Pengemis-pengemis ini tak tahu diri, ternyata hanya menipu
Bahkan ada kakek yang jadi pengemis hanya untuk sewa PSK.
Cara orang mencari uang bisa dengan jalan halal atau haram. Yang halal tentu saja di jalan yang lurus tanpa mau pakai kecurangan.
Nah, bagi yang cara haram bisa dilakukan dengan mencuri atau menipu. Untuk kasus menipu banyak cara dilakukan oleh orang seperti berpura-pura miskin lalu menjadi penipu.
Bermodalkan wajah memelas dan iba mereka menjadi pengemis. Orang yang merasa kasihan tentu bakal memberikan uang kepada pengemis itu.
Namun tak sedikit kedok pengemis itu terbongkar. Nyatanya pengemis itu mempunyai uang banyak atau rumah mewah.
Berikut cerita pengemis-pengemis berlagak miskin dan malah punya banyak uang seperti dihimpun merdeka.com, Jumat (3/7):
-
Dimana saja lokasi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Apa yang menjadi daya tarik utama dari Kota Tua Jakarta? Kota Tua adalah harta karun sejarah yang tidak boleh dilewatkan ketika kita mengunjungi ibu kota.
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
Kakek Winnie the Pooh di Sidoarjo punya 7 istri dan rumah mewah
Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur membawa seorang kakek berpakaian badut Winnie the Pooh dari depan Lippo Mall di Kota Udang itu. Pria di balik kostum badut beruang kuning ini bernama Suaedi, hidup sebatang kara di daerah Driyorejo, Gresik.
Diduga Suaedi rela melakoni pekerjaan dengan berkostum badut hanya modus, agar banyak orang kasihan dan dirinya mendapat untung lebih banyak dari sekadar mengemis.
Kakek berumur 75 tahun itu juga mengaku menderita sakit stroke. Dengan dalih itu, meski sakit, dia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya menjadi badut, berharap belas kasih orang. Dengan berkostum beruang kuning itu, Suedi bisa kantongi Rp 500 ribu setiap harinya, hasil belas kasih orang.
Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Sidoarjo Husni Tamrin akhirnya perintahkan petugas membawa Suaedi agar dirawat di Liponsos Sidoarjo, Jalan Sidokare.
Hasil investigasi Liponsos, ternyata Suaedi adalah warga Mojokerto bukan Gresik dan memiliki rumah mewah dengan tujuh istri serta lima anak. Si kakek beruang kuning itu, juga tidak menderita stroke seperti dikabarkan banyak pihak.
"Setelah kita cek kesehatannya, dia enggak sakit. Senin kemarin, sekitar Pukul 10.00 WIB, dia kita pulangkan. Sesuai KTP-nya, dia warga Mojokerto. Dia kita serahkan ke Dinsos Mojokerto. Dia juga dijemput satu dari lima anaknya," kata petugas yang ikut mendampingi Suaedi, Dayat pada merdeka.com di Kantor Liponsos, Sidoarjo, Selasa (16/6).
Dayat mengungkapkan, Suaedi sebenarnya hanya mengaku sedang menderita stroke dan hidup sebatang kara, untuk menarik belas kasih orang. "Hasil dari menjadi badut, dia bisa mendapat Rp 500 ribu per hari, ini dari pengakuannya sendiri. Dia bilang kalau sehari tidak dapat (Rp 500 ribu) itu, dia tidak akan pulang," tutur Dayat.
Disahuti petugas lain sambil tersenyum geli. "Dari hasil itu, dalam satu tahun dia bisa membeli rumah di Mojokerto, beli motor Yamaha Vixion dan motor matik. Istrinya saja ada tujuh. Katanya istri saya cuma tujuh saja. Cuma tujuh. Loh ini bener dari pengakuannya sendiri," katanya tersenyum geli menirukan keterangan Suaedi.
"Memang kemarin dia mengaku istrinya ada tujuh. Waktu kita bawa kemarin, kan bukan hanya Suaedi, tapi istri ketujuhnya juga kita bawa. Entah istri-istrinya yang lain meninggal atau cerai, kita tidak tahu. Yang jelas, dia bilang istrinya tujuh," kata Dayat lagi.
