Pemprov DKI berdalih soal swakelola Bantargebang kacau
Mereka menyatakan hal itu lantaran alat berat belum siap.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana pada Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Hari Nugroho, mengakui hari pertama swakelola TPST Bantargebang tak maksimal. Dia beralasan hal itu lantaran belum ada alat berat dikirim.
"Alat berat masih dalam proses pengiriman," kata Hari di TPST Bantargebang, Rabu (20/7).
Hari mengatakan, sore ini ada tujuh alat berat yang dikirim ke TPST Bantargebang. Di antaranya lima jenis shovel dan dua wheel loader. Alat berat itu diambil dari masing-masing wilayah suku dinas kebersihan di DKI.
"Ada 15 eskavator baru, mungkin besok sudah mulai dikirim," ucap dia.
Menurut dia, akibat belum adanya alat berat, pemerintah terpaksa menahan truk sampah di masing-masing wilayah di DKI untuk pembuangan pada pagi hari. Hal ini mengantisipasi antrean di TPST Bantargebang.
"Kalau yang tertahan di TPST Bantargebang itu merupakan buangan malam. Jumlahnya tidak banyak, nanti dibuang dulu, penataannya menunggu alat berat," ujar Hari.
Hari menambahkan, akibat tak ada alat berat untuk mengolah sampah di TPST Bantargebang, otomatis terjadi penumpukan sampah di TPS di sejumlah titik di Jakarta.
"Ini wajar karena masih mobilisasi alat berat. Kalau pembuangan sudah normal kembali, maka penumpukan juga tidak bakal terjadi," katanya.
Hari menyebut kebutuhan alat berat di TPST Bantargebang menyesuaikan. Bahkan, pihaknya akan menambah sesuai dengan dipakai oleh pengelola sebelumnya, yaitu PT Godang Tua Jaya.
"Kalau sebelumnya ada 50 alat berat, ya kami akan tambah sampai segitu nantinya," ujar dia.
Berdasarkan pantauan merdeka.com, sampah tercecer hingga sejauh 500 meter di tepi jalan. Selain mengganggu akses jalan, ceceran sampah ini juga merusak keindahan di kawasan TPST Bantargebang.
Selain itu, sejumlah truk sampah tampak parkir di dalam kawasan TPST Bantargebang. Sopir truk hanya bisa menunggu di sekitar mobilnya buat membuang sampah di titik pembuangan.