Pakar: Flu Burung Enggak Ada Apa-apanya Dibanding Covid-19
"Kita menangani penyakitnya, dampak sosial-ekonominya, dan komunikasi publiknya itu dalam porsi yang sama besar," ucap Bayu.
Ketua Komite Nasional Pengendalian Flu Burung Pandemi Influenza (FBPI), 2005-2009 Dr. Bayu Krisnamurthi menyatakan, dampak wabah flu burung yang terjadi sekitar tahun 2005 jauh lebih ringan jika dibandingkan Covid-19 yang saat ini dihadapi Indonesia.
Pada 2005 silam itu, tercatat ada sekitar 200 kasus penularan flu burung yang menginfeksi manusia di Indonesia dan kurang dari 1.000 kasus di dunia.
-
Kenapa hidung bengkak saat flu? Virus merusak sel-sel hidung, menyebabkan peradangan dan respons tubuh yang dapat menyebabkan pembengkakan.
-
Siapa aja yang berisiko tinggi terkena flu tulang? Flu tulang atau influenza tulang merupakan infeksi virus yang dapat menyebabkan gejala yang serius pada bayi baru lahir, orang tua di atas usia 65 tahun, dan individu dengan riwayat penyakit seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana cara mencegah penyebaran Flu Singapura? Untuk mencegah penyebaran Flu Singapura, penting untuk menjaga kebersihan tangan dan lingkungan, serta menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
-
Apa perbedaan utama antara Flu Singapura dan flu biasa? Perbedaan Flu Singapura dan flu biasa akan terlihat signifikan ketika kita melihatnya lebih detail. Meskipun keduanya sering kali dianggap sama, namun sebenarnya terdapat perbedaan Flu Singapura dan flu biasa yang cukup signifikan. Bahkan, tingkat keparahan dari kedua penyakit ini juga bisa berbeda.
-
Apa aja gejala umum yang sering dialami orang yang terkena flu tulang? Gejala lain yang sering muncul adalah demam, nyeri kepala, kelelahan, dan kadang-kadang disertai dengan batuk dan pilek.
"Kalau dibandingkan dengan Covid-19 terus terang saja saya harus mengatakan flu burung itu enggak ada apa-apanya," kata Bayu di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (10/7).
Bayu menuturkan, bahwa yang mengerikan dari flu burung adalah angka kematian (fatality rate) yang sangat tinggi. Angka kematian di dunia sebesar 60 persen, sementara di Indonesia mencapai 80 persen.
Bayu menceritakan, dalam penanganan penyakit flu burung, pemerintah mengambil langkah cepat dengan membentuk Komnas FBPI sejak awal flu burung terdeteksi di Indonesia. Komnas FBPI kemudian melancarkan strategi yang akhirnya dapat meredam dampak wabah flu burung saat itu.
Saat menangani penyakitnya, Komnas FBPI melibatkan seluruh ilmuan yang ada. Hal tersebut dikarenakan wabah flu burung merupakan sesuatu yang baru pada saat itu.
Bayu menambahkan, dalam penanganan kasus flu burung, unggas yang berpotensi terinfeksi harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Hal itu pun mengorbankan ekonomi dimana ayam dan unggas memiliki nilai yang tinggi bagi masyarakat.
"Kita menangani penyakitnya, dampak sosial-ekonominya, dan komunikasi publiknya itu dalam porsi yang sama besar," ucap Bayu.
Sementara, pada porsi komunikasi publik, yang dilakukan pemerintah adalah menjangkau masyarakat dengan komunikasi yang tidak putus-putus tapi dengan penyampaian yang kreatif.
"komunikasi yang membuat mereka bukan hanya takut, tapi juga kita siaga." kata dia.
Bayu juga menitikberatkan pentingnya strategi komunikasi yang perlu disusun dengan baik agar pemenuhan informasi kepada masyarakat dapat diterapkan.
"Strategi komunikasi ini kita susun dengan baik, strategis, komprehensif, multilevel, multimedia. Masyarakat sekarang membutuhkan informasi, kalau tidak diisi mereka akan cari, jadi penuhi dengan informasi yang benar," ucap Bayu.
Baca juga:
Kenali Gejala Flu Burung, Penyebab dan Cara Mencegah Penyebarannya
CEK FAKTA: Disinformasi Daftar Virus Berasal dari China
Kasus Flu Burung Kembali Muncul di Bondowoso
Melihat Kembali Antivirus SARS, Mers & Flu Burung di Tengah Gempuran Covid-19
10 Macam Virus Berbahaya di Dunia Sebelum Corona Merebak
Perlukah Jokowi Tiru SBY Bentuk Komite Pengendalian Virus Corona?