Dirazia, pengemis di Aceh ini punya paspor, emas dan uang jutaan
Sebanyak 6 orang Gelandang dan Pengemis (Gepeng) ditangkap Satpol PP yang beroperasi di kawasan Banda Aceh, Rabu (18/3) sekira pukul 17.00 WIB. Hal yang mencengangkan, petugas mendapatkan emas, uang rupiah hingga ringgit Malaysia.
Bahkan salah seorang dari mereka yang memiliki emas mengaku, perhiasan ini yang didapatkan dari mengemis di Banda Aceh untuk bekal menikah. Mereka sudah mengemis di Banda Aceh selama 1 bulan lebih.
"Salah satu pengemis menjawab, emas yang dimilikinya untuk mahar menikah," jelas Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Banda Aceh, Tarmizi Yahya yang juga ikut hadir di lokasi.
Selain memiliki paspor, emas dan ringgit, di antara gepeng ini juga memiliki uang pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu sebanyak Rp 1,8 juta, termasuk ringgit. Gepeng yang memegang ringgit mengaku dia hendak berangkat ke Malaysia kembali, namun butuh ongkos untuk keberangkatannya.
"Bahkan ada satu orang yang pegang uang ringgit, dia itu hendak berangkat kembali ke Malaysia, maka cari uang dulu di Banda Aceh dengan mengemis," jelasnya.
Kakek Edi, pengemis tajir kantongi Rp 11 juta
Edi Supriyadi, kakek berusia 78 tahun asal Kudus, Jawa Tengah ini rela jauh dari kampung halaman dan bekerja di Jakarta demi mencari uang yang lebih untuk menghidupi keluarganya.
Sadar tak memiliki kemampuan yang lebih, Edi pun tak masalah harus mengemis di sekitar Kecamatan Senen. Dari hasil mengemis setiap hari, Edi mendapat keuntungan fantastis.
"Setelah digeledah ada sejumlah uang tunai senilai Rp 11 juta di dalam tasnya," ujar Kasie Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Sudin Sosial Jakarta Pusat, Wanson Sinaga.
Dikutip dari situs resmi Pemprov DKI, Edi diamankan Selasa kemarin saat petugas melakukan razia rutin Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Setelah diamankan dan digeledah, petugas terkejut di dalam tas milik Edi yang ditaruh di gerobak berisi uang tunai Rp 11 juta.
"Makanya langsung kami naikkan ke atas mobil dan dilakukan penggeledahan tasnya," tambahnya.
Pengemis bawa duit Rp 25 juta
Petugas dari Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan kembali menjaring dua orang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang kedapatan membawa uang sebesar Rp 25 juta.
Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda menuturkan, kedua pengemis tajir tersebut bernama Walang bin Kilon (54) dan Sa'aran (60).
"Keduanya bisa terjaring setelah petugas intai selama 2 hari berdasarkan laporan dari masyarakat," ujar Miftahul, saat dihubungi.
"Keduanya beroperasi hanya malam. Dan kita tangkap di bawah fly over Pancoran semalam," tambahnya.
Saat terjaring, keduanya kedapatan membawa uang tunai yang dimasukkan ke dalam plastik hitam. "Plastik pertama kita buka dan hitung ada Rp 7 juta. Lalu plastik lainnya juga ada uang, dengan total keseluruhan Rp 25.448.600," terangnya.
Kakek 70 tahun pakai uang hasil mengemis buat sewa PSK
Seorang pengemis Tiban (70) kedapatan membawa uang sebanyak Rp 3.600.000. Pria asal Parung, Bogor, itu terjaring razia petugas di Radio Dalam, Jakarta Selatan.
Menurut Kepala Sudin Sosial Jakarta Selatan Kismoyohadi, kakek tersebut belum menikah dan tidak punya keluarga. Lebih lanjut Kismoyohadi menjelaskan, kakek Tiban biasa beroperasi di Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru.
"Tercatat sudah dua kali terkena penjangkauan oleh kami. Biasanya setiap bulan kalau uangnya sudah banyak dibawa ke kampung halamannya di Parung," ujarnya, Kamis (2/7).
Menurut Kismoyohadi, rata-rata uang itu pecahan di atas lima ribu rupiah, sangat jarang ada pecahan seribu atau dua ribu rupiah. Namun uang itu tidak digunakan untuk keperluan positif.
"Uang digunakan untuk keperluan pribadi dan bermain dengan wanita penghibur untuk memenuhi nafsunya," ungkap Kismoyohadi.