Pakar Ungkap 'Ngerinya' Penularan Antraks, Hewan Terpapar Tak Bisa Ditangani Sembarangan
Hasil penelitian di Afrika Selatan yang membuktikan jika spora yang dihasilkan dari bakteri Antraks ini bisa bertahan hingga 250 tahun lamanya.
Kasus penularan Antraks terjadi di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Penularan Antraks ini bahkan menyebabkan seorang warga berusia 73 tahun asal Padukuhan Jati, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY meninggal dunia.
Pakar Ungkap 'Ngerinya' Penularan Antraks, Hewan Terpapar Tak Bisa Ditangani Sembarangan
Dosen Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni menjelaskan, penanganan hewan ternak yang terkena Antraks tidak bisa dilakukan sembarangan.
Agnesia mencontohkan tradisi Brandu di Gunungkidul yang menyembelih hewan ternak yang mati mendadak atau sakit. Menurutnya, tradisi ini menjadi sebuah permasalahan sehingga dia minta tak lagi dilakukan.
Agnesia mencontohkan tradisi Brandu di Gunungkidul yang menyembelih hewan ternak yang mati mendadak atau sakit. Menurutnya, tradisi ini menjadi sebuah permasalahan sehingga dia minta tak lagi dilakukan.
"Hewan tidak boleh dibuka (disembelih). Jangan sampai darahnya keluar karena bakterinya ada di darahnya itu," ujar Agnesia dalam keterangannya.
Spora inilah yang berpotensi menyebabkan penularan. Bisa melalui makanan maupun minuman hewan ternak. Termasuk penularan lewat udara terhirup oleh hewan ternak ataupun manusia.
Dia menambahkan, hewan ternak yang mati karena penyakit Antraks ini penanganannya tidak bisa dilakukan sembarangan.
Bangkai hewan ternak tertular Antraks ini harus dibakar atau dikubur. Jika dikubur, sambung Agnesia, harus ditutup rapat dan disemen.
"Pemerintah bisa membeli untuk tanah yang dipakai untuk mengubur hewan tertular Antraks. Tanah ini kemudian diberi pagar tinggi dan dikasih pengumuman jika daerah itu daerah berbahaya bekas Antraks. Tanah itu tidak boleh diolah," tegas Nanung.
Cara lain bisa dipakai dengan menyediakan fasilitas mobile incinerator atau krematorium hewan ternak berjalan. Krematorium berjalan ini dipakai untuk memusnahkan bangkai hewan ternak yang terkena Antraks.
Untuk memusnahkan hewan ternak terkena Antraks ini, Nanung menuturkan diperlukan suhu 800 derajat ke atas.
"Solusi lain jika tidak ada alat kremasi maka bisa dibakar. Memakai kayu bakar sebanyak dua ton dan ditambahi dengan minyak tanah. Harus dipastikan bangkai ini benar-benar menjadi abu," urai Nanung.