat. Keadaan ini tentu menyenangkan. Tidak sedikit mereka bahkan sampai terkejut menerima rezeki berlimpah.
Memang tidak semua orang mendapat kesempatan seperti ini. Semua seolah sudah jalan Tuhan. Bagi mereka sering berusaha belum tentu bisa menikmati rezeki nomplok ini.
Sebenarnya sebesar apapun rezeki didapat harus disyukuri. Tidak perlu melihat nominal atau jumlahnya. Apalagi dengan bersyukur merupakan wujud kita berterimakasih kepada pemberi rezeki, yakni Tuhan.
Saking tidak terduganya, rezeki nomplok bahkan hadir kepada mereka tanpa melihat status sosial dan lainnya. Banyak juga mereka sudah berkecukupan malah tertiban rezeki lebih besar lagi. Meski tidak sedikit juga kondisi ini benar-benar hadir kepada mereka yang membutuhkan.
Berikut orang-orang tertiban rezeki nomplok tidak terduga seperti dirangkum merdeka.com, Kamis (30/1):
-
Bagaimana cara termudah untuk menggandakan uang? Bagaimana cara termudah untuk menggandakan uang? Letakkan di depan cermin
-
Bagaimana cara para pelaku pungli meminta uang? Julurkan tangan untuk kode nominal yang harus diberikan. Selain meminta uang, orang-orang yang diduga warga setempat ini juga meminta nominal khusus kepada sopir truk melalui kode jari. Untuk satu jari, sopir harus memberikan uang sebesar seribu. Lalu dua jari, sopir harus menyerahkan uang sebesar Rp2 ribu dan seterusnya.“Minta seribu tinggal bikin satu jari. Dua ribu, dua jari. Lima ribu, tinggal bikin lima jari,” katanya lagi.
-
Kapan uang logam tertentu ditarik dari peredaran? Maka, dengan demikian terhitung sejak tanggal 1 Desember 2023 uang Rupiah logam tersebut tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-
Mengapa 'uang perahu' dilarang? Tindakan pemberian uang perahu merupakan hal yang dilarang oleh Undang-undang No 7 Tahun 2017 tentang pemilu. Karena merupakan tindakan politik uang yang merusak demokrasi dan menciptakan kondisi politik tidak sehat.
-
Bagaimana Slamet Tohari melakukan penggandaan uang? Pembunuhan tersebut dilakukan terdakwa dengan menggunakan potasium sianida yang telah disiapkan dan selanjutnya diberikan kepada korban saat menjalani ritual penggandaan uang.
Pemulung temukan duit Rp 80 juta
Pasangan pemulung menemukan uang sebanyak Rp 80 juta, di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kelurahan Jatibarang, Semarang pada Rabu (24/2). TPA tersebut merupakan tempat di mana suami istri bernama Min dan Sarmi itu sehari-hari mencari nafkah.
Kini, keduanya tengah diburu polisi lantaran tidak melaporkan temuan tersebut. "Ada laporan tentang pemulung di TPA Jatibarang yang menemukan uang Rp 80 juta pada hari Rabu (24/2)," kata Kapolsek Mijen Komisaris Sapari di Semarang, Kamis (25/2), dikutip dari Antara.
Dia menuturkan, Min dan Sarmi sudah pulang ke kampung halamannya di Kabupaten Grobogan. Namun, ketika polisi mendatangi kampung halamannya, rumahnya dalam keadaan kosong.
"Rumahnya ternyata kosong. Ada informasi keduanya berada di Demak," ujar Sapari.
Sapari mengatakan tidak ada itikad baik dari Min ketika berusaha dihubungi petugas. Menurut dia, pencarian keduanya tersebut sebagai antisipasi jika ada laporan tentang kehilangan uang dari masyarakat.
Tabungan mendadak jadi Rp 100 triliun
Tomedy Marbun (32) warga Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, Riau kaget melihat isi rekening Bank Mandiri miliknya mendadak hampir Rp 100 triliun. Rezeki nomplok yang didapatnya itu secara bertahap, awalnya Rp 999 juta, hingga sampai Rp 99 miliar lebih.
Padahal, Tomedy mengakui bahwa saldo rekening Bank Mandiri miliknya tidak sampai Rp 500 ribu. Dia pun tidak tahu dari mana asal uang itu masuk ke saldo rekeningnya.
Baik Tomedy, maupun pihak Bank Mandiri hingga saat ini belum mengetahui, apakah adanya permainan hacker atau karena kebobrokan sistem komputer Bank Mandiri kantor cabang Pangkalan Kerinci, hal itu belum terjawab.
Tak ingin ambil risiko wartawan salah satu media itu melaporkan 'rekening gendut' dadakan miliknya. Kabid Humas Polda Riau, AKBP Guntur Aryo Tejo mengatakan, pihaknya sudah mengetahui kabar rekening gendut dadakan yang didapat Tomedy.
"Kita masih pelajari dulu kasusnya bagaimana, kenapa rekening dari ratusan ribu rupiah menjadi hampir Rp 100 triliun, itu bukan jumlah yang sedikit. Jika ada pihak-pihak yang merasa dirugikan, silakan membuat laporan polisi," ujar Guntur, Jumat (11/3).
Terima ratusan juta setelah dirazia Satpol PP
Eni, pedagang warung nasi yang terkena razia Satpol PP KOta Serang, Banten, menerima bantuan sebesar Rp 170.844.166,80 dari netizen. Uang tersebut diserahkan oleh Dwika Putra, pengumpul donasi.
Uang yag terkumpul atas donasi ini sebenarnya mencapai Rp 265.534.758,30. Namun, pemberi donasi menegaskan uang sisa sumbangan donasi akan disumbangkan kepada yang membutuhkan lainnya.
Nama Eni kala itu mendadak tenar. Tangisannya ketika dirazia Satpol PP membuat para netizan terenyuh dan bergerak memberikan sumbangan.
Dapat hujan uang
Pengendara dan pejalan kaki yang melintas di Jalan Raya Sultan Agung, Kecamatan Medansatria, Kota Bekasi, Jawa Barat, siang tadi sempat dikejutkan dengan peristiwa 'hujan uang'.
"Kejadiannya sekitar pukul 11.00 WIB tepat di depan SPBU Jalan Sultan Agung dekat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas," kata salah satu pengendara Jaenudin Ishaq (31) di Bekasi, Rabu (29/6). Demikian tulis Antara.
Menurut dia, para pengendara sepeda motor, mobil maupun pejalan kaki dikejutkan dengan kedatangan uang kertas pecahan Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu yang melayang-layang di udara terhempas angin.
Uang tersebut berhamburan di badan jalan dan trotoar dan diperebutkan para pengendara dan pejalan kaki yang kebetulan melintas. "Perkiraan saya uangnya total mencapai jutaan rupiah dengan cetakan baru. Perkiraan saya total uangnya ada sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta," katanya.
Jaenuddin mengaku tidak mengetahui dari mana datangnya uang itu, sebab situasi jalan pada saat kejadian sangat ramai dan semerawut dengan orang-orang yang saling berebutan uang.
Â
(mdk/sho)