Pakkat, rotan muda pembangkit selera setelah berbuka puasa
Makanan satu ini biasanya ramai dijual saat Ramadan. Namanya pakkat, yaitu bagian dalam atau umbut pucuk rotan muda. Pakkat biasanya dibakar. Layaknya lalapan, makanan khas dari daerah Tapanuli Bagian Selatan sekitarnya ini enak dimakan dengan sambal. Tapi pakkat dapat pula direbus atau digulai.
Makanan satu ini biasanya ramai dijual saat Ramadan. Namanya pakkat, yaitu bagian dalam atau umbut pucuk rotan muda. Pakkat biasanya dibakar. Layaknya lalapan, makanan khas dari daerah Tapanuli Bagian Selatan sekitarnya ini enak dimakan dengan sambal. Tapi pakkat dapat pula direbus atau digulai.
Rasa pakkat pahit. Tapi justru itu yang membuatnya diminati. "Rasanya pahit seperti daun pepaya. Kita makan dengan bawang dan cabai, timbul selara makan kita," ungkap Rajamin Lubis, seorang warga Bandar Selamat, Medan kapada merdeka.com, Sabtu (3/6).
Bukan cuma untuk penambah selera, pakkat juga dipercaya berkhasiat. Banyak warga yang percaya kuliner ini dapat mengobati maag, reumatik hingga darah tinggi.
Saat Ramadan, pakkat banyak dijual di beberapa titik Kota Medan, seperti di Jalan Letda Sujono dan Jalan Sisingamangaraja. Pucuk rotan muda ini dipotong-potong dengan panjang sekitar 1 meter. Pembeli umumnya membeli pakkat yang sudah dibakar.
"Saya jualnya Rp 2 ribu per batang," kata Sunar Siregar, penjual pakkat di Jalan Letda Sujono.
Sunar ternyata bukan cuma penjual. Dia juga distributor pucuk rotan muda. Pria ini mengaku paling banyak mendapat pasokan pucuk rotan muda dari Langga Payung, Sungai Kanan, Labuhan Batu Selatan (Labusel), Sumut. Selain itu, pakkat juga banyak didatangkan dari kawasan Tapanuli Bagian Selatan.
Pada bulan puasa ini, penjualan Sunar melonjak. Dalam sehari, dia dapat menjual 15 ribu batang. "Rezeki Ramadan," katanya.