Pemerintah Pangkas Masa Karantina Jadi 3 Hari, Pemprov Bali Berharap Ditiadakan
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan, rencana pemerintah mengurangi durasi masa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) warga negara asing maupun Indonesia dari lima hari jadi tiga hari adalah angin segar buat pariwisata Bali.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan, rencana pemerintah mengurangi durasi masa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) warga negara asing maupun Indonesia dari lima hari jadi tiga hari adalah angin segar buat pariwisata Bali.
"Itu adalah angin segar buat pariwisata di Bali," kata Pemayun saat dihubungi Selasa (15/2).
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
-
Bagaimana Desa Wisata Nusa mengembangkan pariwisata? Desa Wisata Nusa berada di Kabupaten Aceh Besar, Aceh bergerak dan mengembangkan desa wisata berbasis masyarakat. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar, bahkan bisa menginap di rumah milik warga.
-
Apa yang menarik dari wisata Karanganyar? Karanganyar memiliki objek wisata alam dan wahana yang menarik.
-
Bagaimana desa wisata ini dikelola? “Konsep pengembangan desa wisata di Kaduela dikelola secara mandiri dan melibatkan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai kunci keberhasilan,” terang Iim
-
Apa yang diharapkan dari pungutan wisatawan asing di Bali? Rektor Unud: Pungutan Wisman Harus Tingkatkan Kualitas Pariwisata Bali Babak baru pariwisata Bali akan dimulai pada 14 Februari 2024 nanti dengan penerapan pungutan bagi wisatawan asing yang masuk Bali. Terkait hal itu, Rektor Universitas Udayana Ngakan Putu Gede Suardana berharap, pungutan akan dibarengi dengan peningkatan kualitas pariwisata Bali.
Ia menerangkan, kebijakan pengurangan masa karantina tentu menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Pulau Dewata. Apalagi, untuk karantina di Bali adalah model karantina bubble di hotel dan tentu banyak wisman yang berminat berlibur ke Bali.
"Ini salah satu daya tarik orang semakin banyak datang ke Bali. Karena karantinanya juga pendek, model karantina yang ditawarkan adalah bubble karantina. Jadi, kami berharap dengan adanya kemudahan-kemudahan ini akan menjadi daya tarik," katanya.
Kendati begitu, pihaknya belum berani memprediksi akan berapa banyak wisman datang ke Bali bila kebijakan itu nantinya diberlakukan. Namun, ia meyakini akan banyak yang datang.
"Saya belum berani memprediksikan, tapi yang jelas akan banyak yang datang ke Bali," ujarnya.
Kompetitor Tiadakan Karantina
Pemayun masih berharap bagi wisman yang datang ke Bali tidak dikenai kewajiban karantina. Alasannya, negara kompetitor meniadakan karantina bagi turis yang mau berlibur.
"Kami usulkan juga melalui Menko Marves bahkan dalam rapat-rapat kami sampaikan, Bapak Gubernur yang menyampaikan (tanpa karantina)," katanya.
Ia juga menyatakan, bahwa usulan turis masuk ke Bali tanpa karantina sudah beberapa kali disampaikan. Namun, pemerintah pusat tentu punya pertimbangan atau parameter tersendiri melihat situasi Kasus Covid-19.
"Ini juga melihat perkembangan berikutnya. Pastinya seperti itu (tanpa karantina) kita tetap mengusulkan, tetapi (keputusan) tentu ada di tangan pemerintah pusat," ujar Pemayun.
Destinasi Susah Dijual
Sementara pelaku pariwisata Bali sangat mengapresiasi adanya rencana pemerintah mengurangi masa karantina jadi tiga hari bagi wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali. Namun, mereka juga berharap Bali tanpa karantina.
Ketua Association of Indonesian Tours and Travels Agencies (Asita) Provinsi Bali Putu Winastra mengatakan, selama masih ada aturan karantina bagi wisman masuk ke Bali, pelaku usaha masih sulit menggaet turis berlibur ke Pulau Dewata.
"Selama masih ada karantina maka destinasi itu susah dijual," kata Winastra saat dihubungi Selasa (15/2).
Dia memaparkan, respons pasar negatif sekali setelah pembukaan Bali sebagai entry poin PPLN WNA pada 4 Februari. "Selama masih ada karantina maka destinasi itu susah dijual," tambahnya.
Ia menerangkan, para turis membandingkan negara-negara di Asing Tenggara yang membuka destinasi wisatanya tanpa karantina. Aturan yang lebih mudah dan itu menjadi daya tarik calon wisman di berbagai negara.
"Lain halnya, kalau Indonesia sendiri membuka dirinya sedangkan negara lain tidak ada yang buka, dengan aturan yang ketat mungkin diperhitungkan," ujarnya.
"Tapi ketika negara lain sudah membuka diri terutama di Asia Tenggara yang merupakan kompetitor kita, mereka memberikan aturan yang sangat mudah tanpa karantina. Ini menjadi menarik lagi bagi calon-calon wisatawan," jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah akan kembali mengurangi durasi masa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) warga negara asing maupun Indonesia. Rencananya, durasi masa karantina lima hari akan dipangkas menjadi tiga hari.
"Mulai pekan depan, PPLN baik WNA dan WNI yang telah melakukan vaksin booster, lama karantina dapat berkurang menjadi tiga hari," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, (14/2) kemarin.