Pemudik Malah Nyaman Tak Mau Pulang Usai Dikaratina di Rumah Keraton Surakarta
Raut wajah ceria terpancar dari Waridi yang merupakan salah satu penghuni karantina di Ndalem Joyokusuman. Setelah menjalani karantina 14 hari, ia pun telah dinyatakan lulus pada pada hari ini, Jumat, 1 Mei 2020.
Proses karantina pemudik bandel di wilayah Solo masih berlaku. Banyak cerita menarik dialami oleh para pemudik yang dikarantina di Graha Wisata Niaga maupun Ndalem Joyokusuman. Momen haru yang begitu membekas dirasakan oleh mereka. Maklum mereka ini merasa nyaman saat di karantina. Bahkan ada yang merasa berat hati ketika masa karantina sudah selesai dan dibolehkan pulang.
Raut wajah ceria terpancar dari Waridi yang merupakan salah satu penghuni karantina di Ndalem Joyokusuman. Setelah menjalani karantina 14 hari, ia pun telah dinyatakan lulus pada pada hari ini, Jumat, 1 Mei 2020.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Waridi sendiri harus menjalani karantina usai pulang dari Bogor. Setelah turun di Terminal Tirtonadi Solo, ia pun hendak pulang ke rumahnya. Hanya saja warga sekitar merasa khawatir lantaran Waridi pulang dari Bogor yang dianggap sebagai zona merah penyebaran virus corona Covid-19. Setelah di kelurahan setempat, lantas diantar menuju Posko Gugus Tugas Covid-19 di Graha Wisata Niaga.
Setelah melalui pemeriksaan kesehatan, Waridi harus menjalani karantina. Ia pun harus menjalani karantina di Ndalem Joyokusuman yang merupakan satu dari dua tempat karantina yang disiapkan Pemkot Solo. Tempat karantina tersebut bangunannya cukup luas dan berarsitektur Jawa. Menurut cerita, Ndalem Joyokusuman dulunya merupakan bangunan tempat tinggal milik pangeran dari salah satu putra Raja Keraton Kasunanan Surakarta.
Selama menjalani karantina bersama dengan puluhan penghuni lainnya, Waridi merasa nyaman. Bahkan, rekan-rekan sesama penghuni karantina Ndalem Joyokusuman itu sudah dianggapnya sebagai keluarga baru. Tak hanya itu, para petugas dari Posko Gugus Tugas Covid-19 yang setiap hari mengurusi tempat karantina itu juga seperti saudara sendiri.
“Saat saya pamit untuk pulang karena masa karantina sudah selesai, teman-teman bilang agar minta diperpanjang lagi karena di sini lebih nyaman,” kata dia ketika ditemui Liputan6.com sebelum diantar pulang menuju kediamannya pada Jumat, (1/5).
Nyaman Saat Karantina
Waridi menuturkan masa-masa menjalani karantina tidak seburuk dengan apa yang dibayangkan sebelumnya. Ia justru merasa nyaman dan terbiasa melakukan aktivitas olahraga saat dikarantina. “Kalau pagi itu olahraga kecil seperti jalan pagi. Selain itu ada pingpong juga di sana, jadi kita bisa main untuk mengisi waktu senggang,” ucapnya.
Lantas untuk pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari, Waridi merasa terjamin. Lauk dan sayuran yang disajikan setiap harinya pun bervariasi. Oleh sebab itu, ia bersama dengan para penghuni karantina lainnya merasa betah dan nyaman tinggal di tempat karantina.
“Untuk makan tidak masalah karena turah-turah (banyak tersedia). Makanya saya kalau bisa minta diperpanjang karantinanya,” canda dia.
Bikin Grup WhatsApp Karantina
Hal serupa dirasakan penghuni karantina lainnya, Komar mengaku merasa deg-degan saat pertama kali masuk karantina di Graha Wisata Niaga. Pasalnya, saat itu ia belum memiliki bayangan seperti apa nanti saat menjalani karantina selama 14 hari di gedung tersebut. "Awalnya ya bingung nanti mau diapain did ala," akunya.
Namun setelah menjalani proses karantina, ternyata suasananya cukup berbeda dan sangat menyenangkan. Bahkan, hubungan antara penghuni satu dengan lainnya yang menjalani karantina sudah seperti keluarga sendiri. “Sudah kayak saudara semua. Saat akan pulang ke rumah, teman-teman karantina sudah memuat grup WA (WhatsApp) karantina,” ujar dia.
Sementara itu Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo hampir setiap hari mengantar para lulusan karantina untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Setiap harinya, Wali Kota Solo yang akrab disapa Rudy itu harus mengantar antara 5 hingga 14 lulusan penghuni karantina. Ia rela mengantar pulang ke rumahnya masing-masing agar masyarakat mau menerima salah satu warganya yang telah selesai menjalankan karantina.
"Kalau saya antar biar warga di sekitarnya itu percaya dan yang dikarantina merasa ada pendampingan sehingga di masyarakat tidak dikucilkan," katanya.
Lulusan Karantina Dijamin Sehat
Selain itu, menurut Rudy, para pemudik yang telah menjalani karantina selama 14 hari itu juga mendapatkan pendampingan dari petugas medis. Dengan demikian, para lulusan karantina yang diizinkan pulang sudah dinyatakan sehat dan tidak terpapar viruc corona Covid-19.
"Mereka kan sudah menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan selama dikarantina. Jadi setelah karantina selesai ya saya antar pulang karena kalau tidak diantar mereka nanti meri (iri) gitu aja. Mungkin mereka merasa takut kalau nanti tidak diterima masyarakat," ucapnya.
Adanya tempat karantina tersebut berdampak langsung terhadap menurunnya jumlah pemudik yang nekat pulang ke Solo. Apalagi adanya larangan mudik yang dikeluarkan pemerintah menyebabkan jumlah penghuni karantina semakin menurun.
"Ya selain adanya aturan tersebut, memang para pemudik juga takut karena kalau nekat akan dikarantina," ucapnya.
Reporter: Fajar Abrori
Sumber: Liputan6.com