Panitia diksar Mapala UII pernah minta orangtua tak menuntut
Panitia diksar Mapala UII pernah minta orangtua tak menuntut. Terkait adanya surat pernyataan bermaterai Rp 6 ribu yang diberikan panitia kepada peserta diksar untuk ditandatangani orangtua, Muzayin Nazaruddin, selaku anggota tim Crisis Center UII yang menangani investigasi terhadap kasus itu.
Orangtua Abyan Razaki, salah seorang peserta diklat dasar mahasiswa pecinta alam Universitas Islam Indonesia (diksar mapala UII), Budi, mengaku kecewa dan terpukul dengan kondisi anaknya yang kini terbaring di Rumah Sakit Jogja Internasional Hospital (RS JIH) sejak Sabtu (21/1). Abyan diantar oleh kakak lelaki untuk dirawat di RS JIH sepulangnya dari posko mapala.
Budi mengatakan, sebelum anaknya mengikuti acara diksar, dirinya sempat diminta menandatangani surat pernyataan oleh Abyan. Surat pernyataan dengan materai Rp 6 ribu di atasnya ini salah satunya berisikan bahwa orangtua mengizinkan anaknya untuk mengikuti acara diksar mapala.
"Di surat itu juga berisi bahwa orangtua peserta diklat tidak akan menuntut panitia apabila terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan. Waktu itu saya tanda tangani saja. Saya berpikir positif saja bahwa tidak akan ada kecelakaan atau hal lainnya yang akan terjadi pada Abyan," ungkap Budi ketika dihubungi oleh Merdeka.com, Selasa (24/1).
Budi menuturkan bahwa anaknya yang merupakan mahasiswa jurusan teknik kimia angkatan 2015 sempat menceritakan saat diksar, masalah surat pernyataan itu selalu disinggung. Bahkan, Abyan mengatakan selalu diulang-ulang oleh panitia saat acara diksar.
"Kata Abyan, panitia selalu bilang bahwa ingat nyawa kalian sudah ada di surat bermaterai Rp 6 ribu itu. Saya tidak tahu apakah maksudnya untuk mengintimidasi atau untuk apa," jelas Budi.
Terkait adanya surat pernyataan bermaterai Rp 6 ribu yang diberikan panitia kepada peserta diksar untuk ditandatangani orangtua, Muzayin Nazaruddin, selaku anggota tim Crisis Center UII yang menangani investigasi terhadap kasus itu mengatakan bahwa hingga saat ini belum mengetahui surat pernyataan tersebut secara rinci. Meskipun demikian, dirinya mengakui jika kegiatan di luar kampus memang disertai surat pernyataan.
"Surat (pernyataan) itu yang membuat Mapala (UII), bukan kampus. Akan kami selidiki. Kami pastikan (isi surat) tidak ada kata 'apabila meninggal tidak bisa menuntut'," beber Musayin.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, tiga orang mahasiswa UII tewas usai mengikuti acara pendidikan dasar atau The Great Camping (GC), yang digelar Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UII di Gunung Lawu Lereng Selatan, Tawangmangu, Jawa Tengah yang digelar pada 13 hingga 20 Januari 2017.
Ketiga mahasiswa yang meninggal adalah Muhammad Fadhli (20), Syait Asyam (20) dan Ilham Nurfadmi Listia Adi (20). Fadhli, mahasiswa Teknik Elektro UII angkatan 2015, asal Batam tewas dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar, Jumat (20/1). Asyam mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015 asal Yogyakarta tewas di RS Bethesda, Yogyakarta pada Sabtu (21/1). Korban terakhir adalah Ilham mahasiswa Hukum Internasional angkatan 2015 yang tewas di RS Bethesda, Senin (23/1).
Baca juga:
Tiga peserta diksar meninggal, kegiatan Mapala UII dibekukan
Polisi periksa sejumlah saksi dan olah TKP tewasnya 3 mahasiswa UII
Ungkap penyebab kematian, jenazah Mahasiswa UII diautopsi
Syafei: Saya sekolahkan anak di UII biar soleh, tapi malah dianiaya
Sebelum tewas, peserta Diksar Mapala UII buang air besar darah
Rektor UII: Diduga terjadi kekerasan saat Diksar Mapala
Diduga korban aniaya Mapala UII, Asyam patah tulang sekujur tubuh
-
Bagaimana cara pantun ini menghibur mahasiswa? Pantun mahasiswa lucu ini bisa jadi pelepas stres di tengah sibuknya kuliah.
-
Kapan acara silaturahmi Forkopimda Banyuwangi dengan mahasiswa diadakan? Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Banyuwangi menggelar silaturahmi dengan organisasi mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kabupaten Banyuwangi, di Mapolresta Banyuwangi, Selasa (18/7/23).
-
Apa yang dilakukan mahasiswa UGM dalam KKN mereka di Sulawesi Barat? Mahasiswa adalah agen perubahan. Tak sedikit mahasiswa yang melakukan inovasi untuk memberikan perubahan di tengah masyarakat. Bentuk inovasi itu bisa dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya saat program Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Melalui program KKN, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada bakal memasang teknologi pemanen air hujan, tepatnya di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat.
-
Apa yang Yusuf Mannagalli Parawansa lakukan saat kuliah? Ia tak malu memasang rengkek di motornya demi membawa barang dagangannya.
-
Siapa saja yang hadir di acara silaturahmi Forkopimda Banyuwangi dengan mahasiswa? Acara silaturahmi ini dihadiri oleh perwakilan organisasi mahasiswa PMII, HMI, GMNI, IMM, dan BEM dari berbagai perguruan tinggi di Banyuwangi. Hadir pula Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Deddy Millewa, Komandan Kodim (Dandim) 0825 Banyuwangi Letkol Inf Eko Julianto, serta perwakilan dari Forkopimda lainnya.
-
Mengapa Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian, Kerjasama dan Alumni Fakultas Filsafat UGM memanggil mahasiswa tersebut? Pemanggilan ini disebut Iva untuk melakukan konfirmasi dan meminta keterangan. "Kami tahu dari media sosial. Ini kita menemui yang bersangkutan. Kita ajak bicara, kita ajak diskusi untuk menggali seperti apa yang sebenarnya terjadi," kata Iva saat dihubungi wartawan, Senin (18/3).