Pemindahan pedagang pasar bekas Pekalongan diduga ditunggangi calo
Pedagang menuding ada calo yang menawarkan kios di pasar yang baru sehingga jumlah pedagang membludak.
Pemindahan ratusan pedagang barang bekas di pasar barang bekas Sayun, Pekalongan Barat, Kota Pekalongan Jawa Tengah, ditengarai ditunggangi banyak mafia calo kios. Selain pedagang dirugikan dengan klausul pembelian lapak di tempat lama, pendaftar di lokasi baru membengkak dua kali lipat dari pedagang asli.
Suwondo, salah satu pedagang kompor gas di pasar Sayun menyebutkan, sebelumnya dia harus beli lapaknya Rp 9 juta di lokasi lama. Dia kecewa karena harus dipindah ke lokasi baru.
-
Kapan Pasar Dondong ramai pengunjung? Suami dari Ibu Martini mengatakan kalau Pasar Dondong ramai pada musim-musim tertentu. Dulu pasar itu bisa ramai sampai jam 9 pagi. Tapi sekarang jam 7 pagi pasar itu sudah sepi.
-
Di mana Pasar Pakelan berada? Di Desa Sidorejo, terdapat sebuah pasar tradisional yang letaknya terpencil bernama Pasar Pakelan. Lokasinya berada di pinggiran desa.
-
Apa yang dijual di Pasar Pakelan? Selain Haniq, ada pula Tawinem. Di pasar itu ia membeli gorengan. "Di sini apa-apa Rp500-an. Ini puli pecel, bahannya dari beras," kata Tawinem.
-
Dimana lokasi Pasar Pakelan? Di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, ada sebuah pasar yang lokasinya terpencil. Namanya Pasar Pakelan. Lokasinya berada di kawasan perbukitan kapur.
-
Kapan Pasar Pakelan ramai? Pasar itu sendiri hanya ada dua kali setiap lima hari, yaitu setiap hari pasaran wage dan legi. Pasar itu biasanya ramai jam 6-7 pagi.
"Sekarang harus pindah ke tempat baru. Yang lebih kecil, saya rasa tidak cukup untuk menaruh dagangan," ujarnya di Pekalongan, Senin (14/12).
Dia terpaksa mencari kontrakan berupa rumah atau ruko di dekat pasar Sayun baru di Kuripan Kidul Pekalongan Selatan. Di lokasi pasar Sayun baru memang cukup kecil untuk pedagang karena baru ada 3 bangunan utama berupa lapak terbuka dengan atap saja. Satu lapak ukuran 2x2 meter saja. Jika dibandingkan dengan barang pedagang di pasar sebelumnya, tidak cukup untuk menaruh barang dagangan.
Pedagang lainnya, Awang mengaku kecewa dengan kebijakan pemerintah, khususnya Disperindag setempat. "Yang saya herankan, kini pedagang yang terdaftar kok bisa banyak sekali," ucapnya saat ditemui di pasar Sayun Baru.
Dari penuturan Awang, sebelumnya Disperindag hanya mencatat 180 pedagang saja. Namun tiba-tiba membengkak menjadi 250 bahkan kini menjadi 400 pedagang. Menurut Awang, membengkaknya jumlah pedagang karena diduga ada calo yang bermain menjajakan lapak.
Sehingga muncul pedagang-pedagang baru. Untuk mendapatkan satu lapak, setiap pedagang harus memiliki Kartu Izin Penempatan. Biayanya Rp 400.000 untuk awal saja. Dengan asumsi kalau perpanjangan lebih murah.
(mdk/noe)