'NU dan PKI sama-sama jadi korban, tak ada pembantaian massal'
Kaum Nahdliyin menuding PKI yang lebih dulu melakukan intimidasi dan teror pada siapa saja yang berbeda.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meluncurkan buku putih yang berjudul "Benturan NU-PKI: 1948-1965". Dalam buku itu, NU mengambil sikap akan kejadian pemberontakan PKI di Madiun pada 1948 dan pembantaian PKI pada 1965.
Wakil Ketua PBNU As'ad Said Ali mengatakan dua kejadian terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) itu adalah konflik Horizontal. As'ad mengatakan tidak ada kelompok-kelompok tertentu yang menyerang PKI dalam dua kejadian itu.
As'ad mengungkapkan kejadian itu dimulai dari provokasi oleh PKI sendiri. PKI oleh As'ad disebut saat itu juga melakukan teror dan mau tidak mau semua pihak melakukan perlawanan.
"Buku ini mengungkapkan secara utuh bahwa NU dan segenap umat Islam, serta TNI tidak serta merta menyerang PKI. Kejadian itu dimulai dari provokasi, gerakan dan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI sendiri dan itu diikuti dengan teror, ancaman, penyerangan, serta pembantaian sehingga mau tidak mau semua pihak melakukan perlawanan," kata As'ad dalam pembukaan peluncuran buku di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (9/10).
Lebih lanjut As'ad mengatakan, PKI menjadi musuh bersama karena dinilai agresif, menganggap semua yang berbeda dianggap sebagai lawan. Kumdian menurut As'ad PKI dianggap menciptakan musuhnya sendiri.
"PKI menjadi musuh bersama karena sikapnya yang agresif yang menganggap semua yang berbeda sebagai lawan dan lawan yang diciptakan itu sendiri yang bangkit melawan PKI. Sementara tindakan NU dilakukan dalam rangka menyelamatkan akidah dan melindungi NKRI yang telah diproklamasikan pada 1945," papar As'ad.
Bila masyarakat internasional mengecam terhadap pembantaian PKI. Maka menurut As'ad dalam buku putih NU itu, hal itu disebut sebagai benturan dan bukan konflik.
"Itulah kenapa judulnya benturan. Buku ini menunjukkan tidak ada yang disebut sebagai genosida terhadap PKI oleh kelompok tertentu. Yang terjadi adalah konflik horizontal yang dipicu oleh PKI sendiri terutama ketika terjadi kekacauan dan vakum kekuasaan. Juga tidak ada pelaku tunggal dan korban tunggal. Semua menjadi pelaku dan semua menjadi korban. Buku ini mengungkap data korban dari kalangan NU dalam dua peristiwa itu yang tidak pernah dicatat oleh peneliti barat," ujar As'ad.
As'ad mengatakan dengan munculnya buku ini, NU mengambil sikap tegas atas dua kejadian itu. Dia merasa setiap 30 September banyak kiai merasa terteror kalau NU adalah pembantai PKI. Bagi As'ad baik korban dari PKI dan NU sudah berlangsung rekonsiliasi dan menurutnya tidak ada masalah.
"Kami ingin menunjukkan sikap yang tegas, setiap 30 September warga NU selalu terteror. Kiai selalu bertanya akan hal itu, karena itu, buku ini perlu diterbitkan. Mulanya ini untuk internal NU, agar warga NU sejarahnya," terang As'ad.
Dalam peluncuran buku itu dihadiri oleh Kiki Syahnakri dari Persatuan Purnawiran Angkatan Darat, Abdul Mun'im DZ dari riset penulisan buku, dan KH Kholid Mawardi salah seorang sesepuh NU.
Baca juga:
NU klarifikasi permintaan maaf Gus Dur pada PKI
NU tak terima dicap sebagai pembantai PKI
NU: Ada dramatisasi jumlah PKI yang jadi korban 1948 & 1965
Komnas HAM minta polisi tangkap pelaku pembubaran diskusi PKI
Mahfud MD sebut cara sosialisasi Ditjen Pajak mirip PKI
-
Siapa yang memimpin sidang PPKI? Sidang bersejarah itu dipimpin oleh Soekarno.
-
Siapa yang menyelamatkan para tawanan dari PKI? Mereka menyelamatkan para tawanan yang hendak dieksekusi para anggota PKI.
-
Apa yang membuat tokoh PKI kebal peluru? Ada sejumlah tokoh PKI ternyata tak mempan ditembak. Mereka punya ilmu kebal peluru.
-
Bagaimana TNI AU mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI? TNI AU Mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI. Serangan udara itu berhasil membuat pasukan PKI kocar-kacir dan batal melakukan eksekusi pada sejumlah tawanan. Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat, sementara Kapten Mardanus duduk di belakangnya menjadi observer udara. Mereka terbang rendah kemudian menjatuhkan bom di komplek kantor kabupaten. Misi itu sukses.
-
Bagaimana Suparna Sastra Diredja tergabung dalam PKI? Pergerakannya yang masif bersama rakyat membuatnya banyak terlibat di Partai Komunis Indonesia terutama setelah pemilihan 1955. Di sana ia menjadi anggota dewan yang mengurusi konstitusi baru pengganti undang-undang dasar semetara.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI terjadi? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.