Ormas Islam di Jabar tak ingin Pilgub gaduh seperti DKI
Ormas Islam di Jabar tak ingin Pilgub gaduh seperti DKI. Ketua Pengurus Wilayah Persis Jabar Iman Setiawan Latief mengatakan, Pilkada DKI Jakarta tentu harus jadi pelajaran akan perlunya kewaspadaan, kepedulian, serta kiprah Ormas-Ormas Islam bagi suatu kemenangan politik.
Forum Kerjasama Ormas-ormas Islam (FORMASI) yang tergabung dalam beberapa ormas Islam berharap pelaksanaan Pemilihan Gubernur Jabar 2018 berlangsung kondusif. Hal ini berkaca dari Pilkada DKI Jakarta pada Februari 2017 lalu yang penuh kegaduhan.
"Ini hasil rumusan bersama. Kita berharap ormas Islam di sini bisa mengawal Pilkada Jabar sesuai aturan yang ada dimana kepentingannya untuk umat banyak," kata Ketua Pengurus Wilayah Muhamadiyah Jabar Zulkarnaen dalam jumpa persnya di Bandung, Senin (10/9).
Dia mengatakan, bersama 11 ormas Islam lainnya merapatkan barisan untuk mengantisipasi polarisasi Pilkada DKI ke Jawa Barat. "Ormas Islam di sini enggak jalan sendiri-sendiri, Kita mengantisipasi itu (sara). Jangan seperti Pilkada DKI. Kita ingin demokrasi sehat dan pemenangnya berpihak pada kepentingan umat," tandasnya.
Ketua Pengurus Wilayah Persis Jabar Iman Setiawan Latief mengatakan, Pilkada DKI Jakarta tentu harus jadi pelajaran akan perlunya kewaspadaan, kepedulian, serta kiprah Ormas-Ormas Islam bagi suatu kemenangan politik.
"Ormas-Ormas Islam meskipun bukan organisasi politik, akan tetapi merupakan bagian penting dari suatu proses politik, karenanya eksistensinya perlu ditunjukkan, dihargai, dan diperhitungkan oleh berbagai pihak. Silaturahim dan kerjasama antar Ormas Islam menjadi suatu keniscayaan," ucap Iman.
Dalam kesempatan tersebut, ormas-ormas Islam ini juga mematok tujuh kriteria calon kepala/wakil kepala daerah yang akan melaju pada Pilkada Jabar 2018. Pada intinya mereka menginginkan calon Gubernur Jabar ke depan adalah sosok orang yang peduli pada umat dan agama. Selain taat beribadah, pihaknya juga meminta calon kepala daerah nanti mengintegrasikan kualifikasi ulama dan umaro, memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan mumpuni, mampu berinteraksi, berani, dan jujur.
"Mandiri, tidak menjadi kepanjangan tangan dari kepentingan pengusaha atau pemodal atau penguasa politik yang dapat menyebabkan kepemimpinannya menjadi tersandera,"kata Ketua Badan Pelaksana Formasi M Rizal Fadillah.
Rizal juga menuntut calon kepala daerah nanti menjadi pejuang terdepan dalam menyikapi berbagai kemunkaran dan kemaksiatan yang merusak tatanan masyarakat dan pemerintahan seperti korupsi dan kolusi, narkoba, faham sesat keagamaan, mafia hukum dan birokrasi, LGBT, suap menyuap, serta berbagai kemunkaran lainnya.
"Yang terakhir mampu bekerjasama dengan semua golongan, mensinergikan potensi masyarakat yang berbeda, serta membangun kultur gotong royong antar elemen masyarakat," jelasnya.
Menurut dia, upaya pengambilan sikap tersebut berharap bisa didengar oleh partai. Bahwa Formasi memiliki keinginan dan telah memiliki peranan dalam pilkada.
Formasi Jabar tersebut terdiri dari Muhammadiyah, Persatuan Islam, ICMI, Al Irsyas, Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Persatuan Umat Islam, Persaudaraan Muslim Indonesia, Syarikat Islam, Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Persatuan Tarbiyah Indonesia, dan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia,
Adapun latar belakang pernyataan sikap Formasi Jabar yaitu Jawa Barat merupakan daerah penyangga ibu kota yang sangat strategis baik dari aspek ekonomi, budaya, maupun politik. Dampak dari proses dan hasil politik ke tingkat nasional maupun regional cukup besar. Konstelasi politik Jawa Barat senantiasa menjadi barometer kekuatan berbagai gumpalan politik. Karenanya seluruh elemen sosial dan politik didorong untuk senantiasa meningkatkan partisipasi dan kontribusinya, terlebih-lebih Ormas-Ormas Islam.