Pasien Kritis Meninggal Akibat Ditolak RS di Malang, Begini Penjelasan Rumah Sakit
Pasien Kritis Meninggal Akibat Ditolak RS di Malang, Begini Penjelasan Rumah Sakit
Pihak rumah sakit yang dituju saat itu menolak menerima pasien dengan alasan tepat tidur (bed) sudah penuh.
- Kesal Diselingkuhi, Pria di Malang Bacok Istri lagi Berduaan dengan Pria lain di Penginapan
- Pria Korea Selatan Meninggal Setelah Ditolak 10 Rumah Sakit, Ternyata Begini Kasusnya
- Kemenkes Targetkan 3.057 Rumah Sakit Terapkan Layanan KRIS Pada Juni 2025
- Akhir Peristiwa Penyerangan Rumah Prajurit TNI di Maros, Begini Nasib Para Pelaku
Pasien Kritis Meninggal Akibat Ditolak RS di Malang, Begini Penjelasan Rumah Sakit
Saat itu, Wahyu di antar anggota keluarganya berobat ke Rumah Sakit Hermina Jalan Tangkuban Perahu Kota Malang. Wahyu datang Senin (11/3/2024) petang menumpang becak motor (bentor) dalam kondisi kritis akibat gula darah (diabetes) dan komplikasi sakit jantung.
Elia Widiyana Putri, anak Wahyu kepada wartawan mengungkapkan, ayahnya dibawa ke rumah sakit setelah dokter Puskesmas menyatakan kalau kondisinya semakin parah.
Namun pihak rumah sakit yang dituju saat itu menolak menerima pasien dengan alasan tepat tidur (bed) sudah penuh.
"Rumah sakit bilangnya enggak ada bed (tempat tidur)," tegas Elia di rumah duka, Selasa (12/3).
Dalam kondisi panik, keluarga meminta agar rumah sakit bersedia memeriksa ayahnya yang sedang kritis. Keluarga meminta Wahyu diperiksa meski posisinya tetap berada di atas bentor.
Kata Elia, permintaan itu ditolak dengan alasan pemeriksaan harus dilakukan di atas tempat tidur. "Tetap enggak bisa, harus di bed," tegas Elia.
Kemudian terjadi perdebatan antara keluarga dan pihak rumah sakit. Tetapi tetap saja pihak rumah sakit menolak permohonan keluarga dan meminta untuk mencari rumah sakit lain.
"Kami hanya minta cek saja, tapi sana (rumah sakit) ngotot enggak ada bed. Kondisinya kritis loh," ungkapnya.
Saat kondisi demikian, keluarga pun meminta bantuan ambulan untuk mengantar ke rumah sakit lain terdekat. Tetapi terkesan berbelit dan harus melalui sekian prosedur dengan harus mengisi berkas. Sedangkan ayahnya dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan segera.
"Akhirnya kami putuskan membawanya pakai bentor aja," ujarnya.
Saat itulah, datang ambulan relawan yang mengantarkan pasien kecelakaan.
Para relawan tersebut kemudian mengantarkan ayah Elia ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Mereka juga sempat memberi pertolongan dengan memberikan oksigen kepada almarhum.
Dokter RSSA Malang juga langsung melakukan pemeriksaan kondisi Wahyu, walaupun posisi di ambulan.
Tetapi Wahyu, saat itu ternyata sudah dalam kondisi meninggal dunia dan langsung diantar ke rumah duka oleh ambulan relawan tersebut.
Elia mengaku kecewa atas pelayanan Rumah Sakit Hermina. Orang tuanya yang dalam kondisi kritis, susah bernafas dan posisi di atas bentor saat itu sangat membutuhkan pertolongan.
"Kami minta tolong baik-baik untuk sekedar ngecek aja nggak bisa," akunya.
Sementara Wakil Direktur Rumah Sakit Hermina Malang, Yuliani Ningsih dalam keterangannya membantah terjadi penolakan pasien kritis. Karena dokter telah melakukan pemeriksaan, selain petugasnya saat itu juga sedang berusaha menyiapkan tempat tidur untuk pasien tersebut.
"Kalau kami tidak memeriksa, ya tidak seperti itu. kami tetap memeriksa pasien," tegas Yuliani.
Yuliani mengatakan, dokter piket saat itu tidak tinggal diam dan telah memeriksa pasien tersebut. Kendati dokter yang memeriksa tidak memakai pakaian snelli atau seragam dokter.
"Beliau tidak memakai pakaian snelli (seragam dokter), tidak memperkenalkan sebagai dokter tetapi beliau seorang dokter," tegas Yuliani.
Pasien tersebut, disampaikan Yuliani, datang dalam kondisi kritis, tetapi tempat tidur di rumah sakitnya memang sedang penuh. Saat itu beberapa pasien lain juga harus duduk di kursi.
Bersamaan itu petugas yang lain sedang berusaha mencarikan tempat tidur dari ruangan lain. Petugas ICU juga menyiapkan pergeseran pasien, karena harus dipertimbangkan juga alat yang dibutuhkan pasien yang akan digeser.
Namun petugasnya di bagian pelayanan memang tidak menyampaikan kepada keluarga pasien. Tetapi secara koordinasi itu dilakukan melalui grup internal rumah sakit. Petugas yang berjaga berkoordinasi dengan ruangan lain mempertimbangkan pasien yang dapat digeser ke ruangan lain.
"Jadi butuh waktu untuk menurunkan bed," tegasnya.
Petugas bagian pelayanan di depan yang melayani keluarga pasien hanya menyampaikan kalau tempat tidur sedang penuh dan belum bisa menangani. Saat itu tanpa memberi tahu kalau petugas lain sedang berusaha menyiapkan tempat tidur dari ruangan lain.
"Jadi statemen bahwa kami menolak itu perlu digarisbawahi, karena kami sedang menyiapkan bed," ucapnya.
Saat diperiksa, kondisi pasien dalam keadaan koma dan perlu penanganan segera. Saat itu diperiksa pupil dan kondisi nafas yang tidak stabil. Pasien kemudian dibawa ke rumah sakit lain dengan ambulan yang sebelumnya datang membawa pasien ke rumah sakit.
"Ternyata kan keluarga sudah membawa ke RSSA," kata Yuliani.
Yuliani menyampaikan turut berbelasungkawa atas meninggalnya pasien tersebut. Wahyu berpulang diperkirakan saat dalam perjalanan menuju RSSA Malang.