Pelaku mutilasi di Siak pertama kali potong penis korban
Pelaku memberikan alat kelamin itu kepada salah satu orang tua pelaku untuk ritual persembahan.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengaku terjun langsung untuk mengetahui kejahatan mutilasi yang menimpa anak di Kabupaten Siak, Riau. Dari hasil penelusurannya pekan lalu, Arist mengaku miris setelah mendengar keterangan langsung dari para pelaku.
Arist menuturkan, salah satu keterangan pelaku yang membuatnya miris yakni soal cara para tersangka membunuh korban yang menurut Arist terbilang sadis. Memotong alat kelamin para korban menjadi ritual pertama yang dilakukan para pelaku.
"Saya diberikan kesempatan latar belakang kronologi di mana memotong penisnya menjadi yang pertama dilakukan pelaku," kata Arist di Polres Jakarta Barat, Senin (19/8).
Setelah itu, lanjut Arist, pelaku memberikan alat kelamin itu kepada salah satu orang tua pelaku untuk ritual persembahan. "Menurut MD seorang inisiator pelaku, penis itu sebagai tumbal untuk bapaknya yang seorang dukun," kata Arist.
Sementara itu, tubuh para korban dipotong-potong dan dijual kepada lapak-lapak penjual makanan dan minuman keras. Kepada pembeli mereka mengatakan kalau daging itu merupakan daging biawak atau musang.
"Lalu membeset dagingnya dan jual dilapok-lapok tuak," beber Arist.
Arist mengatakan, dalam menjalankan aksinya para tersangka mengajak korban mancing tetapi memilih tempat yang tidak ada ikannya. Setelah mencari tempat yang sepi barulah para pelaku menjalankan aksinya.
"Modusnya mengajak anak untuk mancing yang tidak ada tempatnya. Kemudian ketika di tempat itu tidak ada ikan dia (pelaku) mengajaknya ke tempat lain. Lalu setelah itu melakukan pengulitan, penyesetan terhadap korban," papar Arist.
Arist meminta kepolisian bertindak tegas terhadap para pelaku dengan memberikan hukuman berat supaya peristiwa demikian tidak terulang. "Pemerintah, kepolisian, dan masyarakat harus bertindak tegas terhadap para pelaku yang telah terbukti melakukan tindak kejahatan berat," ujarnya.
Para tersangka bukan hanya memutilasi, tetapi sebelum menjalankan aksinya korban mengalami tindakan pelecehan seksual lebih dulu.