PBNU Ungkap Cara Gagalkan Kelompok Radikal Rekrut Anak dan Remaja
Tidak pantas jika hanya membebankan pembentukan karakter anak kepada sekolah formal saja.
Pemahaman agama moderat menjadi tameng bagi anak-anak dan remaja untuk menangkal pengaruh kelompok radikal menyimpang.
PBNU Ungkap Cara Gagalkan Kelompok ISIS Rekrut Anak dan Remaja
Ketua Tanfidziyah PBNU Alissa Wahid menceritakan ada beberapa kasus anak-anak coba direkrut menjadi anggota ISIS. Namun upaya ini gagal total karena anak-anak memiliki pengetahuan terhadap bahaya paham radikal.
- Bawa Sajam, Sembilan Anak Sekolah di Tangerang Ditangkap karena Ketahuan Mau Tawuran
- Bangun TK dari Uang Tunjangan, Tiga Anak Buah Kadiv Propam Diberi Penghargaan Oleh Kapolri
- Ragam Pantun Perkenalan MPLS, Punya Kesan dan Bikin Cepat Kenal
- Kumpulan Kata Baku Sesuai dengan KBBI dan PUEBI, Cocok Bantu Proses Belajarmu
Menurutnya, kegagalan rekrutmen kelompok radikal karena kokohnya pondasi pemahaman agama.
"Karena anak-anak ini dekat dengan orang tuanya secara sadar dan mandiri mereka berhasil menolak ideologi radikalisme. Kedekatan yang terbangun ini membuat anak-anak ingat ajaran orangtuanya yang membuat mereka tidak tega jika sampai terpengaruh paham radikal dan membuat orangtua kecewa."
Alissa juga menjabat sebagai Direktur Nasional GusDurian Network Indonesia (GNI)
This is source 2
Alissa menerangkan, jika pola asuh orangtua terutama seorang ibu dilakukan dengan penuh kasih sayang, maka anaknya pun menjadi pribadi yang penuh kasih sayang.
Untuk itu, Alissa berpesan agar generasi muda Indonesia bisa menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya, maka semua stakeholders harus mau terlibat secara langsung.
Sebagai orangtua yang bertanggung jawab, tidaklah pantas rasanya jika hanya membebankan pembentukan karakter anak kepada sekolah formal saja.
"Kita tidak bisa hanya mengandalkan dunia pendidikan. Pendidikan formal maupun informal hanya bisa berjalan dengan baik kalau pendidikan anak di keluarga masing-masing juga berjalan dengan baik,"
Alissa merupakan putri sulung Presiden ke-4 Gus Dur.
Terutama dari paham yang tidak membangun kebaikan bersama, bisa berupa tafsir keagamaan maupun ideologi yang menyimpang.
Menurut Alissa, pengaruh ibu sangatlah besar terhadap anak-anaknya karena ia bisa menata nilai-nilai yang ingin ditanamkan sejak dini. Ikatan batin ibu terhadap anaknya bahkan telah terbentuk ketika anak masih di dalam kandungan.
"Tidak bisa kemudian kita sebagai orangtua dengan mudahnya lempar tanggung jawab dengan mengatakan, 'kan anak-anak saya lebih lama di sekolah'. Begitu juga dunia pendidikan, harus menyadari bahwa mereka mengemban tugas untuk mendidik anak-anak Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045."
Pesan Alissa
This is source 2
Alissa memberi pesan penting untuk para orangtua jika anak remaja seringkali dinasihati malah ngeyel, tapi ajaran agama yang penuh dengan kebaikan dan kedamaian itu bisa sampai ke anak.
"Jika berhasil, maka ajaran yang baik ini akan jadi vaksin untuk mereka," tutup Alissa.