Pancasila kaitannya erat dengan nilai keagamaan dalam Alquran
Pancasila merupakan sebuah rumusan yang merujuk pada norma-norma sosial yang hidup di masyarakat Indonesia sejak masa lampau. Selain itu, tiap sila dalam Pancasila juga terkandung nilai-nilai keagamaan, dalam hal ini Islam, sebagaimana tertuang dalam Alquran.
Pancasila merupakan sebuah rumusan yang merujuk pada norma-norma sosial yang hidup di masyarakat Indonesia sejak masa lampau. Selain itu, tiap sila dalam Pancasila juga terkandung nilai-nilai keagamaan, dalam hal ini Islam, sebagaimana tertuang dalam Alquran. Oleh karena itu, jika mengatakan bahwa Pancasila bertentangan dengan Islam adalah tidak tepat.
Akhir-akhir ini banyak muncul pandangan keliru, seolah-olah Pancasila dan pendukungnya adalah anti Islam.
-
Kapan Hari Lahir Pancasila diperingati? Hari Lahir Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Juni, adalah momen penting dalam sejarah Indonesia.
-
Apa yang dimaknai dari Hari Kesaktian Pancasila? Hari Kesaktian Pancasila sering dimaknai sebagai upaya memperkokoh peran Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa.
-
Kapan Hari Kesaktian Pancasila dirayakan? 1 Oktober adalah Hari Kesaktian Pancasila.
-
Bagaimana Pancasila berperan sebagai dasar negara Indonesia? Pancasila sebagai dasar negara memberikan arah dan petunjuk bagi pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, mempersatukan dan memantapkan kebudayaan dan identitas nasional Indonesia, serta memandu dan mengarahkan pembangunan nasional.
-
Apa makna dari Hari Kesaktian Pancasila? Hari ini mengingatkan kita akan momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia ketika Pancasila sebagai dasar negara berhasil dipertahankan melalui peristiwa yang dikenal sebagai "Gestok" pada tahun 1965.
-
Siapa yang merumuskan Pancasila? Pada hari ini, kita mengenang kembali lahirnya Pancasila sebagai dasar negara yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa.
"Ini jelas keliru dan berbahaya, karena Pancasila bukan rumusan yang berdiri sendiri dan tidak ada kaitannya dengan nilai-nilai dan ajaran yang hidup di tengah masyarakat Indonesia, khususnya ajaran agama," kata Ketua DPP Gerakan Pemuda Ansor, Saiful Rahmat Dasuki, dalam tausiyah menjelang acara buka puasa sekaligus peringatan hari Pancasila di kantor DPN Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (ALMISBAT), Sabtu (2/6).
Menurut Saiful, berdasarkan kajian tekstual dan sejarah maka tidak perlu ada keraguan untuk mengatakan Islam adalah Pancasila, Pancasila adalah Islam.
"Silakan kaji teks tiap sila Pancasila. Tentang keesaan Tuhan, misalnya, itu adalah tiang utama ajaran agama Islam. Islam juga mengajarkan tentang pentingnya kemanusiaan dan kemuliaan ahlak, persatuan atau ukhuwah, musyawarah, dan keadilan sosial. Itulah yang merupakan inti pada masing-masing sila, dan semuanya dikatakan dalam banyak ayat Alquran," katanya.
Menurut Saiful, keterkaitan itulah yang turut mewarnai proses kelahiran Pancasila di sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 1945 silam.
Sebagaimana diketahui, pada sidang-sidang di kedua badan tersebut terjadi perdebatan panjang antara para pendiri bangsa (founding fathers) yang berasal atau mewakili berbagai kelompok sosial dan politik waktu itu.
Lebih lanjut Saiful mengatakan, peranan sejumlah wakil umat Islam khususnya KH Wahid Hasyim sangat besar, sehingga semua peserta sidang saat itu akhirnya sepakat menetapkan Pancasila sebagai dasar negara.
"Keputusan itu mengandung pesan penting, bahwa Pancasila dapat mewadahi dan mengayomi seluruh masyarakat Indonesia yang realitasnya beragam dalam berbagai hal. Karenanya, adalah kewajiban kita selanjutnya untuk terus menjaga keputusan para pendiri bangsa tersebut," tutur Saiful.
Kebhinnekaan Indonesia, lanjut Saiful, harus diterima dan dimaknai sebagai rahmat dari Tuhan.
"Dengan segala kemahakuasaannya, Allah SWT bisa menjadikan seluruh penghuni dunia ini seragam dalam semua hal, termasuk di Indonesia. Tapi faktanya, kita semua terdiri dari berjenis-jenis suku bangsa, agama, kepercayaan, dan lain-lain. Itulah rahmat yang harus kita terima, sebagaimana kita menerima Pancasila sebagai dasar negara," pungkas Saiful.
(mdk/rnd)